Better in time, Leona Lewis
Uughhh, pas banget sama yang dirasakan Rania saat ini. Play mulmednya ya, gaesss
Jangan lupa klik vote dulu sebelum baca, ya. tengkyuuuuu
***
"Rania ...."
Sebuah tangan besar mengangkat lembut dagu Rania, lalu jemarinya mengusap perlahan air mata yang ada di pipi wanita cantik itu. Dia menatap sendu wanita di hadapannya
"Hey, lihat aku, Ran," ucapnya lagi.
"Raja ... adikku ... dia— ini salahku!"
Rania tak mampu berkata-kata, hanya air mata yang kian deras mewakili keadaanya.
"Ssst! Hei, lihat aku!" Lelaki itu merangkum wajah Rania agar mau menatap dan mendengarkan perkataanya. "Adikmu tidak meninggal. Dia masih hidup. Lihat!"
Isakan wanita itu terhenti, ia menatap ke dalam mata tajam yang senantiasa jujur padanya. Dan ia tidak melihat kebohongan sedikit pun di sana. Rania kemudian melihat ke arah ruang operasi yang tengah terbuka. Terlihat beberapa perawat tengah mendorong brankar dan peralatan keluar dari ruangan itu. Ia tak melihat kerumunan di sana. Orang tuanya pun tidak ada. Bertumpu pada lengan Raja, Rania pun berdiri.
"Adikmu akan dibawa ke ruang HCU untuk sementara waktu, akan dilakukan observasi lanjutan untuk kondisinya," jelas Raja.
"Apa yang terjadi dengan adikku? Bukankah tadi dia sudah ...."
Rania tak mampu melanjutkan perkataannya. Melihat Rangga terbujur kaku dengan tubuh memucat, menghancurkan jiwanya. Ia merasa memiliki andil di dalamnya.
"Dalam dunia medis, mati suri bisa dikatakan pengalaman mendekati kematian atau near death experience. Biasanya itu terjadi karena aktivitas syaraf lemah tak terdeteksi sedangkan organ vitalnya merespon negative dari tanda kehidupannya. Hal i—"
Plak!
Penjelasan lelaki itu terhenti saat wanita di hadapannya menepuk bahunya kuat dengan ekspresi wajah penuh kekesalan. Bibirnya berkedut melihat tatapan menantang wanita itu. Tatapan yang dia rindukan.
"Aww ... sakit, Ran!"
"Ini bukan waktunya aku mendengar ocehanmu, Tuan Raja yang Terhormat. Simpelnya saja. Apakah adikku baik-baik saja?" tanya Rania, kali ini ekspresi galaknya berubah menjadi khawatir yang mendominasi.
Kedua jemari Raja menghapus sisa air mata di wajah Rania, lalu mengaitkan rambut itu ke belakang telinganya dengan perlahan.
"Singkatnya, Rangga selamat.Berdoa saja keinginan hidupnya makin menguat. Ini keajaiban."
Air mata yang menetes di pipi Rania, kali ini adalah bentuk rasa haru. Ada secercah harap masuk ke dalam hatinya. Jika keajaiban itu ada, maka ia pun ingin ikut berharap hal yang sama terjadi pada hidupnya. Mengakhiri dan memperbaiki semua kesalahannya, agar hidupnya kembali tenang.
"Orang tuaku di mana?"
"Aku lihat ibumu pingsan dan mantan adik iparmu juga. Mereka sepertinya syok. Aku yakin mereka belum tahu kalau adikmu telah kembali."
Tangan wanita itu bergerak mencari ponsel di sakunya, ingin menghubungi sang ayah. Lalu ia teringat sesuatu. Ia menoleh ke arah kursi tunggu, dan melihat Della tengah memegang ponselnya. Headset yang masih bertengger di telinganya rupanya tak mengganggu gadis kecil itu yang tampak tertidur dengan kepala berayun. Tampaknya putrinya itu kelelahan.
Rania menghela napas lega, mengetahui Della tak tahu menahu mengenai kejadian tadi. Ia melepas perlahan headset itu, lalu menarik ponsel dari tangan mungil Della. Masih terputar video girlband korea di sana. Salah satu favoritnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Rania
RomanceIni kisah titik balik hidup seorang Rania. Wanita yang sudah lelah terkungkung benci dan berusaha selalu terlihat kuat oleh siapa pun. Kekayaan, kekuasaan dan popularitas yang diimpikannya telah tercapai. Namun, tak ada rasa puas di sana. Demi mewu...