13. TAK TERDUGA

3.3K 206 1
                                    


Kamis, 16 Januari 2020.


13. TAK TERDUGA


"Jika aku berperan untuk mendekat, maka kamu akan berperan untuk menjauhi."—Thalia Anastasya.


....DIEGO....

Asal kalian ketahui, Thalia sebenarnya adalah anak yang sering kali melanggar larangan Bundanya. Jika Bundanyan tahu, Thalia pergi ke minimarket untuk membeli minuman dingin apalagi es krim, pasti omelan Bundanya bisa sangat panjang. Tapi, Thalia tetap saja terkadang dengan tidak ketahuan Bundanya, pergi ke minimarket. Membeli es krim untuk menghilangkan rasa bosannya. Seperti sekarang.

Cewek itu dengan tidak izin Bundanya pergi ke minimarket yang dekat dengan kedai milik Bundanya. Cewek dengan tubuh yang masih terbalut seragam putih abu-abunya itu memang suka sekali dengan minuman dingin. Apalagi es krim. Lemari-lemari pendingin terus ia lihat dengan tetap berjalan. Lemari-lemari itu, banyak berisikan minuman dingin. Dari yang tawar seperti air mineral, sampai dengan minuman yang manis-manis. Cewek itu masih terus memilih.

Walau yang dia tuju untuk dibeli adalah es krim. Tapi dia tidak mau langsung untuk pergi ke tempat kusus es krim. Terlebih dahulu, dia melihat-lihat pada minuman-minuman dingin di lemari es yang berjejer rapih di sebelahnya—letaknya di pojok ruangan.

Thalia membuka lemari es itu. Mengambil sebuah minuman teh. Lalu dia pergi. Beralih pada rak lainnya. Dimana tempat makan cemilan di taruh. Langkahnya terhenti. Matanya terpaku. Melihat seorang cowok jangkung yang berdiri di area cemilan yang akan Thalia tuju. Cowok itu menggunakan jaket kulit. Thalia sangat hapal sekali. Jika cowok tidak menggunakan jaket parasut yang dibuat bebarengan dengan anak geng Sergend, dia akan beralih pada jaket itu.

Diego nngapain?, batinnya bertanya.

Dia, Diego. Cowok yang sedang Thalia tatap. Thalia tidak mendekati Diego. Seperti bagaimana yang dia lakukan jika di sekolah. Thalia malah lebih memilih bersembunyi di rak-rak yang sebelahan dengan Diego berada. Memperhatikan apa saja yang dilakukan cowok itu. Thalia sedikit heran. Dia kira, cowok jangkung itu hanya dingin dan datar saat di sekolah. Siapa tahu kan, dia jaga image.

Tapi nyatanya, cowok dengan alis tebal dan hidung mancung itu, tetap memasang wajah dinginnya sampai keluar sekolah. Setelah Diego mengambil sebuah bingkisan makanan ringan yang sejak tadi ia pilih, cowok itu memutar tubuhnya. Membuat Thalia langsung menyembunyikan diri lebih dalam. Agar cowok itu tidak tahu.

Ingin memastikan, Thalia langsung celingukkan. Cowok berjaket kulit itu, sudah tidak di sana.

"Cowok gue dimana?" gumam Thalia sangat pelan.

"Gue gak suka dimata-mata."

Suara dingin itu, membuat Thalia terpaku untuk beberapa saat. Dia langsung menegakkan tubuhnya. Thalia memutar tubuhnya. Lalu terkejut—Diego sudah berada di hadapannya. Kapan cowok itu beralih dan tiba-tiba berada di posisinya kini?

Bisa ngilang kali, dia.

"Ma—mata-matain?" Thalia bergumam pada Diego yang menatapnya tanpa ekspresi. "Siapa? Gue? Geer lo. Gu—gue gak lagi, mata-matain lo, kok." sangkalnya.

Diego tidak menjawa atau mengeluarkan suara lagi. Dia hanya diam—memutar tubuhnya dan pergi ke rak yang lain. Thalia yang melihatnya langsung mengejar. Membuat Diego menyesal. Menyesal, mengapa tadi dia datang dan membuka bahwa dia tahu cewek itu sedang memeprhatikannya diam-diam.

DIEGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang