Seoul pukul 19:45
Hanna berada di negara imipiannya, ia berasa mimpi tetapi ini sangat nyata. Hanna tidak perlu terbang menempuh beberapa waktu untuk sampai di Seoul, ia hanya perlu memejamkan mata saat ingin tidur, ya bisa dibilang mimpi. Tetapi ini nyata Hanna bisa merasakan udara segar di Seoul.
Seperti biasa bersama pria itu yang katanya selalu menunggu kehadirannya, kenapa jika ia merindukanku tidak langsung menemuiku saja, kan bisa ia menghampiriku dan menanyakan kabar. Batin Hanna ingin mengatakannya tetapi ia tak bisa berucap karena ia masih ragu dengan kenyataan ini.
“Apa kau sudah menunggu lama?”. Tanya Hanna dengan lembut.
Pria ini seperti biasa menunggu Hanna, sudah cukup lama ia menunggu Hanna, karena Hanna baru bisa tidur untuk menemuinya, biasanya ia akan tidur jika telah menyelesaikan pekerjaannya.
“Cukup lama si, tapi tak masalah Hanna”. Pria ini tersenyum dengan begitu hangat kepada Hanna.
“Maaf sudah membuatmu menunggu.” Hanna membalas senyumannya.
“Hmm malam ini cuaca kota Seoul bagus, bagaimana kalau kita jalan menikmati kota Seoul?”. Ajaknya pada Hanna.
“Baiklah aku mau.” Jawab Hanna dengan begitu antusiasnya.
Mereka berdua berjalan bersama untuk sekedar menikmati jalanan kota Seoul yang indah. Berjalan bersama dibawah pohon Cherry Blossom. Mereka saling meyesuaikan langkah kaki. Dapat diketahui Hanna yang tingginya 165 cm dengan Haru nama pria itu yang tingginya 188 cm, jadi Haru harus menyesuaikan langkah kaki Hanna yang pelan, kaki Haru yang jenjang memungkinkan untuk jalan cepat tetapi ia juga harus memikirkan Hanna.
“Haru aku mau Tanya kepadamu?”. Hanna memulai pembicaraan.
“Iya?”. Haru membiarkan Hanna melanjutkan kalimatnya.
“Sebenarnya kita ini apa? Dan kau, apa kau nyata?”. Tanya Hanna dengan pelan agar tak menyinggung hati Haru.
Haru tersenyum kearah Hanna dan berhenti untuk menatap mata Hanna. “Apa kau tau hujan? Salju? Angin?”.
“Iya tau kenapa memangnya?”. Tanya Hanna dengan sedikit gugup karena Haru menatap mata Hanna begitu lembut.
“Anggap saja aku adalah mereka semua Hujan, Salju dan Angin. Mereka nyata kan kau dapat merasakan kehadirannya, seperti aku kau bisa kan merasakan kehadiranku”. Jelas Haru masih tetap menatap mata Hanna sambil tersenyum manis.
Hanna terpukau dengan penjelasan Haru, seolah semua perkataan yang keluar dari mulut Haru begitu indah dan penuh makna. Seperti Puisi siapa saja yang membacanya akan tersentuh hatinya.
Hanna hanya bisa tersenyum ia tak mampu berucap, seakan dia dibuat membisu oleh Haru.
“Jadi jika kau merindukanku, ataupun kau meragukanku. Lihat saja Hujan aku akan hadir sebagai Hujan, jika kau merasa sedih lihat saja Salju aku akan hadir sebagai Salju, jika kau merasa sepi rasakanlah hembusan Angin, aku akan datang sebagai Angin yang mengirimkan seutas Rinduku”. Haru kembali bersuara dengan kata yang membuat siapa saja yang mendengar akan dibuat membeku terdiam karena sangat indah.
Haru tersenyum hangat untuk Hanna, sambil memagang tangan Hanna.
Hanna hanya terdiam membisu, mungkin ekspresi yang ditunjukkan Hanna saat ini adalah diam Hanya bisa menatap Haru dengan kebisuan.
“Hanna percayalah padaku, kita jalani saja alur ini, aku akan selalu menunggumu di sana?”. Haru menunjuk taman kota.
“Dan kau akan mendatangiku seperti biasa.” Jelas Haru.
“Baiklah Haru”. Kata ini yang bisa Hanna ucapkan seolah ia mempercayai semua kata-kata Haru ia seperti terhipnotis.
Haru tersenyum dan mulai melepaskan tangan Hanna dan melanjutkan perjalanan mereka.
Hanna sengaja berjalan dengan pelan agar ia bisa lebih lama menikmati keindahan kota Seoul. Hanna bergumam dalam Hati, Haru memang sangat baik, ia antusias mengikuti setiap langkahnya kemana pun ia mau. Bagi Hanna jika seorang pria dengan sabar menemaninya berjalan sambil mengobrol bercanda dan langkah kakinya pun selalu seimbang membuat hati Hanna kagum dengan kelebutan sikap Haru.
“Apa kau mau Ramyeon, ada tempat yang membuat Ramyeon sangat enak. Di seberang jalan sana.” Haru menunjuk sebuah Rumah Makan Ramyeon.
“ Iya Ramyeon aku suka sekali, hm akhirnya bisa menikmati Ramyeon beneran, biasanya Cuma liat di drakor doang, hehe.” Hanna terlalu senang karena ingin menikmati Ramyeon hangat.
“ Kau bisa memakan sepuasnya nanti, aku yang akan mentraktir.” Tersenyum begitu manis.
“Beneran? Wah Gommawoyo Haru”. Hanna tersenyum bahagia sambil menunjukkan eye smilenya.
Melihat Eye smile Hanna, membuat Haru gemas sendiri, begitu menggemaskannya Hanna jika ia tersenyum seperti itu. “Hahaha, mengapa kau sangat menggemaskan.” Haru gemas.
“Karena mau makan Ramyeon hihihi.” Hanna tertawa dengan sikap Haru.
“Baiklah Hanna, hehe.” Haru tersenyum.
Mereka berjalan menuju rumah makan Ramyeon, malam-malam makan Ramyeon berdua, ibaratnya seperti kencan buta. Di korea jika seorang lajang mengajak makan Ramyeon bersama artinya adalah bahwa dia memiliki perasaan lebih kepada yang akan diajaknya. Seperti mengajak untuk kecan.
“Tempatnya bagus, nyaman juga. Persis seperti di drakor, hehe.” Hanna terkesan.
“Permisi Ramyeon pedasnya.” Pelayan mengantarkan Ramyeon milik Hanna dan Haru.
“Terima kasih.” Haru tersenyum kepada pelayannya, yang dibalas senyuman hangat pelayan tersebut.
“Nah ini Ramyeon yang aku bilang tadi, lihatlah sudah sangat menggoda kan, dan baunya harum sekali.” Haru menjelaskan lagi kepada Hanna.
Hanna yang memperhatikan Haru saat mejelaskan betapa lezatnya Ramyeon ini sangat terpukau begitu meyakinkannya Haru mempraktikan ekspresi menghirup asap Ramyeon yang panas ini. Hanna tersenyum kecil melihatnya.
“Lihatlah asap dari Ramyeon ini, wahh mengagumkan dan aromanya lezat.” Hanna mengikuti Haru yang sedang menghirup asap dari Ramyeon ini.
“Sudahlah mari kita makan, kalau dibiarkan nanti akan dingin, Ramyeon akan terasa lezat jika kita makan ketika panas seperti ini.” Suruh Haru agar Hanna segera memakannya.
“Baikalah”. Hanna pun langsung memaknnya.
Menikmati Hangatnya Ramyeon dan ditemani bersama orang spesial, ini moment yang sangat berkesan untuk Haru, melihat antusiasnya Hanna untuk makan bersama ia sangat bahagia. Andai bisa berlama-lama menghabiskan waktu bersama Hanna ia akan lebih bahagia lagi, sayangnya waktu mereka terbatas, hingga munculnya pagi mereka akan berpisah dan melanjutkan ke kehidupannya masing-masing. Begitu pun Hanna ia akan kembali ke dunia nyata, yaitu di Jakarta menjadi seorang mahasiswa dengan banyaknya pekerjaan paruh waktu.
Jakarta pukul 07:00.
“Hanna cepat sarapan apa kau mau terlambat masuk kuliah”. Ibu Hanna yang sedari tadi memanggil Hanna agar segera untuk sarapan.
“Iya sebentar bu”. Hanna sedang berkemas untuk mata kuliah pagi ini.
Pagi ini Hanna berangkat kuliah, seperti biasa ia akan bersama dengan Jennie. Dan sepertinya Jennie sudah berada dimeja makan, ia selalu saja seperti ini , mendahului Hanna terkadang saat Hanna belum bangun tetapi si Jennie sudah sarapan duluan. Memang Jennie sudah dianggap seperti saudaranya sendiri, dan keluarganya pun sudah memaklumi persahabatan mereka.
“Tuh kan udah gue duga lu pasti udah disini, kenapa si dirumah lu gak ada makanan apa.” Hanna bergurau.
“Hanna gak boleh seperti itu, ibu juga gak keberatan kalau Jennie sarapan disini terus, kan jadinya makanan ibu gak sisa, dari pada mubadzir.” Ibu Hanna menengahi.
“Dengerin tuh Han, makanya jangan banyak omong deh, ibu lu aja no problem nah lu tinggal makan aja banyak omong!, hehehe tante baik deh makasih ya”. Jennie ngedumel.
“Iya Jennie udah gak usah dengerin Hanna”. Ibu Hanna tersenyum hangat.
“Ibu apaan sih, gak usah dibaikin deh tu anak kadal, ntar ngelunjak bu.” Balas Hanna.
“Anjir lu kali Han anak bekatan, elah tu mulut pedes amat si, untung gue sabar hmm.” Jawab Jennie.
“Udah-udah kalian gak usah berantem, cepet berangkat nanti telat.” Ibu Hanna menengahi.
“Siap komandan”. Jawab Hanna dan Jennie.
Di koridor kampus Hanna dan Jennie berjalan bersama sambil mengobrol, lebih tepatnya dari tadi hanya Jennie yang mengoceh tentang drakor yang semalam ia tonton. Hanna hanya pasrah mendengar semua celotehan Jennie. Hanna tidak fokus mendengarkan Jennie dari tadi dia hanya diam memikirkan kejadian semalam bersama Haru saat ia makan Ramyeon bersama.
Hanna belum bisa bercerita kepada Jennie tentang semua Hal yang saat ini ia alami, karena ia harus memastikan terlebih dahulu, apakah ini hanya mimpi atau nyata. Jika Hanya mimpi mengapa Hanna bisa mengingat semuanya dengan jelas ketika ia bersama Haru di Seoul. Teleportasi lewat mimpi mungkin ini yang sedang Hanna alami.
Memang tidak bisa diterima akal sehat , tetapi jika ini benar mengapa harus di ragukan.
“Dan tau gak lu Han, si ceweknya itu akhirnya bisa jadian sama cowok yang dia idam-idamkan, padahal dia udah jadi secret admirer lama lo, akhirnya cowoknya peka juga.” Jennie masih dengan berisiknya menceritakan drakor yang ia tonton.
“Han kok lu dari tadi diem si!, lu gak niat apa dengerin cerita gue, gimana si Han kok lu diem aja, jangan-jangan lu gak dengerin cerita gue ya!”. Celoteh Jennie.
“Emang iyee, gue gak dengerin sama sekali Jen sorry ya.” Hanna memasang wajah meledek.
“Sialan lu Han, arrghhhh bangkee emang Hannaaaa.” Teriakan Jennie sangat heboh.
“Kabur ah mak lampir kumat nih, hii serem hahahaha.” Hanna ketawa puas dan berlari untuk meninggalkan Jennie.
Tetapi suatu saat nanti jika ia menemukan kebenaran dari semua kejadian ini, ia akan menceritakan kepada Jennie sahabatnya. Mungkin kebenaran akan terungkap sedikit demi sedikit jika ia mengikuti permainan ini, Ya Hanna memutuskan untuk mengikuti semua alur kejadian aneh ini. Meskipun masih tidak diterima akal sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny
FantasyHanna seorang gadis yang terobsesi dengan negara Korea Selatan, ia menyukai apapun tentang negara tersebut. Dia penggemar Kdrama bersama sahabatnya Jennie yang sepaham dengannya. Haru adalah Takdir untuknya.