32

15.9K 1.2K 216
                                    

Jiang Cheng duduk di sofa seorang diri sambil menatap langit-langit rumahnya yang amat sangat usang.

“Apa dia masih ada diperusahaan ya?” Jiang Cheng melihat jam dinding diruang tengah yang menunjukan jam 7 malam.

“Apa dia sudah makan?” Jiang Cheng berbaring di atas sofa sambil memeluk boneka berbentuk ikan pari pemberian muridnya dulu ketika ia mengajar ditempat kursus.

“Apa aku menyusulnya? Dia tidak benar-benar bunuh diri kan?” Jiang Cheng terus berbicara pada dirinya sendiri. Tapi seketika otak cerdasnya berfungsi dengan amat cepat.

“Kemeja yang waktu itu masih ada kan. Aku hanya akan mengembalikannya, bukan berarti aku ingin menemuinya. Apa aku harus masak?” Jiang Cheng berlari melihat isi kulkasnya, dan betapa beruntungnya Nie Huaisang tidak membawa pulang persediaan makanannya ini.

Nie Huaisang tuh kalo memang niat mau nginep pasti bawa persiapan sajen ko buat para teman-teman lintah daratnya ini. Tanpa sadar Jiang Cheng mulai asik berkutat dengan bahan-bahan makanan dan juga bumbu masakannya dengan serius. 30 menit Jiang Cheng berkutat di dapur, ia menyusunnya ke dalam kotak dan menatanya dengan amat sangat rapi. Jiang Cheng pun tersenyum ketika melihat isi kotak makannya yang penuh warna dan hiasan-hiasan cantik lainnya.

“Tunggu.. kenapa kotak makannya jadi seperti kotak makan gadis yang sedang jatuh cinta. Tidak tidak..” Jiang Cheng sedikit mengacak-acak kotak makan itu lalu menutupnya rapat-rapat. Ia mengambil tote bag dan memasukkan kotak makan kedalamnya. Ia juga mengganti pakaiannya dengan setelan santai, seperti celana training dan kaus kebesaran yang ia padukan dengan jaket hitam.

Tidak lupa ia memasukkan kemeja milik Lan Xichen yang waktu itu ia pinjam sebagai alasan utamanya.

“Mari berangkat.” Jiang Cheng keluar dari rumahnya dengan wajah sedikit memerah, kali ini ia memilih naik taxi ketimbang naik bus yang harus memutar jika ingin ke perusahaan Lan Xichen.

“Pak, tolong ke Lan’s Corp.” Supir itu pun mengerti dan mengemudi. Supir itu diam-diam memperhatikan Jiang Cheng yang tersenyum-senyum sambil melihat isi tote bagnya.

“Mau menemui pacar anda Nona?” Tanya supir itu. Jiang Cheng langsung menggeleng cepat sebagai jawaban.

“Kalo begitu pasti suami anda? Wah senangnya dibawakan makanan oleh istri tercinta.” Goda supir itu yang memperhatikan wajah Jiang Cheng yang kini sudah memerah.

“Paman berhenti menggoda ku.” Supir itu pun mengangguk-angguk mengerti, ia tidak mau membuat penumpangnya ini malah bad mood.

Tidak butuh waktu lama, Jiang Cheng sudah berada di depan gedung yang super mewah dan megah. Ini pertama kalinya Jiang Cheng datang ke cabang perusahaan utama yang dipimpin langsung oleh Lan Xichen.

“Jadi dia bekerja di tempat seperti ini. Woahh..” Jiang Cheng terkagum-kagum sendiri. Jiang Cheng turun dan memperhatikan sekelilingnya, taman yang sangat indah di depan perusahaan. Ini akan terlihat bagus jika di lihat pagi hari.

“Nyonya uangnya?” Supir itu menegur Jiang Cheng, namun sepertinya si cantik ini sudah terhipnotis dengan kekayaan keluarga Lan.

“Kakak ipar?” Lan Wangji yang kebetulan sedang berada di kantin yang terletak di lantai bawah untuk memesan kopi melihat Jiang Cheng keluar dari dalam taxi. Ia segera keluar menemui Jiang Cheng. Ketika Lan Wangji menepuk pundaknya barulah Jiang Cheng sadar dari lamunannya.

“Nyonya anda belum membayarnya.” Panggil supir taxi itu sekali lagi, membuat Jiang Cheng mengaduk-aduk tasnya mencari dompetnya.

“Ini..” Lan Wangji mengeluarkan dompetnya dan memberikannya pada supir itu.

TRUE LOVE 💕 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang