Bab 01

5.2K 378 30
                                    

Play mulmednya, biar ngena ke hati bacanya 😁😁😁

Happy Reading!

***
"Saya suka desainnya seperti ini untuk case lipsticknya. Logo R besar di bagian dasar."

Rania tengah berbincang dengan perwakilan sebuah perusahaan kosmetik, yang akan menjadi partner bisnis selanjutnya.

Setelah memugar kembali restoran keluarganya ditambah perbaikan dari setiap sisi, kini usaha kuliner miliknya sudah memiliki cabang lain di beberapa kota di Pulau Jawa. Ia menggandeng konsultan perencana keuangan handal, untuk investasi bisnis yang akan ia jalankan. Wanita itu mulai mengalokasikan penghasilannya selama bekerja di dunia entertainment, untuk membuat aset-aset di masa depan. Setelah sukses dengan usaha kuliner, kini ia merambah ke dunia kosmetik. Menggandeng sebuah perusahaan kosmetik terkemuka sebagai produsen, ia akan meluncurkan brand sendiri untuk kosmetiknya.

"Baik, Mba Rania. Nanti desain venue untuk launching, temanya gold and black juga seperti ini, ya," balas seorang pria yang mengepalai proyek kerja sama tersebut.

"Yap. Untuk detail lainnya, bisa dikomunikasikan sama asisten saya, ya. Mbak Mia sudah paham konsep seperti apa yang saya mau," jelas Rania.

Setelah perbincangan bisnis itu selesai, Rania pun mengantar tamu-tamunya pulang. Saat ini ia tengah berada di restoran utama yang dikelola langsung oleh ayahnya, Robby Aditya. Ia tersenyum pada beberapa pengunjung yang baru saja masuk ke dalam restoran tersebut, dan tentu saja diiringi tatapan terkejut dan memuja yang terpancar jelas di wajah mereka.

Setelah meladeni ajakan berfoto beberapa pengunjung, ia bergegas ke lantai dua di mana kantor ayahnya berada. Belum sempat kakinya melangkah, sang ayah telah muncul dari atas dengan gestur tergesa.

"Ran, kita harus ke rumah sakit!!"

Rania membeku, jantungnya berdetak tak keruan mendengar kabar buruk yang dibawa ayahnya. Beberapa minggu ini situasi menjadi kacau, terutama menyangkut masalah adiknya, Rangga.

Jangan – jangan ....

"Adikmu ada di rumah sakit, dia kecelakaan." Pria paruh baya itu mengambil kunci mobil di laci kasir, lalu beranjak menuju dapur mencari seseorang . "Mia, minta tolong jemput Della, ya. Saya dan Rania harus segera ke rumah sakit, Rangga kecelakaan."

Wanita yang juga asisten Rania, mengangguk sambil menerima uluran kuci mobil itu. "Baik, Mas!"

Robby menggelengkan kepala saat mendapati Rania masih terpaku di sana, menepuk lalu menarik bahu putrinya ke dalam dekapan.

"Semua akan baik-baik saja."

Rania tersentak, ia merengkuh balas pelukan ayahnya. Memejamkan mata sejenak, berusaha meraih fokusnya kembali. "Della gimana, Yah?"

Robby lalu mendorong tubuh putrinya untuk bergerak menuju mobilnya yang ada di parkiran. "Tenang saja, Mia nanti yang urus."

Rania mengangguk, mengenakan seat belt dan menatap ke arah jalanan. Belum sempat ia mengajukan pertanyaan lagi, ponsel milik ayahnya berdering. Rania mengambil ponsel yang disorongkan ayahnya lalu menjawab panggilan itu.

"Halo, Bu ..."

Hanya itu sebaris kalimat yang terucap dari mulutnya, selebihnya wanita itu makin membeku tatkala mendengar perkataaan dari ibunya di seberang telepon. Panggilan yang telah berakhir tak membuatnya kembali tersadar, hanya menerawang mengingat kilasan-kilasan kejadian masa lalu yang kini terulang kembali. Masa lalu yang amat sangat disesalinya.

"Ran ... Rania!!"

Teguran keras dari Robby-lah yang menyadarkan wanita itu. Tanpa ia sadari, air mata berjatuhan dari mata indahnya. Robby menghela napas lalu menyeka air mata di pipi putrinya. Lalu lintas padat di jam makan siang, membuat perjalanan mereka terhambat.

Cinta RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang