Kereta

6 0 0
                                    

Untung belum ketinggalan kereta. Pikir Jinyoung. Dia berjalan tergesa bersama orang lain yang juga terburu-buru memasuki gerbong kereta eksekutif 4, karena 5 menit lagi kereta akan berangkat.

"Eh nak, sini omnya dah dateng," kata seorang ibu kepada anaknya berumur 3 tahun yang sedang duduk di kursi 4a. Gadis kecil itu terlihat kesal ketika diganggu karena sedang asik melihat ke arah jendela.

Sang ibu yang duduk di kursi 4b menggendong si anak ke pangkuannya. Kemudian duduk agak tegak memundurkan kakinya, agar laki-laki yang ia kira turis Cina itu bisa lewat.

"Permisi ya bu," ucap Jinyoyng membuat si Ibu terkejut ternyata turis ini bisa bahasa Indonesia.

"Lho bisa bahasa Indonesia to ternyata," Jinyoung menebak mungkin ibu ini berasal dari Yogyakarta juga karena logat medok jawa yang kental.

"Iya bu, saya udah pernah sekolah di Jogja dulu," jawab Jinyoung sambil tersenyum, bukan ke arah si ibu tapi ke anak kecil yang memandang Jinyoung kesal karena dia tak bisa duduk lagi dekat jendela.

"Owh, gitu, ya syukur enak lah bisa ngobrol njukan. Masnya dari Hongkong atau Taiwan? Dulu sekolah dimana?"

"Saya dari Korea Selatan bu, dulu sekolah di SMA Tunas Bakti."

"Owalah Korea to, oppa ya berarti, lagi populer itu Kpop."

"Iya bu," Jinyoung tersenyum, harus ia akui memang yang paling terkenal dari negara asalnya adalah Industri hiburannya, Kpop.

Beberapa kali Jinyoung disangka artis korea ketika sedang berkunjung di negara asia tenggara. Bahkan saat tadi turun dari taksi di stasiun masih ada remaja-remaja SMP yang mengejarnya untuk minta foto.

"Oppa oppa can we take a pict?"

Ujar segerombolan anak SMP berjumlah 3 orang. Tak mau membuat anak-anak itu malu Jinyoung meng iyakan dengan bahasa inggris, "yes sure".

Bahkan saat menunggu taksi di bandara pun beberapa orang yang lewat berbisik dan memandang ke arahnya.

"Eh itu artis korea bukan sih?"

"Iya deh, mirip, tapi masa sih?"

Mendengar itu Jinyoung hanya tersenyum saja, ia tidak terlalu ambil pusing karena sudah biasa. Saat masih bersekolah di SMA Yogyakarta pun, banyak tetangganya yang bilang dia mirip artis Korea. Mungkin karena memang orang Indonesia memandang orang Korea sama semua.

Entah mengapa Jinyoung jadi teringat masa lalunya, dimana ia merasakan patah hati untuk yang pertama kalinya saat SMA.

Hari itu adalah hari Jumat yang menyenangkan bagi murid-murid kelas  1 dan 2 SMA Tunas Bakti karena kegiatan pramuka ditiadakan. Sudah banyak yang merencanakan akan main kemana setelah pulang sekolah. Ada yang berkumpul di kantin sekolah sambil ngobrol, ada yang berencana untuk pergi ke warnet bermain game, atau pergi ke rumah teman.

Jinyoung sendiri memilih untuk langsung pulang ke rumah karena ia lumayan mengantuk setelah pelajaran sejarah tadi yang ia tak mengerti guru sejarah menjelaskan apa. Sudah rindu sekali ia dengan tempat tidurnya dan ingin segera memejamkan mata.

"Jinyoung! Jinyoung tunggu!"

Melisa memanggil Jinyoung sambil berlari ketika ia sudah mau keluar gerbang sekolah.

Jinyoung menengok ke balakang dan berhenti, ia mengerutkan dahinya bertanya-tanya Melisa kenapa buru-buru sekali?

"Apa apa mel?"

"Hhh....h...hhh" Melisa mengatur napas dulu sebelum mulai bicara. "Ini mau ngasih ini, dah ya aku ada ekstra byee,"
Melisa memberikan sebuah surat berwarna biru muda, kemudian ia lari lagi kembali kedalam sekolah dengan terburu-buru. Melisa mengikuti ekstrakulikuler penyiar radio dan sekarang jadwal Melisa untuk melakukan siaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Train Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang