Ponsel Melisa langsung berdering begitu ia tiba di Stasiun Gambir. Tangan kirinya menarik koper keluar dari bagasi taksi dan tangan kanannya memegang hp kemudian diletakan di telinga kananya.
"Iya sayang, enggak apa apa, aku udah sampe Gambir nih, oke, nanti aku salamin ke Ibuk, byee".
Andika selalu seperti ini, ia selalu tidak bisa membiarkan Melisa pergi sendiri. Tapi kali ini Melisa memohon untuk bisa pergi ke Yogyakarta sendiri karena ia sudah lama tidak pulang ke rumah ibu dan ayahnya dan juga... ia rindu kota yang menyimpan sejuta kenangan.
Begitu Kereta Bintang kelas Eksekutif tujuan Yogya tiba, Melisa langsung naik. Padahal masih ada waktu kurang lebih 1,5 jam sebelum kereta berangkat. Tapi ia lebih suka naik kereta lebih dulu karena Melisa suka dengan suasana kereta yang sepi.
Melisa duduk di gerbong Eksekutif 3, seat nomor 6A dekat jendela. Ia tersenyum karena belum ada orang digerbong kecuali dirinya. Setelah menaruh koper diatas dan duduk, ia mengambil hp dan memasang headphonenya. Melisa memutar beberapa musik klasik favoritnya. Salah satu musik yang ia suka adalah karya Chopin, Nocturne Op.9 No 2.
Seiring musik mengalir, pikirannya terbang ke masa lalu. Masa SMA nya.
"Melisa..."
Jinyoung memanggil nama Melisa ketika mereka sedang makan mie goreng telur dikantin sekolah.
"Emm? Ada apa?"
"Aku boleh duduk sama kamu?"
"Bukannya kita lagi duduk bareng?"
"Maksud aku duduk sebangku sama kamu."
"Memang si Rendra kenapa? Boleh-boleh aja sih, lagian Nita temen sebangku aku udah pindah."
"Rendra ga pernah ngajakin aku ngomong." Jawab Jinyoung sambil menunduk.
Melisa tertawa kecil "Rendra anaknya emang pemalu banget, dia ga bakalan ngomong duluan kalau ga ditanya, apa lagi kamu anak baru, tapi dia baik kok." Melisa berkata sambil mengunyah krupuk pedas yang ia beli di kantin.
Kerupuk yang menurut Jinyoung terlalu banyak MSG dan dia tidak makan terlalu banyak walaupun rasanya memang enak. Iya rasa mecin.
"Tapi kamu mau ga duduk sama aku?"
"Mau kok, nanti pindah aja duduknya."
Sebelum jam istirahat berakhir, Bae Jinyoung mengambil buku-bukunya yang ada di laci meja dan dimasukan kedalam tasnya, kemudian ia memindahkannya ke belakang. Di meja Melisa.
"Kamu naksir sama Melisa?"
Rendra yang biasanya tidak pernah bicara tiba-tiba bertanya tentang hal yang tak terduga.
Bae Jinyoung terdiam sebentar, ia tidak menjawab. Bukan karena dia terkejut, tapi dia tidak terlalu mengerti artinya. Bahasa Indonesianya masih terbatas.
Naksir? Apa itu naksir? Tanya Jinyoung dalam hati. Memang masih banyak kosa kata yang belum ia tau karena akhir-akhir ini Jinyoung jarang les bahasa Indonesia lagi. Ia sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya. Bahasa slang Indonesia menurutnya sangat sulit dan terlalu banyak.
Pertanyaan Rendra tidak Jinyoung jawab. Ia hanya diam saja. Rendra pun juga tidak bertanya lagi. Jadi ya sudah. Jinyoung duduk dengan Melisa tanpa bicara apapun dengan Rendra.
Tapi sepanjang jam pelajaran terakhir, ia masih kepikiran apa yang Rendra katakan. Apa itu naksir? Apa yang dimaksud Rendra 'naksir' itu 'pindah' ?
'Kamu pindah(duduknya) sama Melisa?'
Apakah itu maksudnya Rendra? Pikir Jinyoung.
Jinyoung berpikir apakah Rendra mungkin tersinggung ia pindah tempat duduk tanpa berkata apapun. Ia berencana sepulang sekolah nanti untuk minta maaf dengan Rendra dan alasan ia pindah tempat duduk bukan karena hal negatif.
Sepulang sekolah Jinyoung mengejar Rendra yang saat itu hendak mengeluarkan motornya di parkiran.
"Rendra!" Jinyoung memanggil Rendra dari kejauhan.
Rendra hanya menengok dengan tatapan sinis kemudian lanjut mengeluarkan motornya dan hendak melaju.
"Tunggu Rendra!" Jinyoung teriak lagi.
Beberapa murid melihat ke arah Rendra dan Jinyoung, dan jujur ini mengganggu bagi si Rendra.
Rendra kemudian menghentikan motornya.
"Apaan sih?" Tanya Rendra kesal.
"aku naksir sama Melisa."
Rendra tertegun karena Jinyoung mengatakan itu dengan suara tidak lirih sama sekali. Anak anak mulai berbisik satu sama lain.
"Tapi bukan karena kamu kok aku naksir Melisa. Aku cuman pengen duduk di belakang aja."
Rendra tidak berkata apapun. Ia hanya melotot sebentar kemudian ia langsung naik motornya dan pergi.
"Jinyoung?!"
Melisa ada dibelakang Jinyoung.
"Kamu ngomong apa barusan?"tanya Melisa. Dia kaget karena mendengar Jinyoung 'naksir dirinya'.
"Eh Melisa, aku merasa Rendra marah sama aku." Kata Jinyoung panik.
"Bentar kamu....kamu.... ga tau ya apa itu artinya naksir?" Tanya Melisa menerka-nerka.
"Naksir ya pindah kan maksudnya? Rendra nanya itu tadi, terus aku jawab ya emang aku pindah tempat duduk sama kamu."
"HAHAHAHHAHA"
Melisa tertawa lumayan keras mengingat kejadian itu di masa lalu. Sampai ia lupa bahwa kereta sudah penuh dan akan segera berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Train Of Destiny
FanfictionMelisa tidak bisa melupakan masa SMA nya di Yogyakarta. Masa SMA yang begitu berharga dengan teman pindahan yang berasal dari negeri yang jauh, Bae Jinyoung.