😊Awali dengan Basmallah dan akhiri dengan Hamdallah😊
Panggilan Sang Bidadari
Aku, Putri Azzahra Arnius. Aku adalah Anak sulung dari Papa Arnius dan Mama Larasati. yang sekarang usiaku 27 tahun. Seorang nenek pernah berkata pada Mama bahwa aku adalah si Princess cantik yang memiliki akhlakul kariimah. baik hati, ramah tamah, sabar dan penyayang. katanya, kecantikkan wajahku sesuai dengan keindahan akhlak yang aku miliki. Padahal Aku juga masih banyak dosa. hanya saja, Alhamdulillah, Allah Swt masih menutupi aib-aibku.
Aku biasa disapa Putri. Tetapi, tidak semanja namaku meskipun orangtuaku merupakan seorang pengusaha sukses. Papa berdarah Jepang dan Mama tak lain dari Indonesia.
Hobiku adalah membaca, menulis dan aktivitasku selalu di isi dengan hal-hal yang bermanfaat bahkan Aku selalu meluangkan waktu untuk mengikuti kajian-kajian Islam. Aku senang dengan warna hijau. Oleh karenanya, kamarku semua di hiasi dengan warna hijau.
Awalnya Papaku beragama Kristen. Namun, saat pertama kali ia jatuh cinta pada Mama, ia memutuskan untuk masuk Islam. Tak heran jika Aku sebagai anak sulung memiliki wajah tak jauh dari Papa. Berkulit putih, mungil, bermata jelita dan sipit. Wajahku selalu ditutupi dengan cadar ketika hendak keluar rumah atau bersua dengan yang bukan mahrom.
Penampakan fisikku mungkin sedikit berbeda bila dibandingkan dengan Adikku. Wajahnya mirip Mama. Berambut kriting dan gondrong, memiliki kulit sawo matang tetapi ia begitu menyayangiku bahkan sesekali rela berkorban untukku. Begitu pula sebaliknya. Yasiin fairuz, itu adalah nama yang indah pemberian Mama.
Papa dan Mama sangat menyayangi Kami. Kami selalu diberikan fasilitas-fasilitas mewah. Namun, Aku sering tidak menggunakannya bahkan jika bepergian hanya menggunakan motor matic bukan dengan mobil pribadi. Berbeda dengan adik Fairuz yang selalu memanfaatkan kekayaan orangtua berupa fasilitas-fasilitas seperti mobil pribadi dan lain-lain.
Aku telah selesai melanjutkan pendidikan magister. Mengambil keguruan dan ilmu pendidikan dengan program studi bimbingan dan konseling. Begitu halnya dengan Fairuz. Adikku melanjutkan studinya yaitu Ekonomi dan Bisnis.
Mama yang penuh dengan kasih sayang tentu tak kuasa melihat kedua anaknya terluka. Ia trauma telah kehilangan seorang bayi cantik dan mungil ketika persalinan di rumah sakit. Mungkin Allah Swt lebih sayang padanya.
"Putri! Faiz!" panggil Mama dengan penuh kasih sayang.
"Iya, Ma," ucapku dan Faiz
Kami pun keluar dari kamar masing-masing. Aku yang kamarnya dilantai bawah dan Faiz yang tergesa-gesa turun dari tangga.
"Kenapa tergesa-gesa begitu, Nak?" ucap Mama tersenyum dengan lesung pipi dan gigi gingsulnya yang terlihat manis.
Kami pun duduk disamping kiri kanan Mama sambil memeluk dan menciumnya.
"Bagaimana nggak tergesa-gesa, Ma, kalau yang sedang memanggil itu ialah seorang bidadari cantik, dan baik hati!" gombal Faiz
Faiz menatap wajah Mama dengan kemanjaan dan memegang pipi Mama.
"Ah! Si Faiz gombal, tuh Ma, pasti ada maunya deh, huuuu!" ucapku dengan nada mengejek.
"Ihh! Siapa yang menggombal sih, ini realita tahu Kak," Mama itu memang bidadari aku yang pertama, weeeekkk," Faiz mengejek balik.
"Sudah, sudah! Kalian ini seperti anak kecil saja, kan sudah gede semuanya," kesal Mama
Tapi meskipun kesal Mama masih tetap terlihat kasih sayangnya yang ikhlas kepada kami berdua.
"Hehehe... Mama," ucapku dan Faiz.
"Tahu nggak, kenapa Mama memanggil anak-anak Mama yang shalih dan shalihah ini?" tanya Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di balik Cadar Sang Putri (Terbit)
Novela JuvenilYa Allah, hari itu, aku benar-benar merasa bersalah. Apakah aku termaksud anak durhaka?, padahal aku tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Tapi, kejadian ini bukan berarti membuatku harus melepaskan cadar. Ustadza Azzahra Qhumairoh Khanza meman...