"Makanlah.."
Suara Sehun kembali terngiang dikepala Irene, tanpa sadar pipinya memerah. Oh ayolah Irene itu bukan remaja labil lagi, tapi mengapa Irene bertingkah seperti itu pikirnya kesal.
'Sadarlah, sadarlah' batinnya berusaha menyadarkan diri dari kejadian semalam. Irene menepuk-nepuk pipinya keras. Tingkah Irene itu dipandang aneh oleh orang-orang kantor yang lewat.
Irene yang menyadarinya pun hanya bisa tertunduk malu, ini seperti bukan dirinya.
"Hah~"
Gadis itu menghela nafas berat, Yein benar cinta itu memang bisa membuat orang sinting. Persis seperti yang ia rasakan kini.
Benar, berbicara tentang Yein. Irene rasa ia harus menyembunyikan apa yang terjadi kemarin atau Yein akan menggodanya habis-habisan. Dengan insting hewan sahabatnya itu, Irene benar-benar takut tak bisa menyembunyikan apapun darinya.
Irene merasa selalu dapat 'terbaca' oleh Yein. Sahabatnya itu bilang Irene seperti papan tulis, semua dapat terbaca dari wajahnya.
Lupakan soal Yein. Hari ini ia akan melaksanakan tugas resmi pertamanya, Irene kini berdiri didepan didepan pintu. Sekali ia masuk mungkin hal-hal terduga akan terjadi.
Tok Tok Tok
Irene mencoba agar tak terlihat gugup. "Masuk!" Gadis itu berjengit kaget mendengar suara Sehun, ia kemudian menghela nafas pelan.
"You can do it!" Lirihnya sembari memutar knop pintu didepannya.
Irene kini berdiri didepan meja Sehun, pria itu tengah sibuk memeriksa setumpuk berkas didepannya.
Irene berdiri cukup lama, dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajahnya. Sudut bibirnya berkedut kesal, ia curiga Sehun kini tengah mengerjainya. Dimana keprofesionalan CEO Oh itu, ia seharusnya tak boleh mencampurkan kehidupan pribadinya dengan urusan pekerjaan. Dan tumpukan berkas itu, sepertinya itu perkerjaan yang tidak ia selesaikan selama seminggu.
Irene terkadang bingung, bagaimana cara otak Sehun bekerja. Walaupun Sehun itu terlihat mengabaikan pekerjaannya, tapi ia tetap bisa menstabilkan harga sahamnya. Padahal harga saham terus berubah setiap harinya.
Gadis itu memperhatikan Sehun dengan seksama, kalau boleh jujur kakinya kini sudah sangat pegal hampir 1 jam ia berdiri menunggu perintah Sehun. Irene merasa seperti menjadi asisten pribadi saja.
Sebuah pesan tiba-tiba masuk ke ponsel Sehun. Anehnya setelah membaca pesan dari ponselnya itu, ekspresi Sehun berubah. Wajahnya mengeras, ia seperti sedang murka.
"Americano di Lafa's Cafe." Ucap Sehun tiba-tiba, ia berucap tanpa sekalipun menoleh kearah Irene.
"Maaf?"
"Untuk tugas pertamamu, bawakan aku Americano dari Cafe itu." Irene tidak mengerti, Cafe itu berjarak sekitar 3 km dari kantor. Bukankah itu telalu jauh dan hanya membuang waktu saja?
"Maaf direktur, Cafe yang ada didepan kantor pun menyediakan Americano yang enak. Saya sarankan-"
"Jangan bantah perintahku!" Bentak Sehun keras.
Irene terkejut, pikirannya tiba-tiba kosong. Namun beberapa detik kemudian gadis itu berhasil menguasai tubuhnya kembali. Irene mencoba sebisa mungkin mengendalikan ekspresi wajah dan tubuhnya agar tidak bergetar, gadis itu tidak menyangka Sehun akan membentaknya seperti itu.
"B-baik direktur." Sial, ia gagal suaranya masih bergetar dan matanya memanas. Irene segera berjalan dengan cepat meninggalkan ruangan Sehun.
Tangan Sehun mengepal diatas meja, ia hanya melindungi Irene. Gadis itu tidak mengerti sama sekali. Tapi hanya dengan mata yang berkaca-kaca itu, Sehun sudah sangat bersalah.
.
.
'Aku tidak akan menangis, aku tidak akan menangis. Aku harus bersikap profesional' Ucap Irene dalam hati, ia setengah berlari menuju ujung koridor. Setelah sampai didepan lift ia segera menekan-nekan nomor lantai dengan cepat, Irene ingin... melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You
FanfictionNamanya adalah Irene, Bae Irene. Ia adalah gadis yang bisa dibilang sempurna atau mendekati kata sempurna. Cantik, baik, ramah, cerdas dan polos namun terkadang dingin. Banyak pria yang memujanya, tapi hatinya hanya tertambat pada satu pria. Pria it...