7. Pondok Mertua

1.3K 113 5
                                    

Tandai typo

Nb: bukan untuk dedek emes. Minggir dulu ya dedek.  part mengandung 21++

Happy Reading
.
.
.
.

"Cinta itu datangnya dari hati bukan dengan paksaan".

Sanee baru saja menginjakkan Kakinya di ruang tamu yang gelap gulita. Tapi saat langkahnya sudah mengarah ke ruang tengah, lampu itu menyala seketika.

Disana Gusti sudah berdiri dengan bersidekap dada memandang Sanee tajam. Sanee menghela nafas sejenak dan berjalan menuju meja makan.

Gusti menghampirinya dan duduk di depan Sanee. Dia seolah seperti maklhuk tak kasat mata. Sanee sama sekali nggak peduli ada dia disana. Gusti memgepalkan tangannya erat. Menahan emosinya yang siap meledak.

Ini sudah bulan ke tiga mereka menikah. Tapi Sanee sendiri nggak peduli ada Gusti di rumah, bahkan dia jarang pulang ke rumah. Waktu kerja Sanee lebih banyak di rumah sakit. Hampir saja Gusti membeli rumah sakit tempat Sanee bekerja.

"Sudah tiga bulan lho lo nganggurin Gue". Sanee yang sedang menahan kantuk itu menatap Gusti enggan.

"Hm".

"Lo bisa gak sih, pulang ke rumah ini, dan perbaiki semuanya. Gue tahu kok, elo gak pernah suka sama Gue. Tapi please San, ijinin Gue masuk ke hati lo". Sanee mengangkat wajahnya yang semula menunduk kini menatap Gusti.

Dia tidak bisa menjawabnya.  Dia teringat apa kata Shae kemarin, saat dirinya tetap tidur di resto.

"Gue gak akan pernah maksa Lo. Tapi seenggaknya,  lo coba San. Buka hati lo buat Gusti, terima kenyataan yang ada". Sanee hanya diam waktu itu. "Kalau suatu saat nanti lo beneran jatuh cinta sama Gusti, ya lo terima, tapi kalau sampai Gusti sakitin lo. Ada Gue dan Billal yang bantuin lo".

Sanee memandang Gusti yang terlihat lelah. Wajah Gusti terlihat tirus, bahkan mata pandanya sangat terlihat.

Sanee berdiri dan menghampiri kursi Gusti, membuat Gusti harus mendongak menatapnya penuh tanya.

Sanee membelai bawah mata Gusti,  dan dia tersenyum tipis. Bahkan Gusti terpaku melihat senyuman Sanee. Ini Sanee kan, Sanee yang cuek dan teman debatnya. Kok aneh--.

"Gue bakalan buka hati Gue buat lo. Kita perbaiki semuanya dari Awal". Ucap Sanee.

Greb

Gusti menarik Sanee duduk di pangkuannya,  dia memeluk erat Sanee. Gusti bahkan sudah jatuh cinta padanya. Entah kapan, yang jelas dia merasa bahagia.

💣💣💣

Kehidupan pernikahan mereka telah berubah. Bahkan setiap sore, Sanee selalu pulang ke rumah dan menyiapkan makanan untuk Gusti.

Gusti selalu Semangat jika jam di pergelangan tangannya yang terlihat sangat mahal.

Wajahnya lebih bersinar sekarang. Apalagi Sanee sekarang memperhatikan dirinya. Gusti bahkan sukarela mengantarkan Sanee berangkat ke rumah sakit jika diperlukan.

"Sanee".  Suara lembut perempuan paruh baya di belakangnya, membuat Sanee menoleh.

"Bunda?". Sanee mencium tangan Ira. Dia mengajak Ira duduk di kursi makan. "Bentar ya Bunda, aku ambilkan minum dulu". Ira mengangguk.

Sanee sudah kembali dengan dua gelas teh hangat. Disana Ira sudah duduk dengan Gusti.

"San".  Sanee tersenyum tipis saat Ira memanggilnya. "Bunda ingin punya cucu segera. Bunda harap, kamu gak menundanya".

Sanee terdiam cukup lama, dia tidak mengiyakan ataupun menolak. Dia hanya diam. Bertanya pada hatinya sendiri, apakah dia benar-benar mencintai Gusti. Entahlah. Ini masih abu-abu.

Perfect (Shit) Husband (Tersedia Di Ebook) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang