9. Don't Know What To Do

101 9 0
                                    

30 menit sebelumnya.

Saat ini Irene hanya bisa menahan kesal, setelah sekitar 2 jam barulah Juri mau beranjak dari tempat duduknya. Tentu saja itu waktu yang sangat lama hanya untuk 3 jenis cake, Irene merasa ingin menjitak keras kepala Juri.

"Kenapa kita tidak disana sampai 3 jam saja?" Ucap Irene kesal, Juri yang mendengarnya merasa sangat bersalah.

Mereka berdua kini tengah duduk menunggu bus di halte bus yang berada tak jauh dari Lafa's Cafe, Irene memalingkan wajahnya kearah lain berusaha terlihat marah walaupun ia sebenarnya hanya kesal. Sedangkan Juri, ia hanya menatap lurus kedepan.

Tak ada lagi pembicaraan diantara mereka, sampai saat didalam bus pun. Irene dan Juri hanya berdiam diri, sibuk melayang dalam pikirannya masing-masing.

Bus berhenti dihalte tak jauh dari gedung SH entertaiment, Irene yang  membawa 2 cup Americano berjalan mendahului Juri sesaat setelah turun dari Bus.

"Tu-tunggu Irene-ssi!" Juri berusaha dengan keras menyamakan langkahnya dengan Irene, namun langkah gadis itu terlalu cepat. Juri kini bertanya-tanya apakah Irene itu mantan atlet lari saat disekolahnya dulu?

Baru saja memasuki gedung, Irene dibuat terkejut dengan seorang pria yang berjalan kearahnya, itu Jaemin dengan senyum liciknya. Hal itu membuat sekujur tubuh Irene bergetar hebat dan nafasnya kini pun tersendat-sendat. Kilasan memori yang berusaha ia lupakan tiba-tiba tergambar jelas dalam kepalanya.

"Tolong! Tolong! Ja-jangan mendekat!, jangan!" Jaemin berjalan mendekati Irene yang jatuh terduduk dilantai. Semakin Jaemin mendekat, Irene semakin berusaha mundur. Gadis itu menggelang-gelengkan kepalanya sambil terus menggumamkan kata jangan.

Senyum licik Jaemin mengembang saat melihat Irene terpojok ketembok dibelakangnya. "Berteriaklah sekuat tenaga sayang~, walaupun takkan ada yang bisa mendengarmu. Haha.."

Dua cup Americano yang Irene bawa terlepas begitu saja dari tangannya.
"Irene- ssi?" Tubuh Irene terlonjak kaget saat Juri menyentuhnya dari belakang.

"Tidak!, jangan!" Irene menepis kuat tangan Juri.

Semua orang kini menoleh kearah mereka. Seketika Juri panik, apalagi saat melihat Irene hampir jatuh ia segera memegangi Irene yang kini mulai berontak. Namun tak lama kemudian tubuh Irene melemah, gadis itu seakan kehabisan tenaga.

"Jangann~" Lirih Irene sebelum seluruh pandangannya menggelap.
.
.
.
Irene membuka matanya pelan, ia berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Setelah semua terlihat jelas, hanya langit-langit putih yang dapa ia lihat.

'Dimana?' Tanyanya tanpa suara, Irene tak tahu bagaimana ia bisa berakhir diruangan serba putih ini. Yang ia ingat terakhir kali hanya Jaemin yang melemparkan senyum liciknya.

Mengingatnya membuat Irene bergidik ngeri, sekarang ia juga sendirian. Mendapati kenyataan itu membuat Irene takut jika Jaemin tahu keberadaannya disini atau mungkin Jaemin yang membawanya kesini? Kemungkinan kedua adalah kemungkinan yang paling tidak Irene harapkan.

Jika memang benar Jaemin yang membawanya kesini, maka ia harus bersiap. Pertama, kemungkinan besar pintu diruangan ini terkunci, jadi yang harus Irene melarikan diri saat pintu itu terbuka. Tapi bagaimana caranya? tunggu dulu mungkin sebuah tipuan bisa ia gunakan. Irene kini memasukkan seluruh tubuhnya kebalik selimut. Apakah cara ini akan berhasil menipunya? Batin Irene ragu-ragu.

Cklek

Suara pintu yang dibuka membuat Irene ketakutan, tubuhnya beku tak dapat bergerak dan dadanya mulai sesak. Rencana yang sudah tersusun rapi diotak gadis itu kini menguap seketika.

Stay With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang