Part 5

72 13 3
                                    

"Kak"

Suara mama membuat aku sadar dari lamunan masa kecil yang hanya tinggal kenangan.

''Kaka kenapa ngelamun sendirian?
Masih keinget ayah?''
Tanya mama sembari duduk disamping ku.

''Ica kangen ayah ma,ica pengen ayah meluk ica lagi kayak dulu.''

"Ica pengen ayah ada buat kasih ica nasehat,buat ica semangat lagi,buat ica ketawa karna tingkah laku ayah yang slalu bisa buat suasana mencair."

"ca kangen semua nya ma!
Ica kangen ayah!''

Pandangan ku semakin tertunduk,aku menyembunyikan air mata ini dari mama.
Sekalipun mama tau aku menangis,tapi aku tak ingin mama melihat air mata kesedihanku.

Jujur,setelah kepergian ayah.
Semua terasa gersang.
Seperti tak ada semangat untuk melanjutkan kehidupan.

Mungkin sebagian dari kalian yang belum ada diposisi ica berfikir kalo ica terlalu berlebihan dalam menghadapi semuanya.

Tapi,diusia nya yang dibilang belum cukup dewasa untuk menjalani ini semua.
Wajar jika keadaan ica belum baik untuk saat ini.

Ica merasa sendiri,merasa semua hancur,merasa seolah Allah tak adil dengan apa yang terjadi.

Setiap orang berbeda dalam menjalani setiap masalah yang di terima.
Jangan datang untuk menghujat apa yang sedang dia alami.

Tapi datang dan jadilah seseorang yang bisa menuntun kejalan Allah.
Ingatkan pada siapapun yang sedang terpuruk bahwa Allah maha tau yang terbaik setelah keterpurukan yang di alami.

Beri semangat,motivasi slalu,berikan kebahagian walau dengan cara-cara sederhana.

Jika tidak bisa melakukan atau menciptakan kebahagian setidak nya jangan menciptakan luka yang membuat seseorang itu semakin terpuruk.

''Kaka,sedih itu wajar.
Kecewa pun wajar."
Mama mencoba duduk disamping ku dan menghapus air mataku.

"Rasulullah pun pernah sedih,
Dan rasulullah pernah terpuruk dengan pulangnya siti khadijah ke sisi Sang Pencipta."

"Tapi,semua itu gak boleh berlebihan.
Sewajarnya aja..
Nanti kaka sendiri yang rugi kalo terus-terusan nangis,terus-terusan diem di kamar gak mau keluar,gak mau makan.''

Iya,selama dirumah dan setelah kepergian ayah.

Aku lebih banyak menghabiskan waktu dikamar,jarang bergabung untuk makan bersama mama dan adik-adik.

Seolah napsu makan ku hilang begitu saja.

''Mama tau gimana perasaan kaka,gimana hancurkan kaka,gimana keadaan kaka yang sekarang,mama tau."

"Cuma,apa yang harus kita sedihin terus-terusan?
Apa untung nya kalo kaka nangis dan gak mau makan?
Ayah gk akan kembali lagi sama kita."'

Dekapan hangat seorang ibu,nasehat nya,perhatian nya.
Aku rasakan saat ini.
Mama memeluk ku:(

'"Masih ada mama sayang,masih ada adek-adek."

"Kami bakalan selalu ada buat kaka,sayang sama kaka,dan jadi penyemangat kaka.
Kita keluarga ka,kita satu."

"Walau ayah udah gak ada,semua itu gak berarti kita harus berhenti sampe disini aja."

"Perjalanan kita insya allah masih jauh,tinggal gmna persiapan dan kesiapan kita untuk menempuh perjalanan itu?!''

''Mama yakin anak-anak mama kuat,anak-anak mama hebat.
Apalagi kaka sebagai anak sulung mama sama ayah.''

''Besar harapan kami ke kaka,kaka tau kan impian ayah banyak sama kaka?
Kalo kaka terus-terusan murung kayak gini.
Gimana impian-impian yang ayah titipin di kaka bakal tercapai?''

''Mama,kaka sama adek-adek.
Kita kerjasama,saling memberi semangat dan dukungan satu sama lain untuk jadi yang lebih baik lagi dari sebelum nya."

"Kita sama-sama wujudin apa yang almarhum ayah impikan selama ini.''

Ucapan mama membuat air mata ku semakin mudah untuk keluar dan membasahi pipi ku.

''Inget kak,kami orang tua gak nuntut banyak ke anak-anak kami."

"Inget obrolan sama ayah waktu itu?
Ayah bilang kalau ayah gk minta kalian punya jabatan tinggi."

"Yang ayah minta dan juga mama minta,kalian bisa jadi penolong kami nantinya di akhirat."

"Kalian bisa selesaiin hafalan 30 juz,bisa jadi manusia yang bermanfaat buat manusia lainnya,anak-anak yang punya akhlak baik ke orang yang lebih dewasa.''

Ya Allah,tolong ampuni lah aku.
Maafkan prasangka buruk ku terhadap mu ya Allah.

Perbaiki hatiku ya Allah.
Sesungguh nya hanya engkau yang maha mengetahui hal-hal yang tidak kami ketahui.

Semua terasa begitu memilukan.
Aku egois karna hanya mementingkan perasaan ku,tanpa aku sadari bahwa mama lebih terpukul karna kehilangan ini.

''Mama,maafin kaka.
Maafin kaka karna gak ngertiin perasaan mama.
Maafin kaka karna egois.''

''Gak ada yang salah,kenapa minta maaf?
Semua ini cuma perlu waktu."

"Kita bisa karna terbiasa.
Jadi,anak mama yang sholehah ini harus bisa bangkit dari keterpurukan nya.
Satu yang perlu kaka inget!"

"Semua yang tercipta pasti akan kembali ke sang pencipta.''

''Ma,makasih''

Aku memeluk erat tubuh mama,masih dengan fikiran yang belum baik.

Tapi setelah semua ketenangan dan penjelasan yang mama berikan.

Aku mencoba untuk bisa bangkit dari ketidak pastian ini.

Yang membuat ku sadar yaitu kalimat yang menyatakan bahwa Ayah tidak akan kembali:')

Sangat menyayat hati,tapi semua pasti berlalu.

Walau begitu,
Aku tak mau semua berlalu begitu saja,aku ingin disetiap apa yang akan terlewatkan tidak ada kata penyesalan di dalam nya.

Semua harus berkesan baik walau itu hanya suatu kemustahilan.

''Heh,malah bengong lagi.
Mama tuh udh masak banyak biar kaka makan."

"Yuk makan yuk,adek-adek udah nungguin tuh di meja makan.''

''Emang mama masak apa?''

'Makanya ayuk ke meja makan biar tau mama masak apa aja.'

#NEXTPART6!

Syariat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang