Chapter 3

630 81 8
                                    

Pagi hari itu seperti biasa Sizhui sudah hilang dari ranjang, Jinling bangun dan bergegas membersihkan diri lalu berpakaian rapih. Dia bergegas menuruni bukit Gusu Lan dan pergi ke pintu gerbang , disana sudah ada dua pengawalnya yang sedang menyamar.

"Bagaimana hasilnya?"

"Kami sudah berusaha semalaman ini dan hanya mendapatkan hasil bahwa seminggu yang lalu ada seseorang yang membeli bahan-bahan untuk membuat layang-layang..."

"Lalu.....siapa orang itu?" Sela Jinling

" Dia seorang laki-laki berbaju putih." Jawab salah satu pengawal itu.

"Terus nama atau yang lebih spesifik lagi apa?" Jinling mulai sedikit emosi dengan hasil dari pencarian informasi ini.

"Dia berambut panjang dan senyumnya manis." Lanjut pengawal yang lain.

"............" Jinling mendengus dan melotot pada kedua pengawalnya itu.

"Dia membawa sebuah pedang dan menggendong sesuatu di punggungnya, dan pergi menuju gunung Phoenix."

Jinling terbatuk dan mulai berpikir keras dengan yang baru saja dia dengar. "Sebentar seorang laki-laki berbaju putih, baju putih dari sekte mana?"

"Motif..... Awan terbang." Sahut pengawalnya.

"Uhuk...uhuk...uhuk......" Jinling terbatuk lebih kencang hingga pengawalnya membawanya ke sebuah kedai dan memberinya air.

"Tuan muda kau tidak apa-apa?" Tanya pengawalnya dan hendak memberinya air lagi namun ditolak oleh Jinling.

Dada Jinling terasa sesak, dia mulai berfikir bahwa Sizhui dan Jingyi seminggu yang lalu pergi bersama Hanguang Jun ke Gunung Phoenix untuk menyelesaikan masalah disana selama beberapa hari. Namun, Sizhui pulang tepat tengah malam di hari dengan angin yang sangat kencang tiba-tiba membuka kamarnya. Sizhui pulang dalam keadaan Linglung, pucat pasi dan dingin. Dan dalam seminggu ini dia tidak melihat Hanguang jun ataupun Jingyi yang selalu berada di dekat Sizhui. 

Pikirannya campur aduk dan lamunannya meliar saat ada seorang yang mendekatinya, dia adalah seorang nenek-nenek berbaju merah.

"Minumlah teh jahe ini nak." Tawar nenek itu.

"Ah Terimakasih nek tapi aku tidak minum...." Tolak Jinling.

Namun nenek itu menyelanya, "Wajahmu dilingkupi oleh aura hitam yang kuat, lihatlah bawah matamu nak itu menghitam tandanya kau di ikuti oleh hantu."

Jinling tersentak dan berdiri dari kursinya dengan mendengus dan marah, "Apa-apan kau wanita tua ngomong seenaknya, kalau saja kau bukan wanita tua sudah ku tendang kau, sialan!"

Pengawal Jinling langsung menarik Jinling duduk agar tidak menarik perhatian dan keributan di tengah kedai yang ramai.

"Lihahatlah di bawah matamu nak, bawah matamu menghitam, kau kering karena energi yang mu terserap."

"CUKUP!!" Jinling berteriak dan marah.

"Tuan muda, nenek itu benar di bawah mata anda hitam dan anda tampak pucat." Sahut pengawal itu dengan takut-takut. "Lihatlah di pedang anda untuk membuktikan bawah mata anda menghitam bila memang anda tidak percaya." Lanjutnya.

Jinling membuka pedang Suihua miliknya dan melihat pantulan bawah matanya yang menghitam. Jinling menyentuh bawah matanya itu dan mendapati bawah matanya menghitam membuatnya shock dan kesal. Dia pun memnutup pedangnya dengan kesal.

"Cepat carikan aku kuda, kita akan ke Gunung Phoenix sekarang juga." Hardiknya pada kedua pengawal pribadinya itu.

"Tapi tuan muda, di Gunung Phoenix sedang ada pertempuran berbahaya kau tidak boleh kesana, itu akan membahayakan nyawamu."

A Butterfly Waiting For Its Little Sun To DisappearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang