Part 04

18 7 0
                                    

Maaf udah hampir dua Minggu ngga update,,

Sebagai gantinya aku up 2 part deh🤣

Jangan lupa tinggalkan jejak
Klik bintang yahh.
Dan jangan lupa komen:)

Happy Reading

Enjoy!

Warning ! Typo bertebarannn!!!

Part 04

Pekerjaan Rumah atau biasa di singkat PR bagi seorang pelajar adalah hal yang paling dibenci setelah hari senin. Begitupun dengan Harris, rasanya malas sekali menatap tumpukan kertas yang berisi soal-soal yang diberikan guru tadi pagi di depannya.

Besok adalah hari ke tiga cowok itu bersekolah setelah libur panjang, bagi Harris liburan kemarin tidaklah panjang seperti namanya. Dua minggu? Baginya tidaklah cukup, itu sangatlah singkat jika dibandingkan dengan hari-hari bahkan waktunya sebagian hampir full dia buang untuk belajar. Kalau di Sekolah ya namanya belajar, entah itu benar-benar belajar ataukah hanya numpang tidur yang penting pergi ke Sekolah pasti sudah dikatakan belajar.

Kalau saja Umaimah—uminya berada di rumah sudah pasti melarang Harris untuk belajar. Karena umi nya begitu pengertian, tidak seperti Abinya yang selalu menyuruh Harris belajar padahal dari pagi sampai petang cowok itu sekolah yang pasti otaknya capek, butuh refreshing entah itu hanya menonton tv ataukah tidur.

Harris masih dengan posisi duduknya di atas karpet berbulu, tangannya menyangga dagunya, jari tangannya yang memegang pulpen iya ketuk-ketukkan ke pelipisnya persis seperti orang yang sedang mikir.

"Sial. Gue nggak nemu-nemu nih jawaban. Wahai PR! Kenapa lo selalu bikin susah gue sih?" gerutu Harris, kemudian cowok itu menelungkup kan wajahnya di atas meja.

Harris memejamkan matanya sejenak karena tiba-tiba saja kantuk melanda dirinya. Ini nih yang selalu bikin Harris kesal, kenapa kantuk suka sekali datang di waktu yang tidak tepat? Heran deh.

BRAK

Harris langsung tersentak kaget, bahkan tangan yang tadi sedang memegang pulpen kini pulpennya terpental.

Harris langsung menegakkan tubuhnya dan menatap orang yang telah menganggu dirinya.

"Apa?" tanya Harris galak. Selain kantuk, ternyata orang itu juga selalu datang diwaktu yang tidak tepat.

Orang itu hanya nyengir "Bang! Ajarin nih, aku ada pr matematika. Dan aku nggak bisa." pinta Ahman dengan nada yang memohon sambil mengerjap-erjapkan matanya.

Harris melotot, tidak liat apa? Dirinya saja sedang kepalang tidak tahu bagaimana menyelesaikan pr ekonomi di depannya ini. Dan si adik laknatnya ini minta bantuan dirinya? HAH? Nggak salah?

"Nggak! Sana minta ajarin bang Yusha aja dia pinter matematika!" Jawab Harris sambil mulai sibuk dengan pekerjaannya. Walau sebenarnya, dia lumayan dalam mapel matematika daripada Ekonomi ini.

Cuma, ya gitu. Malas. Malas ngajarin anak itu, karena dia tau pasti akan memakan waktu yang panjang sepanjang jalan tol.

"Pret! Pinter dari mana, nilainya matematikanya aja sepuluh. Bayangkan sepuluh bang!" sungut Abdurrahman tak terima dengan pernyataan Harris yang mengatakan kalau abang Yusha nya itu pinter.

Dulu, Ahman sempet percaya dengan jawaban yang di ajarkan Yusha dan bahkan dia sempat memuji kecepatan cowok itu dalam menghitung. Namun, esoknya saat sang guru mengoreksi tugasnya. Dia dipanggil ke depan untuk menjelaskan maksud dari jawabannya itu.

Love Who You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang