WELCOME

18 0 0
                                    

Hai akhirnya kita dapat berjumpa, aku sudah menunggumu lama. -Haru

“Kenapa kita jarang sekali bertemu ya, apa karena kau sudah bosan untuk bermimpi?”.
Pria yang duduk disebelah Hanna yang tengah memandangi langit ini menunjukan senyuman sendu, ia berkali-kali melontarkan kata-kata rindu yang membuat Hanna tak tega melihatnya.
Tepat di Seoul, sungai  Han Hanna dan seorang pria saling bercengkerama menghabiskan waktu malam penuh bintang. Mereka membicarakan apapun untuk melepaskan rindunya masing-masing.
“Aku merindukanmu”. Ucap Hanna
Hanna mengucapkan rindu pada pria ini, tak habis pikir ia mengucapkannya. Seolah olah seperti terhiptonis oleh pria ini. Dan perasaan Hanna pun selalu hangat jika beretemu dan berbincang dengan pria ini, ada rasa yang pernah hadir di hati Hanna tetapi ia tidak mengerti kapan perasaan ini ada.
Pria ini pun tersenyum dengan begitu lembutnya. “Aku lebih merindukanmu Hanna”.
Sedari tadi mereka telah berbincang menghabiskan malam di kota Seoul.
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, Hanna harus segara kembali dan hari sudah menjelang pagi.
Sudah pukul 6 Pagi, Hanna bergegas untuk berangkat ke kampusnya.
“Aku ini kenapa sih, kok bisa mengucapkan hal bodoh itu aaagrhh!, jangan percaya Hanna ini semua hanya mimpi, dia itu tidak nyata semua ucapannya, senyuman, genggaman itu, semua tidak nyata”. Lagi-lagi Hanna menyakinkan dirinya sendiri dengan keanehan yang dialaminya, Hanna selalu menganggap kejadian yang menimpnaya hanyalah mimpi, jika ia percaya berarti dia gila. Hanna berpikir apa dia sudah gila? Ia bisa berpindah tempat begitu saja, dan mengenal pria itu? Apa ini, Hanna sangat kebingungan dengan kejadian akhir-akhir ini yang membuatnya selalu pusing untuk memikirkannya.
Membuka laptop, ia ingin menenangkan diri dengan menonton drama korea kesukaannya. Ia mulai melihat-lihat daftar streaming ,ia bingung ingin mendownload drama yang mana.
“Apa ini? Kenapa pemeran laki-lakinya sama dengan pria itu? Dan pemeran wanitanya? Kenapa ia sama denganku?”.
Setelah apa yang ia liat tadi, Hanna mencoba mencerna pikirannya sendiri.
Ini memang benar-benar aneh, apa mungkin ia terlibat dalam sebuah Drama? Dan menjadi tokoh dalam drama tersebut. Ini sangat sulit untuk diterima akal sehat. Dan sepertinya drama tersebut sudah lama dan ia belum lahir pada saat itu. Mungkin yang ada dipikiran Hanna sekarang hanya kata aneh dan membingungkan.
“Jika memang benar itu adalah diriku sendiri, lalu aku ini hidup di dunia apa? Apakah aku ini Reinkarnasi? Ah menyebalkan jika seperti ini terus aku bisa gila”. Celoteh Hanna.
“Woi Han, ngapain lu dari kemarin kok ngelamun terus, lu udah jelek terus muka lu dinyungir nyungirin gitu idih”. Jennie datang dengan keberisikannya.
“Apaan si lu ganggu tau berisik lagi, gue lagi pusing terus ditambah suara berisik lu itu haduhhh makin bego deh gue kalau kek gini.” Kesal Hanna.
“Nah lu akhir-akhir ini aneh Han, gue kan takut kalau lu kena sawan.” Jennie memanas manasi.
“Lu itu jangan sok tau, udah deh kalau gak tau apa-apa mending diem.” Tegas Hanna.
“Idih gak asik lu Han, elah males gue.” Ucap Jennie.
“Yaudah oke gua gak akan ganggu , lu liat si Bambang kaga? Kok itu orang gak keliatan batang idungnya yak”. Tambah Jennie.
“Kaga tau gue”. Jawab Jennie
“Yaelah gak guna lu Han”. Ucap Jennie.
“Elah Bodoamat Jennn!”. Hanna mulai kesal.
Jennie pun pergi meninggalkan Hanna sendirian, Hanna memang menyebalkan, jadi ia pergi untuk mencari Bambang. Hanna pun ketawa kegirangan melihat wajah kesal Jennie.
“Hahahaha sono pergi jauh, ganggu si lu.” Ledek Hanna.
Hanna tertawa sekencang-kencangnya melihat kepergian Jennie dengan wajah kesalnya, membuat Hanna tertawa lepas sudah berhasil membuat Jennie kesal.
“Berengsek emang si Hanna, Bambang kemana lagi, gue cariin dari tadi gak ada, tu anak kalau dicariin suka ngilang, pas lagi gak dicariin nampakin diri terus, tu orang kek jailangkung datang tak diundang pulang tak diantar, sialan emang si Bambang”. Jennie ngomel- ngomel sendiri.
Jennie berjalan di koridor kampus sendirian, Bambang yang ia cari dari tadi belum kelihatan batang hidungnya, karena biasanya ia akan bersama Bambang jika Hanna sedang sibuk bekerja.
“Eh nona cantik sendirian aja nih”. Bambang tiba-tiba datang dengan cengirannya.
Jennie dibuat kaget dengan kedatangan Bambang yang tiba-tiba nyengir pas didepan muka Jennie, bagaimana tidak kaget mending kalau ganteng, lah ini bentukannya aja kaya aspal Corcoran udah item terus permukaannya gak rata lagi.
“Gila lu ya, bisa gak sih gak usah kagetin gue kek gitu , anak curut lu dari tadi gue cariin!”. Omel Jennie.
Bambang masih nyengir-nyengir gak jelas. “Hehehe, ya maap Jen hehehe.” Ampun Bambang.
“Mending kalau nyengir lu itu dilihat bagus la ini apaan!”. Kesal Jennie.
“Emang apa manis ya kannn”.
“Najisss!”. Teriak Jennie.
“Berisik lu Jen, bisa pelan gak sih, gak malu apa diliatin elahh”. Bambang ngomel.
“Bacot aja lu”. Bentak  Jennie.

Sementara di taman kampus Hanna masih memikirkan tentang pemeran Drama yang ia lihat tadi, sebenarnya Hanna sangat malas untuk mencari kebenaran dari keanehan ini. Dia orang yang tidak peduli dengan hal-hal yang menurutnya tidak terlalu penting untuknya, tetapi ini berbeda, Hanna semakin penasaran dengan teka-teki ini, ia ingin segera memecahkan kebenarannya, dan mau tidak mau Hanna harus menemui pria itu lagi, iya akan segera menemuinya.
“Malam ini aku harus menemuinya.” Gumam Hanna.

The Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang