CHAPTER 26

634 43 0
                                    

Entah dia yang membutuhkanku atau sebaliknya, aku selalu merasa dia hadir, selalu ada,  bahkan disaat aku benar-benar tidak membutuhkannya.

_________

"Ra, makanan sudah datang, "

"Lo bawa apa? "

"Mie samyang,  " Kinara memutar bola matanya lalu menutup pintu rumahnya kembali.

"Samyang, " panggil Benaya dari balik pintu yang tertutup, ia percaya kalau Kinara masih mengumpat di balik sana.

"Gue baru tahu kalo samyang itu makanan manis. Sana pulang, gue nggak jadi lapar, " usir Kinara.

Perutnya mengadu, tidak terima dengan ucapan yang tadi Kinara lontarkan dengan bohong. Semoga lelaki itu tidak mendengar suara lapar dari perut gadis itu.

"Samyang lo gue sangkutin di gagang pintu, jangan lupa di makan, gue pulang,"

"Iya, sana pergi biar bisa cepet-cepet gue buang, " balasnya.

"Bilang makasih dulu dong, "

"Iya sama-sama, " jawab Kinara ketus.

Tak lama suara pintu pagarnya terdengar dikunci kembali, Kinara memberanikan menyentuh knop pintu rumahnya karena keadaan diluar sudah aman. Jam sebelas malam Kinara mengadu ke tetangganya untuk minta di belikan makanan.

Maksudnya bukan samyang, bukan makanan yang dengan sengaja cowok itu beli untuk mengerjai seorang Kinara yang tidak bisa makan pedas. Lagipula ia tidak percaya kalau Benaya akan mau menuruti permintaannya ditengah malam seperti ini.

Rasa laparnya runtuh seketika saat ia membuka isi dari plastik berwarna putih , aromanya sangat manis, bukan samyang atau makanan pedas seperti yang Kinara duga. Benaya membawakan satu kotak cake tiramisu kesukaannya, ditambah dua keping cokelat koin yang membuat Kinara mengurungkan niat untuk memakan cake-nya itu.

"Aaaaaaaaaaa Benaya nyebelin," umpat Kinara.

Cokelat, makanan manis yang digemari semua kalangan baik muda maupun tua. Cokelat, makanan manis yang selalu bisa mengembalikan setiap mood manusia normal. Cokelat itu manis, tapi sayang Kinara tidak menyukainya.

Kinara melempar satu potong cake yang dimakannya saat ia mendengar teriakan mami dikamar. Sebelum itu ia mematikan siaran TV yang di tontonnya terlebih dahulu. Kinara berlari dengan gusar,  tidak peduli bagaimana ia memperhatikan langkah kakinya dan beberapa kali menabrak dinding yang di lalui.

Kinara tiba di depan kamar mami, dengan pintu yang terbuka dan mami yang menangis di bawah tempat tidurnya. Jantung Kinara berdetak lebih cepat dari biasanya, ia langsung mencari keberadaan papi. Kinara mencemaskan papi dengan berbagai pemikiran negatif.

"Kenapa mam? Papi manaaa? " teriak Kinara histeris.

Kinara membuka pintu kamar mandi, tidak ada siapa-siapa. Kemudian beralih ke balkon yang tirainya masih terbuka. Tetap tidak ada papi disana.

Mami beringsut memeluk Kinara, wajah cantik mami yang di penuhi dengan peluh membuat Kinara semakin ketakutan.

"Mam bicara sama Kara, papi dimana? " mami menggeleng.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang