09

11.6K 1.5K 239
                                    

Hari sudah gelap, kegagahan sang surya mentari sudah tergantikan oleh kecantikan dan kelembutan sang rembulan.

Lan Wangji memutuskan untuk kembali ke kantor. Ketika mobil putihnya memasuki basement disana hanya tinggal beberapa mobil saja, maklum ini sudah selesai jam kerja. Hanya tinggal beberapa mobil para editor. Ada satu mobil yang menarik perhatiannya, mobil biru yang sejenis dengan miliknya masih terparkir rapi di tempatnya.

Pak Zhang cepat-cepat membukakan pintu mobil untuk bos mudanya. Lan Wangji turun sendiri sambil membuka kancing jasnya.

“Pak Zhang, kau bisa pulang. Biar aku yang menyetir sendiri nanti.” Titah Lan Wangji menatap supir pribadinya.

“Tapi tuan, apa Anda baik-baik saja?” Tanya Pak Zhang khawatir, pasalnya dia tahu jika Lan Wangji habis tertimpa sedikit masalah.

“Aku baik-baik saja, pulang lah. Sampaikan salam ku pada A-Zi.” Pak Zhang mengerti, Zhang Heizi adalah putri kecil Pak Zhang. Beberapa kali Lan Wangji pernah bertemu dengannya, dia adalah gadis imut dengan pipi cuby.

Ini memang kebiasaan Lan Wangji, dia akan menyelesaikan semua tugasnya terlebih dahulu sebelum pulang. Tapi tujuannya sekarang bukan untuk itu. Tadi dalam perjalanannya pamannya menelpon mengajaknya dan juga kakaknya untuk makan malam dirumah.

Sesuai dugaannya kalo Lan Xichen masih berada di kantornya. Lan Wangji sudah menyuruh Sekretaris Li untuk pulang terlebih dahulu, sama halnya dengan Manager Chen. Lan Wangji berjalan memasuki lift dan memencet tombol lantai 15, yaitu lantai ruangan Xichen.

Setelah pintu lift terbuka Lan Wangji bergegas keluar, dia mengintip sedikit meja kerja Sekretaris kakaknya. Dia menghembuskan napas lega, syukurlah Sekretaris kakaknya sudah pulang.

Tok... tok.. tok...

“Masuk.” Lan Wangji masuk setelah mendengar dirinya di persilahkan.

“Kakak” Lan Wangji menatap kakaknya yang sudah melepas dasi dan jasnya duduk di depan komputer. Terlihat kemeja biru soft nya menutupi tubuh sempurnanya.

“Oh Wangji, kau belum pulang? Ada apa?” Tanya Lan Xichen mempersilahkan Lan Wangji  duduk di sofa kerja ruangannya.

“Paman meminta kita untuk makan malam di rumah.” Jelas Lan Wangji. Lan Wangji juga ikutan membuka jas dan melepas dasinya. Ahhh melihat mereka hanya menggunakan kemeja saja udah bisa bikin mimisan. Lihat itu otot-otot perut dan lengannya. Pengen jadi kemejanya dah.

“Benarkah? Kenapa paman tidak menghubungi ku?” Lan Xichen mencoba mengecek ponselnya. Betapa kagetnya ketika dia melihat layar ponselnya. Pamannya sudah menelponnya sebanyak 10x.

“Kakak, apa terjadi sesuatu?” Tanya Lan Wangji memperhatikan dahi kakaknya yang di plester. Walaupun plester itu cukup transparan tapi tetap saja terlihat karena kulit Lan Xichen terlalu putih mulus kaya iklan body lotion.

“Ah.. ini oleh-oleh.” Jawab Lan Xichen singkat mendekati adiknya.

“Oleh-oleh?” Lan Wangji bingung, walaupun wajahnya masih datar tapi Xichen bisa melihat raut bingung dengan jelas di wajah tampan adiknya.

“Oleh-oleh dari kakak ipar mu.” Bukannya dapat pencerahan Lan Wangji justru di buat makin bingung.

“Astaga Wangji, kenapa tangan kirimu memar begitu?!” Lan Xichen kaget ketika melihat Wangji menggulung lengan kemejanya.

“Ah ini” Lan Wangji hanya menatapnya dan tanpa sadar sedikit tersenyum. Lan Xichen awalnya kaget, tapi ketika melihat adiknya tersenyum seperti itu dia malah makin bingung.

Ya gimana ga bingung, tangan adiknya memar sampai berwarna ungu gitu. Tapi adiknya malah senyum-senyum.

“Oleh-oleh.” Jawab Lan Wangji menatap kakaknya, Lan Xichen akhirnya mengerti. Otaknya pintarnya langsung mengerti maksud kata tersebut.

TRUE LOVE 💕 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang