Episode 13 - Gara & Amanda

18.7K 1K 66
                                    

"Mau apa lo? Masih kurang lo dan temen lo itu nyiksa gue hah?"

Bukan salah Amanda kalau nada sinis dan benci nya begitu kentara ketika menanggapi kedatangan salah seorang anggota geng terkenal di SMA Evite, Reiger. Geng yang sangat senang membully Amanda hanya karena kondisi fisik Amanda yang lain dari sewajar nya fisik warga Indonesia.

Amanda memiliki kulit sangat putih karena albino yang diidap nya. Rambutnya kuning nyaris putih karena tidak ada nya pigmen warna di sana. Belum lagi mata Amanda yang juga berwarna emas pucat seolah menambah kesan horor pada diri gadis 17 tahun tersebut.

Gara, lelaki yang kini tetap tinggal setelah para anggota Reiger puas menyiksa Amanda, hanya bisa menghela napas berat. Kalau boleh jujur, Gara juga benci melihat Edo, ketua Reiger yang seolah tak pernah ada puas nya untuk membully Amanda. Bukan hanya secara verbal, namun sudah sampai ke tahap penyiksaan fisik. Amanda kerap kali dilempari kaleng kosong sisa minum para anggota Reiger. Juga seringkali dimandikan air bekas cucian piring di kantin sekolah.

Gara ikut bersimpuh di depan Amanda yang sedang membasuh lutut karena terdapat luka yang ditempeli oleh pasir dan debu akibat dorongan kuat dari seorang anggota Reiger yang Amanda tahu bernama Aditya.

"Gue nggak ngapa-ngapain lo. Jangan suka nethink sama orang."

Ucapan Gara mau tak mau menghentikan segala aktivitas Amanda yang sedang bersusah payah membersihkan butiran pasir yang tepat ada di permukaan kulitnya yang terluka.

"Lo pikir setelah apa yang lo dan temen lo itu lakuin nggak bisa bikin gue waspada?" Amanda menatap nya marah. "Kalian semua itu sampah! Sampah yang berlindung di balik popularitas busuk kalian!" Amanda mendesis dengan mata yang Gara tahu sedang mengembun. Amanda menahan tangis karena ulah para anggota geng nya. "Gue benci kalian semua."

Ucapan lirih bernada sakit itu terus terngiang di telinga Gara. Bahkan selepas Amanda beranjak meninggalkannya pun, ucapan serta raut wajah penuh luka dari Amanda masih terus menghantui nya.

Ya Tuhan, separah itukah efek yang sudah teman-teman nya torehkan di hidup Amanda?

🍃🍃🍃

Amanda menatap refleksi dirinya di depan cermin dengan pandangan hampa. Kulit putih, rambut putih nyaris seperti uban, dan juga iris mata berwarna pucat yang di miliki nya seolah menjadi sebuah kado terburuk di hidup gadis itu. Tidak ada warna di tubuhnya. Hanya pucat yang selalu mendominasi. Alis nya saja bahkan berwarna kuning sangat pucat.

Air mata Amanda merebak. Ia benci dirinya. Ia benci semua yang Tuhan berikan pada tubuhnya.

Amanda tidak bisa mengecap indah nya bangku SMA, masa di mana semua kenangan akan selalu membekas di ingatan.  Amanda tersenyum kecut. Oh, jelas saja ia memiliki kenangan yang tak akan pernah bisa ia lupakan. Semua bullyan, cacian dan perbuatan kasar dari Reiger akan selalu membekas dan juga menjadi sebuah dendam yang akan terus membara di dada nya.

Kesedihan Amanda buyar saat mendengar ketukan di pintu kamar. Ia menyeka air mata nya dan segera menuju pintu.

Berdirilah sosok Ibu nya yang sudah tersenyum lembut. "Manda, kamu kedatangan teman." Amanda tidak melewatkan nada penuh antusias dari Ibu nya. Ia maklum karena ini adalah kali pertama ada seseorang yang sudi mendatangi rumah si monster.

Amanda mengernyit. "Teman? Siapa, Bu?"

"Aduh, Ibu lupa nanya siapa nama nya. Ibu terlalu seneng sampe lupa. Oh ya ampun dia bahkan belum Ibu suruh masuk." Ibu nya kembali histeris sendiri karena melupakan adab menyambut tamu karena terlalu girang, menyadari kalau ini kali pertama ada seseorang berembel-embel teman mendatangi putrinya.

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang