08 [Ini tentang Marcel]

31 4 2
                                    

Satu tahun yang lalu ....

"Semuanya tolong duduk dulu! Kita kedatangan murid baru dari Bandung." Wanita itu mengetuk-ngetuk spidol di tangannya pada papan tulis di kelas itu. Lantas kelas yang tadinya rusuh tersebut perlahan mulai kondusif. Sang guru berdiri di depan para siswanya yang menatap wanita itu penasaran.

"Kamu yang di luar, silahkan masuk perkenalkan diri kamu!" tunjuknya pada seseorang yang berdiri di depan pintu kelas mereka.

Atensi seluruh siswa tertuju pada pintu kelas itu, seorang murid laki-laki bertubuh jangkung dengan rambut hitam dan tahi lalat kecil pada matanya masuk dengan lagak yang agak canggung ke dalam kelas itu. Ia mengusap tengkuknya yang terasa dingin saat memasuki kelas itu, tiba-tiba saja tengkuknya merinding melihat banyak mata yang melihat ke arahnya.

Murid perempuan yang melihat wajah tampan itu memekik kegirangan karena kelasnya didatangi murid baru yang super tampan itu. "Asik cogan!" pikir mereka.

"Halo, saya Andreas Marcel B. Biasa di panggil Marcel, saya dari SMA 4 Bandung, pindah karena pekerjaan ayah, sekarang tinggal di Pondok Indah. Salam kenal." Marcel membungkukan badan 45° lalu kembali berdiri tegap. Semua siswa di kelas itu terkesima dengan perkenalan panjang dan tidak biasa dari pemuda itu.

Sebenarnya alasan Marcel cukup simpel, ia hanya menjawab duluan pertanyaan yang sering dilontarkan kepada murid baru saat berkenalan. Bukannya geer akan ditanya atau bagaimana. Ia tahu karena wajahnya yang tampannya itu sudah menjawab semuanya.

"Baiklah, ada yang ingin bertanya?" tanya Sang guru pada seluruh murid di kelas itu. Semua sontak hening karena meresa pertanyaan mereka sudah di jawab duluan oleh pemuda itu.

"Baiklah, kalau tidak ada yang ditanyakan. Mungkin kalian bisa mengenal Marcel nanti saat istirahat_"

"Ehh, anu, Bu!" seorang gadis berambut panjang sedikit kecoklatan itu mengangkat tangannya.

"Ya, Putri?"

"Saya mau bertanya," ucap gadis itu sedikit gugup. Gimana yah, masalahnya hari ini itu jadwalnya kuis, dan Putri benar-benar belum siap. Untungnya karena kedatangan murid baru itu ia bisa sedikit menyalin beberapa contekan dengan bantuan Zalfa yang duduk di sebelahnya. Belum lagi murid baru itu tampangnya lumayan meski masih lebih tampan Panca dan Sena. Ia kira sesi perkenalan akan sedikit lama karena akan banyak yang bertanya. Tapi siapa sangka si murid baru ini malah menyelesaikan secepat itu. Putri kan belum beres nyalin. Alhasil ia yang harus mengulur waktu sedikit lebih lama agar contekannya itu berhasil diselesaikan Zalfa.

"Eumm B itu singkatannya apa dari nama lo?" tanya Putri asal. Siapa sangka pertanyaan ngaco-nya ini berujung tatapan nanar dari Sang pemilik nama. Membuat Putri sedikit ciut. Apa ia tadi salah bicara ya?

Marcel hanya diam mematung menatap gadis yang bertanya itu. Sialan! Umpatnya dalam hati.

"Cuma nama keluarga." Marcel memasang senyum palsunya. Berharap jawabnya itu tidak mengundang pertanyaan lain dan ia bisa segera duduk.

"Ouh iya ... Heheh ...," Putri melirik Zalfa yang masih juga belum selesai dengan panik.

"Ah iya! Mau nanya lagi." ia merasa sudah kehilangan rasa malu-nya. Tapi demi kuis agar tidak remedial, ia harus berjuang mengulur waktu sebisa mungkin.

"Ahh iya, lo anak Bandung kan? Asli Bandung atau kebetulan tinggal di sana aja? Oh iya terus kalau di sana suhu paling dingin berapa celsius? Hehehehe ... Jakarta mah panas euy," rasanya Putri mau membenturkan kepalanya ke meja saat ini juga.

"Aseek Putri naksir yah sama anak baru? Uhuy!"

"Ciee ...." celetuk salah satu siswa laki-laki yang di susul dengan sahutan menggoda anak-anak yang lain. Putri menutup mukanya karena malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AurasentrisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang