He said, "One day you'll leave this world behind, so live a life you will remember."
My father told me when I was just a child
These are the nights that never die
My father told me
[The Nights — Avicii]
♚♚♚
Ada banyak hal sederhana yang tak bisa dinilai dengan harga. Sebagian besar meninggalkan luka, sebagiannya lagi membawa bahagia. Hal-hal itu menghapus dahaga jiwa dan terpatri dalam memori raga, yang nanti akan dikenal sebagai kenangan lama.Kata ibu, nanti memori-memori itu akan muncul dalam panggung nostalgia. Katanya, memori-memori itu bisa dijadikan lentera, entah pahitnya ataupun manisnya. Yang jelas, itu petunjuk untuk menghadapi kejamnya dunia.
Tetapi, terkadang kenangan itu pun tidak bisa membantu banyak. Sebagian besar hanya menjadi pengantar hidup, pemanis semata. Tapi, ada pula yang sungguh mengajarkan kita akan eksistensi sebenarnya dari hidup itu.
Yang jelas, manusia hanya bisa bersyukur atas segalanya. Apa pun yang terjadi, kita harus berterima kasih. Begitu kata ibu.
Ayah juga bilang, ada banyak hal sederhana yang tidak bisa dibayar dengan uang semata. Misalnya nyawa, juga cinta. Tapi, nyawa tidak sesederhana cinta. Tidak ada manusia fana yang bisa mencipta nyawa. Mereka hanya bertugas sebagai perantara. Karena sebenarnya, Tuhan-lah yang menghadirkan nyawa.
Kemudian, ada pula hidup. Tampak kulitnya saja sederhana, tapi pada faktanya sih justru tidak ada unsur sederhananya. Hidup ini sulit, begitu kata ayah. Hidup itu tidak pernah sederhana. Yang sederhana itu unsur- unsur pembangunnya. Layaknya tawa, luka, amarah, dan sebagainya.
Manusia juga tidak sederhana, ada banyak sekali maunya. Hidupnya rumit. Di tiap detik, dia pasti menghadapi banyak pilihan. Seakan tidak ada habisnya saja. Sembuh atau sakit. Mati atau hidup. Menikah atau melajang. Makan atau kelaparan. Membunuh atau dibunuh.
Ayah juga bilang kalau manusia itu serakah. Seringkali, mereka begitu berambisi, terobsesi akan banyak hal. Salah satunya, harta dunia. Tapi, tampak seperti apapun dia berbuat, kalau tanpa campur tangan Tuhan, semuanya tidak berguna. Tanpa-Nya, mau sekeras apapun makhluk hina itu berteriak, dia tidak akan dianggap. Bersuara, tapi seakan tidak memiliki tempat berpijak.
Semua yang terjadi dalam hidup itu atas kehendak Tuhan. Jadi, terima saja apa pun yang terjadi. Ayah bilang, aku harus menerima apa pun dalam hidup yang mencipta tawa maupun derita.
Suatu hari nanti, setiap manusia pasti akan pergi meninggalkan dunia. Maka, katanya aku harus menjalani hidup yang mencipta kenangan berharga.
Tapi, rasanya sulit.
Apalagi untuk menerima bahwa aku ini penderita thalassemia.
Untuk menerimanya, rasa sakitnya nampak tak ada habisnya.
Jika aku boleh meminta, bisakah aku hidup normal seperti manusia lainnya?
♚♚♚
A/N
Selamat datang!
Yeah, akhirnya mencoba untuk tidak menulis fantasi melulu. Doakan saja berhasil.
Sulit sih sebenarnya wkwk.
Aku berusaha akan rajin update kali ini, seminggu sekali. Tunggu part selanjutnya ya!
Sampai jumpa!
Kuningan
Rabu, 29 Januari 2020Catherine M.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berjuanglah, Arvia!
General FictionArvia lelah dengan hidupnya. Seringkali, gadis itu merasa ingin menyerah. Bahkan, rasa ingin melakukan percobaan bunuh diri sempat terbesit di pikirannya. Segumpal sesak sering berkumpul di rongga dada, meremas erat jantung Arvia, dan membuatnya ing...