"Rowoon-ah" panggil seseorang ketika Rowoon sedang men-dribble bola basketnya di sebuah lapangan kecil dekat rumahnya.
Refleks, Rowoon menoleh ke arah sumber suara. Seketika tangannya berhenti men-dribble bola, beralih melemparkan benda bundar itu ke tangan kirinya. Senyuman tersungging di bibirnya, seraya berjalan mendekati sosok yang memanggilnya. "Eoh, Abeoji"
Pria yang dipanggil Abeoji (ayah) oleh Rowoon itu bukanlah ayahnya, karena Rowoon memanggil ayahnya dengan sebutan Appa, melainkan ayah Hyeyoon. Awalnya Rowoon memanggilnya dengan sebutan Ahjusshi (Paman), namun mereka semakin dekat sehingga Seo Janghoon menyuruh Rowoon memanggilnya Abeoji. Rowoon belajar basket dari ayah Hyeyoon. Dia mulai menyukai basket sejak ayah Hyeyoon melatihnya hampir setiap hari. Belajar basket secara pribadi dari mantan atlet nasional membuat kemampuan Rowoon terasah dengan baik. Dia bahkan menjadi pemain inti di tim basket sekolahnya walaupun masih kelas 1 dan belum lama bergabung.
"Kenapa kau main sendirian? Padahal kau selalu mengajak Abeoji bermain basket setiap pagi. Abeoji sopsophada (sedih)." protes ayah Hyeyoon. Lucu sekali melihat pria paruh baya bertubuh tinggi besar merajuk seperti anak kecil.
Rowoon terkekeh. "Maaf, Abeoji. Aku tadinya berniat mengajakmu, tapi sepertinya kau sedang sibuk memasak di dapur."
Ya, tadi pagi Rowoon sudah mendatangi rumah tetangganya itu ketika hendak mengajak bermain basket bersama, seperti rutininas mereka hampir setiap pagi. Namun sepertinya Seo Janghoon sedang sibuk di dapur saat itu (pikir Rowoon ketika melihat apron berwarna pink bermotif pita yang melekat di tubuhnya. Rowoon sudah bisa menebak siapa pemilik apron imut itu. Siapa lagi kalau bukan Hyeyoon —apalagi dari ukurannya yang kecil, sangat kontras di tubuh ayahnya yang besar—)
Seo Janghoon menghela napas, "Ya, begitulah. Semenjak Hyeyoon pindah, Abeoji harus memasak sarapan setiap pagi karena Hyeyoon masih sekolah."
Rowoon tertawa lagi, "Apron itu sangat cocok untukmu, Abeoji."
Seo Janghoon melotot, "Kau melihatnya?" dibalas Rowoon dengan anggukan kepala. "Aah, aku sudah tidak keren lagi."
Rowoon menggeleng dan mengacungkan kedua jempolnya, "Tidak Abeoji, kau maid terkeren yang pernah ku lihat."
"Aigoo, kau bisa saja. Tapi bukankah yang benar adalah butler?"
"Butler tidak memakai apron imut berwarna pink, Abeoji."
Ayah Hyeyoon mengangguk setuju, "Ah, benar juga."
Rowoon berjalan ke pinggir lapangan, meraih handuk kecil dan botol minumnya. "Sayang sekali kita tidak bisa bermain bersama hari ini, Abeoji. Aku harus siap-siap ke sekolah." ujar Rowoon.
Seo Janghoon mengangguk paham. Kedua orang itu kemudian berjalan bersama ke arah rumah mereka yang notabene-nya bersebelahan. "Eomma-mu shift malam, Rowoon?"
Rowoon mengangguk, mengiyakan. Ibunya adalah seorang perawat. "Iya, Abeoji."
"Kau sarapan di rumah Abeoji saja. Pasti tidak ada makanan di rumahmu, Eomma-mu kan belum pulang." tawar ayah Hyeyoon.
Rowoon tampak berbinar, mengambil sikap hormat seperti tentara, "Siap, Abeoji."
Rezeki tidak boleh ditolak.
*
"Rowoon-ah, tolong bangunkan Hyeyoon." pinta Seo Janghoon yang berhasil membuat ekspresi kaget di wajah Rowoon.
Rowoon bukannya tidak mau membangunkan Hyeyoon, dia malah senang. Apalagi selama seminggu Hyeyoon pindah ke sini, gadis itu selalu mengabaikannya, seolah Rowoon tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl [Rowoon × Hyeyoon]
Fanfictionaku suka dia, kecil, imut - rowoon aku nggak suka dia, tinggi, bikin sakit leher - hyeyoon tentang cowok dan cewek yang perbedaan tingginya jauh