"Pete"
Lagi, mimpi yang sama di jam yang sama pada minggu ini
Dalam mimpinya pete selalu tersenyum semanis tebu pada ae, kulitnya halus seperti biasa namun ae jelas dapat membedakan tatapan matanya yang kini terasa kosong tanpa cahaya, ae tahu itu salahnya sebab lelaki penguasa laut hitam itu belum mampu menepati janji untuk menyayangi anak mereka, bagi ae kematian pete disebabkan oleh dua buah hati mereka, ae menganggap jika saja saat itu pete menggugurkan bayi mereka tentu istrinya masih disini menikmati hujan di akhir desember bersamanya
Ia terbangun tepat pukul 2 malam, seperti selalu pada minggu ini dan setiap pukul itu pula ae akan selalu mendengar celotehan anak anaknya yang selalu berdebat sebelum tidur, ae menempatkan cctv yang dapat menangkap suara di kamar buah hatinya yang langsung terhubung pada komputer di kamar utama. Anak anak itu sudah seminggu ini selalu terbangun tanpa sebab di jam yang sama dan ae selalu memperhatikan keduanya
"Hei Dean apa kau sudah menyiapkan topinya?" tanya sang bocah lelaki dengan piama pororonya
"sudah, bagaimana dengan p'in apa?" balas bocah lain dengan piama yang sama namun berbeda warna
"aku sudah, tapi apa daddy akan ikut?"-In
"entahlah, tapi besok adalah ulang tahun kita dan uncle Tum sudah mengatakan daddy akan ikut piknik bersama kita"-Dean
Benar, besok adalah ulang tahun kedua putranya yang juga merupakan hari dimana ia kehilangan pete 7 tahun silam, beberapa tahun belakangan ae selalu dengan sengaja melawatkan hari ulang tahun anaknya dengan menyibukan diri entah itu dengan pekerjaan atau mengurus bisnis hitamnya atau baru baru ini ia akan menghabiskan waktu di hutan dan berburu kijang atau hewan lain hanya dengan bermodalkan pisau lipat di tangannya.
Ae masih berdiri di depan jendela kamarnya dan menggenggam foto pete di tangannya saat ketukan ringan terdengar
"daddy?" suara mungil itu nampak ragu, ae sedikit melirik pada foto istrinya sebelum menarik nafas dan menjentikan jari lalu pintu perlahan terbuka otomatis
"masuklah" kaki mungil
Intouch namanya, lelaki mungil yang memiliki wajah amat mirip dengan pete melangkah maju, sejujurnya dibandingkan Dean sang bungsu ae lebih menaruh perhatian pada si sulung, bukan hanya karna wajah tapi secara fisik dan kekuatan in jauh dibawah dean, itu mengingatkan ae pada sosok lemah mendiang istrinya
"daddy sudah bangun?" tanyanya, ae mengangguk ia meletakkan foto pete di meja nakas dengan hati hati sebelum menghampiri putranya. In selangkah mundur
Sejujurnya ae tidak sedekat itu dengan anak anaknya, bahkan si kembar cenderung takut pada ae sebab yang mereka lihat di ae hanya kegelapan tanpa cahaya, namun Sammy yang mereka panggil aunty sam selalu berusaha agar ae dekat dengan anak anaknya
"hari ini kami akan pergi piknik di taman dekat danau, apakah daddy ikut?" ae diam, mensejajarkan tingginya dengan si bungsu, mengelus pelipis mata In dengan lembut, mata ini adalah mata pete dengan iris warna serupa
"jika daddy tidak ikut bagaimana?" In menebak inilah yang akan di ucapkan daddynya, ia tersenyum manis bertepatan dengan cahaya matahari yang masuk lewat sela sela jendela menyinari wajahnya
"tidak apa, tapi-" in terlihat ragu untuk mengatakan hal ini tapi ia ingin sekali mengatakannya
"tapi?" ae mengulangi kalimat menggantung in
"tidak ada, aku akan pergi sekarang na" sebelum in keluar suara ae terdengar yang membuatnya hampir lompat kegirangan
"daddy ikut, tunggu daddy di bawah 15 menit lagi" in mengangguk, ia berlari lari kecil dan bersenandung ringan membuat ae tersnyum kecil
KAMU SEDANG MEMBACA
(Season 2) The Noir Dans L'Ocean
Fantasy7 tahun setelah kepergian sang istri untuk selama lamanya di ruang persalinan sang Mafia penakluk laut hitam kian bengis setiap harinya, setelah Pete pergi seolah hidupnya lenyap meskipun dua malaikat mungil kecil selalu menghibur namun sosok Ae mas...