Siang hari yang terik nampak tak menghalangi seorang lelaki untuk terus menguntit kemanapun sang gadis pujaannya pergi.
Pukul dua siang di musim panas ini, Jason rela memakai jaket kulit tebal dengan tudung yang menutupi kepala serta sebuah masker yang menutupi wajah.
Menyadari langkah sang gadis yang semakin cepat, otomatis juga membawa langkah lelaki bernama Jason itu semakin cepat. Mengikuti irama langkah Cassie nya.
Saat melihat Cassie yang kali ini berlari, Jason terpaksa ikut berlari dan dengan cepat meraih pergelangan tangan Cassie Holm, wanita pujaannya.
Namun genggamannya seketika di hempas kasar oleh gadis tercinta, membuat hati Jason berkedut nyeri.
"Bisakah kau berhenti mengikutiku?" bentakan keras di tengah ramai nya lalu lalang tidak menggoyahkan keinginan Jason untuk terus mendekati Cassie.
"Dan bisakah kau berhenti menghindariku?" balas Jason lembut sambil membuka masker yang terasa sia-sia menyamarkan identitasnya.
Cassie terlihat mengernyit tak senang. Wajah yang sesungguhnya selalu ramah dan ceria itu seketika langsung bertransformasi menjadi wajah garang penuh murka setiap berada di dekat nya. Dan Jason ingin sekali merubah hal itu.
"Aku akan berhenti menghindarimu jika kau pun berhenti untuk mengusik hidupku." desis Cassie yang terlihat sekali menahan emosi dengan mengepalkan tangannya hingga buku-buku jemari itu memutih. Jason yakin, telapak tangan lembut Cassie pasti tergores oleh kuku tajam nya.
Jason menghela napas panjang. Diraihnya kepalan tangan itu untuk kemudian di bawa tepat ke hadapannya dan selanjutnya, Jason segera mengendurkan kepalan itu dengan lembut.
"Hei, berhenti mengepalkan tanganmu. Kau hanya akan melukai telapak tanganmu. Bukankah telapak tangan merupakan hal yang paling penting untuk pekerjaan mu?" Jason begitu lembut berbicara dengan Cassie yang bak sisi kutub berbeda dengannya. Wajah itu masih saja terlihat marah dan tidak suka.
Cassie tersenyum sinis. "Ya, itu kau sadar kalau tanganku jelas hal vital untuk pekerjaan ku sebagai pelayan di rumah mu." ucap Cassie pedas.
Lagi lagi, Jason hanya bisa menatap Cassie dengan tatapan lembut nya. "Pelayan atau bukan, telapak tangan merupakan hal utama yang harus kita perhatikan. Aku pun tidak bisa bekerja jika tanganku terluka atau pasien-pasienku akan terkena infeksi ku juga. Bukankah itu hal fatal?"
"Fatal atau tidak, untuk kasus orang kaya sepertimu, bukankah hal mudah untuk menyelesaikannya? Tinggal lemparkan saja segepok uang, dan kau akan aman." cerca Cassie lagi yang makin membuat Jason tersayat dalam hati.
"Cassie." panggil nya lembut namun sarat akan rasa sedih. "Tidak semua orang berada seperti itu, aku yakin..."
"Oh ya? Lalu apa yang aku dan ibuku terima di keluarga mu hm?" serangan balik dari Cassie kontan menohok Jason. Lelaki itu terdiam seketika.
Cassie tertawa sinis, namun tidak dengan mata nya yang terlihat memancarkan kesedihan. "Aku dan Ibuku sudah kehilangan hidup kami di rumahmu, Jason." untuk pertama kalinya, Cassie sudi menyebutkan nama nya. Namun, bukan dalam panggilan penuh cinta, namun ucapan getir sarat akan luka.
Jason menatap sayu pada Cassie yang membersut air mata nya dengan cepat. "Aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahan mereka. Katakan, Cassie. Katakan apa yang harus kulakukan untuk bisa mengurangi luka dan kesedihanmu."
Cassie membuang wajah, enggan menatap Jason karena hati nya menangis melihat sosok lembut lelaki itu memohon padanya.
"Benarkah? Apa kau yakin akan melakukan permintaanku ini?" tanya Cassie datar setelah memberanikan diri untuk menatap wajah tampan Jason.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story Collection
Short StoryTERSEDIA VERSI LENGKAP DALAM BENTUK PDF Kumpulan cerita romansa pendek