Kembali

1K 107 23
                                    

"Sudah bangun?" Tanya Douma yang sedang duduk disampingku.

Aku mengerjapkan mataku, sebelum akhirnya melotot marah padanya.

"Aku...lapar," ucapku lalu berusaha menerkamnya. Kau tahu? Bau darahnya sangat..... manis.
"Oh astaga, santai dong, nih tangan," ucap Douma lalu menyerahkan sepotong tangan dari salah satu tumpukan mayat.

Aku menatap tangan itu sebentar, lalu melemparnya ke belakang.

"Grhh... AKU LAPAR!" Teriakku lalu mengeluarkan serbuk besi yang kuubah menjadi nichirin untuk memotong tangan Douma.

Douma terkejut melihatku yang ingin menyerangnya, kemudian mencoba melindungi dirinya dengan kipas besinya. Sayang, kekuatanku saat ini sudah cukup untuk menembus kipasnya. Kupotong, lalu kugigit tangannya dengan rakus.

Beberapa saat kemudian...
Aku sudah menghabiskan sepotong tangan yang baru saja kupotong. Tak lama, kesadaranku kembali, dan aku menatap ngeri tanganku sendiri yang berlumur darah Douma.

"Manis," gunamku tanpa sadar.

PLAK!
'Astaga! Apa yang kau pikirkan Yasha! Sadar! Sadar!' Batinku pada diriku sendiri.

"Wah, wah, kau adalah oni paling menarik yang kutemui," ucap Douma yang sudah meregenerasi tangannya.
"Berisik!" Teriakku marah.
"Hei, kamu sudah menarik perhatianku, Shiroyasha, nah sekarang temani aku," ucap Douma lalu menentengku ke kamar disebelah ruangannya.
"Hei! Lepaskan aku!" Teriakku mencoba melepaskan diri dari tentengannya, namun aku tak berdaya karena belum mengerti cara mengendalikan darah Oni ku.

60 tahun kemudian...
"Sayang sekali kau pergi.. Apa kau yakin, Shiroyasha? Aku pasti akan merindukanmu," ucap Douma sambil menyubit pipiku.
"Ukh, sudah kubilang bukan? Jangan cubit pipiku sembarangan!" Teriakku lalu menebas kepalanya dengan pedang dari bubuk besiku.
"Haha,"tawanya yang sudah meregenerasi kepalanya.

Memang, selama 60 tahun ini, aku selalu mengikuti Douma. Padahal, dia adalah musuhku, namun kami malah terus bersama selama 60 tahun ini. Gagak kasugai milikku, Kuro, sudah mati 48 tahun lalu. Tentu saja gagak tidak sekuat Oni untuk bertahan hidup. Untung saja Kuro lebih setia padaku daripada kepada para pemburu iblis. Sehingga aku tak pernah dilaporkan pada markas pemburu iblis, sungguh gagak yang berbakti!

"Sudahlah! Aku pergi dulu!" Ucapku yang sudah sangat kesal dengan perilaku Douma.

Cup!

"Hati-hati ya, Yasha," bisik Douma sebelum kembali tersenyum.

BLUSHH!!!

"Be-Berisikk!!!" Teriakku lalu berlari meninggalkan Douma.

Aku melompati pohon menuju markas pemburu iblis. Aku memang oni yang spesial karena mampu berjalan di bawah matahari, mampu memakan makanan manusia, dan tidak memakan manusia, melainkan sesama oni. Meski begitu, khasiat darahku tak berlaku pada oni lain, bahkan Douma yang sempat mencicipi darahku terkena racun yang tak dapat ia sembuhkan. Katanya sih, lebih kuat dari racun bunga wisteria. Beruntung, darahku juga mampu menjadi penawarnya (bila diminum dalam jumlah banyak).

2 hari kemudian...
Setelah 2 hari berlari tanpa henti, akhirnya aku sampai di markas pemburu iblis. Kulihat, para Hashira generasi baru dan seorang remaja yang mungkin juga Hashira sedang rapat.

'Iseng ah!' pikirku sambil tertawa kecil.

Akupun melompat ke tengah-tengah mereka lalu mengejutkan semua Hashira yang berada disana.

"Aku pulang!!" Teriakku.

Krik.
Krik.
Krik.

SRAK!

The Demon Hashira [Discontinue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang