Part 3, Introducing

223 9 0
                                    

😊Awali dengan Basmallah dan akhiri dengan Hamdallah😊

Pandangan pertama

Hari ini adalah hari pertama aku mengunjungi sekolah. Sambil menunggu waktu, aku melihat para siswa yang sedang bermain basket. Kelihatannya mereka begitu bersemangat bersama pelatihnya.

10 menit kemudian, Kami pun mulai mengadakan rapat yang dipimpin oleh Bapak Adhitama sebagai kepala sekolah sementara para siswa akan dipulangkan lebih awal.

Kepala sekolah memintaku menyampaikan sambutan. Seperti biasanya ucapan salam akan diucapkan oleh para guru muslim dan muslimah saja sementara yang berbeda agama akan menjawab ucapan selamat pagi, siang dll.

"Bapak dan Ibu guru sekalian, sebelum rapat ini di mulai, saya menghimbau kepada guru baru untuk memperkenalkan dirinya, dipersilakan!" Ucap Bapak Adhitama

Pandangan Bapak Adhitama mengarahkan kepadaku yang sedang duduk di paling depan.

Aku pun maju ke depan untuk memberikan sambutan sekalian memperkenalkan nama.

"Ya, langsung saja, perkenalkan, namaku, Putri Azzahra Arnius. Teman-teman bisa memanggilku Putri. aku belum menikah dan usiaku 27 tahun. aku sangat bersyukur dan berterima kasih kepada kepala sekolah dan teman-teman lainnya yang telah menerima aku untuk bisa mengajar di sekolah ini." Sambutanku.

Aku adalah guru termuda di sekolah itu.

Selama aku menjelaskan, ternyata, seorang Guru penjaskes yang aku lihat tadi di lapangan basket dan merupakan pelatih basket terus saja menatapku. Tatapannya itu, membuatku malu dan hampir saja aku salah tingkah tapi aku berusaha untuk menjaga pandangan sampai akhir rapatpun di tutup. Pelatih basket itu bernama Muhammad Arwin.

"Baiklah, terima kasih kepada Bapak dan Ibu dewan guru yang telah hadir dalam rapat ini. wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh dan selamat siang." Ucap bapak Adhitama.

Seusai rapat, seperti biasanya, para dewan guru berjabat tangan. Namun, berbeda dengan aku yang hanya berjabat tangan dengan orang tentu saja yang mana sesuai dengan hukum syara'. Oleh karena itu, hal ini menjadikan yang lain itu melihatku dengan tatapan yang aneh.

"Assalamu'alaikum Ustadza," salam Muhammad Arwin

Muhammad Arwin mengulurkan tangannya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Pak." Jawab salam

Aku hanya menjawab salam tanpa mengulurkan tanganku sama sekali dan bersikap tegas di depannya.

Perihal ini tidak membuat Muhammad Arwin merasa minder malah membuatnya semakin kagum denganku. Akan tetapi, menjadikan kebencian terhadap beberapa teman disini terlebih lagi Stevy. Stevy memang sejak awal cinta kepada Muhammad Arwin. Namun sayangnya, sedikit pun Muhammad Arwin tidak mencintainya.

--

Kemudian kepala sekolah meminta Bapak Sumanto untuk memperkenalkan aku dengan kelas XII-E dan aku akan menjadi wali kelas di kelas tersebut. Hal ini membuat Muhammad Arwin cemburu. Padahal, Bapak Sumanto sudah memiliki isteri dan tentu saja beliau sangat menyayangi isterinya.

Muhammad Arwin sangat ingin menggantikan posisi Bapak Sumanto agar dia bisa dapat berbicara banyak denganku.

Bapak Sumanto kemudian menghampiriku

"Assalamu'alaikum Ustadza, aku di minta kepala sekolah untuk menemani kamu berkenalan dengan suasana sekolah terlebih lagi kelas XII-E. Selamat untuk Ustadza sebagai wali kelasnya." Ucap Bapak Sumanto.

Meskipun aku pernah menyampaikan nama panggilanku tapi mereka tetap saja memanggilku dengan sebutan Ustadza padahal aku rasa bahwa aku belum pantas untuk disapa Ustadza.

Di balik Cadar Sang Putri (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang