2. New Style

318 50 0
                                    

(Warn! Typo everywhere)
.
.
.
.
.
.

Seorang pemuda keluar dari mobilnya lalu berjalan menuju aula. Ia memakai kacamata dan topi hitam dipadu dengan kaos putih dan celana jeans.

"Wah lihat! Pemuda itu sangat tampan."

"Aku tak pernah melihatnya, mungkin ia bukan murid disini"

"Aku meleleh! aw!"

Semua gadis yang dilewatinya terpesona, bagaimana tidak style yang modern ditambah dengan proporsi tubuh yang sempurna membuat gadis-gadis tak bisa mengalihkan pandangan darinya. Oh jangan lupakan wajah dinginnya itu, ia tampak seperti pangeran es tampan yang datang untuk menjemput sang putri. Ok itu telalu berlebihan.

Sementara itu Irene yang datang dari arah sebaliknya tersenyum lebar.

"Hei! Aku disini!"

Irene berteriak sambil melambai-lambaikan tangannya keatas.

Sang pemuda yang melihat itupun segera berjalan menuju tempat Irene berdiri, ia membalas senyuman Irene dengan senyum menawannya.

Pemuda itu berjalan agak cepat untuk mencapai Irene diujung koridor. Para gadis pun mulai mimisan saat melihat senyum menawan pemuda itu, kini mereka berjalan pelan mengikuti pemuda itu.

Tak lama pemuda itu sudah berdiri didepan Irene, mereka sedikit berbincang dengan Irene yang sesekali tertawa keras.

Para gadis yang mengikuti sang pemuda pun mencibir kesal. Irene, Irene dan selalu Irene. Sebenarnya guna-guna apa yang dipakai gadis itu hingga semua pemuda mendekat padanya?. Itulah pertanyaan yang ada dibenak para gadis.
.
.
.
"Hei! Aku disini!" Ucapku setengah berteriak.

Sekarang ia tengah berjalan agak cepat kearahku, aku melihat para gadis mengikutinya membentuk sebuah barisan acak. Gadis-gadis itu kini tengah menyumbat hidungnya yang mengluarkan darah sambil terus berjalan.

Akhirnya ia kini berada tepat dihadapanku.

Aku berusaha menahan tawaku dengan menggigit bibir bawahku kuat.

"Kenapa? apa ada yang salah?" Ucapnya dengan wajah dingin.

Tak kuat menahan tawa akhirnya tawaku pun pecah. Tak sadarkah ia bahwa para gadis terpesona padanya?. Tentu saja dibalik penampilan sempurnanya, ada tangan terampilku. Jangan main-main dengan ku, selera fashion ku itu sangat tinggi.

"Ayo kita harus bersiap"

Kutarik tanganya pelan, sesekali ekor mataku melirik ke belakang. Aku melihat wajah-wajah orang yang sedang patah hati pada gadis-gadis itu. Ku luruskan lagi pandanganku sambil tersenyum menang.

Kami berjalan pelan menuju ruang ganti, dengan tanganku yang masih menarik tangannya.
.
.
.
Saat hampir sampai keruang ganti rombongan Jaemin, si ketua kelas menghadang Irene dan pemuda itu.

"Irene...aku...membawakan bunga untukmu. Terima ya?" Ujar sambil Jaemin tersenyum manis dengan bunga mawar ditangannya.

"Terima! Terima! Terima!" Sorak para pemuda.

Melihat keadaan yang genting itu, Irene dengan sigap memeluk lengan pemuda disampingnya sambil tersenyum manis.

"Maaf Jaemin, kurasa aku tidak bisa menerimanya. Maaf aku sedang buru-buru"

Irene kembali menarik tangan sang pemuda dan menerobos rombongan itu dengan cepat.

Dari sudut matanya pemuda itu dapat melihat Jaemin yang kini tengah menahan malu. Tanpa Irene sadari, pemuda itu tersenyum kecil.

Stay With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang