Seorang wanita yang baru terbangun dari tidur, efek obat yang dikonsumsi, meringis saat mencoba bergeser dari tempat tidur. Efek luka jahitan di bagian bawah tubuhnya masih terasa, disertai cairan darah masih mengalir dari bawah sana.
Ia mengembuskan napas lega, kala lelahnya selama sembilan bulan ini telah tuntas. Ia mencoba tersenyum, membayangkan hari-hari setelah ini.
Hari di mana ia akan menyongsong kembali dunia dengan lebih angkuh dan berani. Membuktikan kepada mereka yang telah mengkhianati dan mengecewakannya, bahwa ia akan mampu berdiri di atas dua kakinya sendiri. Tanpa bantuan siapa pun. Tanpa memohon kepada seorang pun jua.
"Jauhkan dia dariku!"
Wanita itu memekik, saat sesosok bayi merah hendak didekatkan kepadanya oleh sang ibu. Ia mendesis saat denyutan nyeri terasa kembali.
"Dia putrimu, Rania. Walaupun nanti Ayu yang akan mengasuhnya, kamu tetaplah ibu kandungnya. Kamu harus tetap menyayangi dia," ucap Mirna. Wanita paruh baya itu, mencoba membujuk agar Rania mau memeluk bayi yang kemarin telah dilahirkannya secara normal. Namun, putrinya itu bergeming bahkan menolak untuk menatap.
Wajah cantik yang masih tampak pucat itu memandang jauh ke luar jendela.
"Kamu belum memberinya nama, Rania," ucap Mirna lagi. Kali ini, dia memberikan bayi itu kepada seorang perempuan yang sedari tadi hanya duduk diam di sofa. Menantunya yang bernama Ayu.
Perempuan itu tidak berani berkomentar mengenai perdebatan ibu mertua dan kakak iparnya. Dia sibuk mengagumi sosok mungil nan rapuh yang kini ada di pelukannya. Bayi cantik yang membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama. Bayi mungil yang akan menjadi putrinya.
"Itu anak Ayu dan Rangga, biarkan mereka yang memberi nama," sahut Rania datar. Ia enggan melihat bayi yang wajahnya memiliki kemiripan dengan ayah kandungnya. Orang yang sangat ia benci, dan membuatnya menjadi gelap mata seperti ini. Mengeraskan hati demi rasa benci yang mengakar di hati.
Wanita paruh baya itu menghela napas, lelah membujuk yang berujung penolakan demi penolakan. Dia menatap kembali cucunya yang berada di pelukan sang menantu, lalu berujar, "Namanya Della. Aradella."
"Aradella Cantika Aditya." Ayu menambahi seraya tersenyum, "Della memiliki lesung pipi yang membuat wajahnya semakin cantik, Bu. Cantik seperti Kak Rania."
Sementara, wanita yang baru bersalin itu tak tergerak sedikit pun menimpali perbincangan ibu dan adik iparnya. Bahkan saat mereka pamit pulang pun ia tak menyahut.
Tinggallah ia sendiri di apartemen yang telah menjadi tempat persembunyiannya beberapa bulan terakhir, ditemani keheningan, tak mengeluh. Kesepian sudah berteman akrab dengan dirinya sejak ia mengetahui dirinya hamil. Cita-cita dan cintanya lenyap seketika, hanya karena dua garis biru yang menegaskan keadaannya.
Sang ibulah yang membuatnya mau mempertahankan janin itu. Janin tidak diinginkan laki-laki berengsek yang menyumbangkan sebagian DNA-nya.
"Gugurkan saja! Ikutlah bersamaku ke Amerika, bukankah kita berjanji akan menggapai mimpi itu bersama? Segalanya akan lebih mudah jika tidak ada anak di antara kita."
Rania tersenyum sinis mengingat pertemuan terakhir dengan lelaki itu. Nyatanya, dia pergi ke sana dengan wanita lain yang kini telah menjadi istrinya. Ia terus merutuki kebodohannya yang tak pernah curiga, bahwa lelaki itu hanya memanfaatkan dirinya saja. Ia mengira perjuangan mereka berdua di dunia entertainment yang mulai bersinar, akan secerah hubungan percintaan mereka.
Nyatanya, lelaki itu mengambil semua hal berharga dari dalam dirinya. Ketulusan, pengorbanan, bahkan keperawanan pun ia serahkan. Buah ketololan itu, membuatnya mendekam dalam apartemen selama masa kehamilan. Ditemani seorang asisten yang dibayar ibunya, untuk menjaga dan menutup mulut akan kondisinya itu.
Bulan demi bulan, ia merajut bibit benci dan dendam yang terus mengakar dari sakitnya hati. Perut yang makin membuncit, menjadi pelecut bahwa cita-citanya itu tetap harus ia raih bagaimanapun caranya. Termasuk mengorbankan adik dan juga putrinya.
Rania kembali meringis mengingat akan putrinya.
Della ....
Rania memejam saat merasakan sesuatu mengalir tak terkendali dari bagian bawah tubuhnya, perih luka jahitan yang masih terasa berdenyut, belum lagi payudara yang kini mulai mengeras. Air kehidupan yang tak akan pernah dinikmati oleh pemiliknya.
Air mata jatuh dari pelupuk, merasakan nyeri di sekujur tubuh dan hatinya. Sakit yang kian hebat, dan menjadi amunisi akan dendam yang harus terbalaskan. Ia tak bisa mundur lagi.
Skenario telah disusun, rencana telah dijalankan. Ia tak bisa mundur lagi.
Haiiiiii ....
Welcome back to my channel ehhh 🤣🤣🤣🤣Akhirnya Cinta Ayudia punya sekuel. Dengan ini aku umumkan lapak perfect match akan ditarik.
Setelah dipikir selama setahun😁 sepertinya konflik Rania akan lebih mengundang drama. 😁😁
Tapiiii, kisah ini nggak sedramatis Ayu kok. Kali ini pengen bikin yang manis-manis gula jambu. 😍😍😍
Karena hidup Rania udah sulit sejak jaman Ayu, jadi mari kita kasih dia kesempatan kedua, ya.
Kira-kira cast-nya mau diganti gak ya buat pemeran Rania?
Alden, Ayu, Rangga, Ben, Hana, Kyle tetep akan muncul di sini.
Apalagi Mirna🤣🤣🤣
Siapa yang kangen dia cuunggg!!Oh ya, papa kandung Della muncul di sini. Kira-kira siapa cast-nya ya? Yang mirip sama Della.
Ramein lagi lapaknya ya, biar aku semangat nulis lagi.
Maacih 😍😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Rania
RomanceIni kisah titik balik hidup seorang Rania. Wanita yang sudah lelah terkungkung benci dan berusaha selalu terlihat kuat oleh siapa pun. Kekayaan, kekuasaan dan popularitas yang diimpikannya telah tercapai. Namun, tak ada rasa puas di sana. Demi mewu...