-Introvert Girl-

126 6 0
                                    

Sakit rasanya, mencintai seseorang yang juga dicintai oleh sahabat sendiri.

Adira Tishabriella

Kring... Kring... Kring...

Suara bunyi alarm mengganggu tidurnya hari ini. Seperti biasa, dia malas sekali bangun karena hari ini adalah hari Senin. Hari dimulainya permasalahan-permasalahan baru, rasanya dia ingin tidak masuk sekolah, tapi demi mencapai kesuksesan dia harus kuat meskipun harus menghadapi masalah-masalah yang akan datang seiring berjalannya waktu.

Seorang gadis remaja bangun dari tidurnya, yang tak lain namanya adalah Adira Tishabriella. Memang, namanya bagus. Adira itu artinya kuat. Tapi apa kalian tau? Gadis itu lemah, lemah mental maupun fisik. Dia hanya memiliki dua sahabat yang bisa mengerti dirinya. Karena yang lain tidak ada yang mau berteman dengan dirinya, bukan tidak ada memang Adira suka saja menjadi gadis introvert. Dia lebih suka menyendiri, menjauh dari keramaian.

Sahabat yang pertama bernama Lisya Cadensa dan yang kedua berwujud binatang lucu, berupa kucing bernama Scattelle. Nama yang unik bagi Adira.

"Scat!" panggil Adira ke Scattelle yang sedang berlari memutari dirinya.

"Hari ini aku harus sekolah, jadi kamu main sendiri dulu ya sampe jam 14.20." ucap Adira sambil mengusap lembut bulu-bulu kucing itu. Setelah itu dia segera mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.

Setelah 30 menit dia habiskan untuk mandi dan memakai seragam, Adira segera keluar dari kamarnya dan menuruni tangga untuk ke ruang makan yang berada di lantai 1.

"Pagi Ma, Pa." sapa Adira disertai senyuman, senyuman yang jarang sekali dia perlihatkan.

"Pagi juga Dir." sapa balik Tisha (mama Adira).

"Pagi Dir." sapa balik Riel (papa Adira).

Adira langsung duduk di kursi biasa dia makan dan langsung melahap roti bakar yang sudah disiapkan oleh Tisha.

Sekitar 20 menit dia sarapan, Adira langsung naik ke kamar dan mengambil tas sekolahnya dan segera berangkat menuju SMA Fertabell, sekolahnya. Adira menduduki bangku SMA kelas 11 Ips 4. Kenapa dia memilih Ips? Karena baginya sejarah itu lebih penting dibanding alam. Karena baginya alam tidak adil kepadanya lagi, jadi bisa dikatakan dia sedang marah dengan alam. Lagi pula dia lebih suka mengenang masa lalu, karena baginya masa lalu di hidupnya itu lebih membuatnya bahagia daripada hidupnya yang sekarang, yang penuh dengan keterlukaan dan kepahitan, tidak seperti dulu.

Adira masuk ke kelasnya sambil menunduk, bukan karena malu dia hanya tidak sanggup untuk melihat wajah dari mantan sahabatnya itu yang bernama Askia Melliston.

"Hai, Dir." sapa Lisya yang saat itu sedang membaca buku novel.

"Hai, Sya." sapa balik Adira sambil tersenyum ke arahnya.

"Aku denger dari temen-temen sekelas kita, bakalan ada anak murid baru loh." ucap Lisya semangat.

"Oh, terus urusannya sama aku apa Sya?" tanya Adira bingung.

"Kita ajak murid baru itu temenan sama kita ya? Biar kita jadi bertiga bukan berdua lagi, kan nambah temen itu bagus Dir." saran Lisya

"Kamu gak suka ya temenan berdua aja sama aku?" tanya Adira pelan.

"Loh, bukan gitu maksud aku Dir. Aku cuma mau kamu jangan terlalu menutup diri seperti ini, kita ini harus bergaul sama yang lainnya. Nambah teman itu sama aja kita menambah kebahagiaan." jawab Lisya.

"Bahagia? Kata itu sepertinya tidak akan ada lagi di hidup aku Sya." lirih Adira.

"Tapi aku yakin suatu saat nanti kamu akan menemukan orang yang bisa membuat kamu bahagia, dan maaf aku belum bisa jadi teman yang mampu buat kamu bahagia Dir." ucap Lisya

Adira memikirkan kembali ucapannya itu, apakah Lisya tersinggung dengan ucapannya barusan? Dia sebenarnya bahagia-bahagia saja bisa berteman sama Lisya. Justru dia bersyukur mempunyai sahabat seperti Lisya, yang sangat sabar dan mengerti Adira. Sepertinya Lisya salah mengartikan ucapannya barusan.

"Bukan gitu maksud aku. Aku hanya gak nyaman aja kalau sama orang lain yang baru aku kenal. Kamu tau kan aku trauma memiliki teman banyak?" tanya Adira.

"Gak semua orang munafik Dir." jawab Lisya.

"Aku tau. Tapi, aku lagi ingin berada di zona seperti ini aja, zona kesepian." ucap Adira sambil tersenyum miring.

Lisya tau, Adira seperti ini karena apa dan karena ulah siapa. Tapi semakin hari dia ingin membuat Adira keluar dari zona nyamannya itu, dia semakin susah. Tapi dia yakin suatu saat nanti Adira akan bisa merasakan kebahagiaan kembali seperti waktu itu.

———

Bel istirahat sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu, kini hanya kedua sahabat itu yang masih berada di kelas. Sedangkan yang lainnya mungkin sedang berada di kantin.

"Bawa bekal apa lagi, Dir?" tanya Lisya yang sudah menyiapkan kotak bekalnya diatas meja yang berisikan nasi putih dan ayam goreng ditambah dengan sambal ijo.

"Aku bawa nasi putih sama sayur sop, kamu mau?" tawar Adira.

"Enggak, makasih. Ya udah yuk kita cuci tangan dulu di toilet." ajak Lisya.

Adira mengangguk. Mereka berdua pun pergi menuju toilet. Saat sudah selesai mencuci tangan, mereka berdua pun berjalan kembali menuju kelasnya. Tanpa sengaja, mereka berdua bertemu seorang lelaki yang dulu bahkan sampai sekarang Adira masih mencintainya. Namun Adira mencoba untuk melupakannya lebih tepatnya sih mengikhlaskan.

"Hai, Dir." sapa pemuda itu.

Adira hanya tersenyum tipis menanggapi sapaan pemuda itu, dan dengan cepat Adira berjalan kembali menaiki tangga untuk segera kekelasnya yang berada di lantai 3.

Tiba-tiba muncul kembali memori-memori itu, memori kebahagiaan dirinya dengan pemuda itu yang bernama Eric Deniswira. Lelaki tampan yang tadi bertemu dengan dirinya di tangga. Lelaki yang mampu membuatnya menjadi tau apa itu cinta sekaligus lelaki yang banyak disukai oleh para kaum hawa di SMA Fertabell dan juga lelaki yang disukai oleh mantan sahabatnya itu.

———

Hai guys, aku bikin cerita baru nih.

Baca ya jgn sampe gak baca, hehe.

Have fun semuanya!!!

Jangan lupa bahagia!<3

Vote dan komen ya!😊

Salam,

Author

Introvert GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang