Chapter 1. Wake Up, Guys!***
“Bang! Bangun yuk! Sarapan!”
Sekarang Jennie sedang berada di kamar anak sulungnya, Hyunsuk.
Sedang menjalankan satu peran yang amat sangat penting yang setiap harinya harus dia lakoni, yaitu membangunkan ketiga pejantan di keluarga kecilnya.
Orang yang pertama kali dibangunkannya adalah Hyunsuk si anak sulung. Kenapa Hyunsuk? Karena si anak sulung ini mewarisi kebiasaan Jennie yang mudah sekali dibangunkan.
“Bang, bangun yuk!” Jennie menggoyang-goyangkan badan Hyunsuk hingga laki-laki tampan itu bangun, “Mama” Ucap Hyunsuk dengan suara seraknya khas orang bangun tidur.
“Bangun bang! Mandi, terus sarapan!” Titah Jennie sembari membantu Hyunsuk berdiri dan segera melaksanakan apa yang ia instruksikan pada sang putra.
Setelah berhasil dengan Hyunsuk, Jennie memasuki kamar sang putra bungsu, Haruto.
Jennie menggeleng tak habis pikir dengan gaya tidur Haruto, posisi tidurnya kini kepala disisi kiri ranjang dan kaki menggantung di sisi kanan ranjang.
Jennie menghela nafasnya pelan sebelum memulai berperang —membangunkan si tukang tidur 2.0—
Wanita cantik itu mendekati ranjang si bungsu, menciumi seluruh wajah sang putra. Jennie tahu betul jika Haruto tak terlalu menyukai ciuman bahkan dari ibunya sendiri.
Haruto menggeliat, kepalanya bergerak risih akibat ciuman sang ibu. Ia membuka perlahan matanya menyaksikan bagaimana ibunya tersenyum dengan gummy smile miliknya yang diyakini Haruto tak ada wanita yang memiliki itu selain ibunya.
“Mama, Haru risih” Rengek Haruto setengah bangun, lalu sesaat kembali memejamkan matanya.
“Loh bangun dek. Kok tidur lagi!”
Haruto tidak merespon sang ibu.
“Kalo gak bangun, mama cium lagi nih, mau?” Tanya Jennie yang lebih terdengar seperti ancaman bagi Haruto. Sontak bocah 16 tahun itu membuka matanya dan segera berlari menuju kamar mandinya. Jennie tak mampu menahan tawanya menyaksikan tingkah putra bungsunya itu.
Tibalah saatnya. Membangunkan pejantan terakhir, suami Jennie, Hanbin. Si tukang tidur 1.0.
Hanbin lah yang paling banyak menguras tenaga untuk membangunkannya. Suami tampannya ini benar-benar menjengkelkan saat sedang dibangunkan. Bahkan melihat posisi tidurnya saja membuat Jennie merasa kesal. Gaya anehnya bak seorang balerina dengan mulut menganga itu benar-benar telah menghilangkan ketampanan Hanbin.
Jennie duduk di tepi ranjang. Memandang kesal Hanbin yang masih asyik bergelut dengan alam mimpinya.
Jennie mendekatkan mulutnya ke telinga Hanbin. Seperti akan membisikkan sesuatu.
“Mbin. Aku tadi pinjem komputer kamu, tapi kayaknya virusan deh soalnya semua file nya kena format.” Bisiknya. Tentu ini tidak serius, Jennie hanya menggunakan embel-embel komputer Hanbin yang isinya penuh dengan lagu demo ciptaannya agar lelaki itu bangun.
Mata Hanbin langsung membola. Ia duduk dan menatap tajam kearah Jennie.
Jennie menatap Hanbin kembali dengan tatapan polos yang entah mengapa tak pernah bisa Hanbin lawan dan selalu berkuasa diatasnya. Laki-laki itu hanya bisa mendesah kesal.
“Kamu bohong?” Tanya Hanbin pada sang istri.
Jennie mengangguk.
“Heuh.”
“Salah siapa susah bangun.”
“Aku baru tidur jam 3 tadi, Ni.” Rengek Hanbin.
“Siapa juga yang nyuruh kamu begadang?” Balas Jennie.
Tanpa memperdulikan Jennie, Hanbin kembali merebahkan tubuhnya dan menutup mata.
Tak ada cara lain, Jennie mengecup singkat di bibir Hanbin. Hanbin terkesiap akibat sengatan tiba-tiba yang diberikan istrinya. Dari awal menjalin hubungan sebagai kekasih hingga pernikahan yang telah mencapai umur yang tidak muda lagi ini, rasa sengatannya tetap sama, mendebarkan.
Hanbin masih memejamkan mata namun dengan sedikit senyuman.
“Bangun atau itu ciuman terakhir dari aku dan aku gak akan mau cium atau dicium kamu lagi selamanya.” Ancam Jennie.
Hanbin seketika langsung berdiri tegak, memegang bahu istrinya, menatapnya memohon, “Jangan, Ni. Aku bisa mati kalo gitu caranya.”
Jennie tertawa, “Lebay! Makanya kalo disuruh bangun itu cepetan bangun, terus mandi, aku udah nyiapin sarapan tuh. Kasian anak-anak pada nunggu, bapaknya lama banget bangunnya.”
“Iya, Ni. Aku mandi kok. Tunggu ya!”
Hanbin segera berjalan menuju kamar mandi, dari setengah perjalanannya ia kembali menghampiri Jennie yang sedari tadi memperhatikannya.
“Ni, siapin baju aku dong, sama dalemannya juga. Hehe. Love you, istriku!” Hanbin mencium singkat bibir Jennie lalu kabur menuju kamar mandi sebelum satu pukulan mendarat di lengannya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY OF JENBIN FAMILY
FanfictionA little story about Hanbin and Jennie who had two super-boys named Hyunsuk and Haruto.