4. Ceroboh (18+)

1.8K 28 46
                                        

"Dimana Irene, Stev?" Pertanyaan itu mampu membuat Stevani memberhentikan kegiatannya. Ia melepaskan bibir pria yang bertautan dengannya.

Melinda masuk ke dalam kamarnya membuatnya kesal. Penganggu, pikirnya.

"Oh, dia lagi ada urusan katanya, Tante."

Terlihat dari kedua bola mata Stevani, Melinda menggeram kesal. Wajah bosnya itu memerah menahan amarah. Dirinya beringsut, waspada jika mendapat semprotan dari Melinda.

"Awas saja anak itu. Oke, lanjutin lagi. Permisi."

"Gak sopan-ahhh!" desahnya kuat ketika merasakan sesuatu masuk ke dalam vaginanya.

Stevani membalikan tubuh, tatapannya turun pada vaginanya. Terlihat dua jari lelaki yang bernama Dani itu tengah menggesek-gesek dinding vaginanya.

Ditariknya kuat rambut Dani, ia hanya bisa melampiaskan kenikmatannya lewat tarikan itu. "Ahhh! Ak-u akan... sampai pun-cak, ahhh... Da...ni ahh-sayang!" Stevani menggigit bibirnya menahan desahan yang kian membesar.

"Akan aku masuki!" seru Dani dengan mata yang terpejam.

"A-ku siap...ah!"

•••

TIN!

Suara klakson itu membuat dirinya terkejut setengah mati, hampir saja ia jatuh ke dalam saluran air. "Bawa mobil yang bener dong! Kurang ajar!"

"Ei turun lo! Kalau gak bisa bawa mobil, gak usah sok-sokan bawa! Turun lo!" teriaknya, dirinya amat tersulut emosi. Walaupun tidak jatuh ke dalam saluran air akan tetapi sepatunya yang terjatuh.

Pintu mobil terbuka, lalu turun seorang pria dengan dibaluti jas, kaca mata hitam bertengger manis di hidung pria itu. Irene menganga menatapnya, karena ingat tentang apa niatnya ia langsung menepuk wajah untuk menyadarkan dirinya sendiri.

"Lo bisa bawa mobil gak? Lihat sepatu gue jatuh ke dalam saluran air! Ganti rugi lo!" sungutnya tanpa mengetahui siapa pria itu.

"Bukan saya yang membawa mobilnya, akan tetapi supir saya."

Seperti kenal suara itu.

Irene mengangguk, ia berkacak pinggang. "Dimana supir lo? Gue mau kasih pelajaran!"

"Berapa harga sepatunya?"

"Hah?" Dirinya tak salah mendengar? Iya memang seperti mengenal suara ini. Tetapi dimana ya? Astaga penyakit pelupanya mulai kambuh. Ini pasti ketularan Stevani.

Dengan keberanian penuh ia mengulurkan tangan untuk meraih kacamata yang dipakai pria itu, ternganga sesaat ketika mengetahui wajahnya.

Lama sekali ia memandangi wajah Melvin. Ya pria itu tidak lain Melvin.

"Lo!"

Dirinya menurunkan tangannya hingga membuat kacamata yang ia pegang jatuh. Irene menganga ketika melihat kacamata itu terbelah dua seperti roti tawar yang ia makan tadi pagi, haduh jadi laper.

Ia menutup mulutnya, ia yakin harga kacamata itu lebih jauh mahalnya dari pada sepatu miliknya.

Refleks ia maju untuk mengambil kacamata tadi, akan tetapi justru membuat kepalanya terbentur kaki Melvin, hendak bangkit malahan membuat kepalanya menabrak tas koper yang dibawa Melvin.

Astaga, goblok banget sih, Irene!

"Aduh!" Ia mengaduh sambil mengusap pucuk kepalanya.

"Bisa kehitung gak tindak kecerobohanmu?" Irene menyengir tanpa dosa menjawab ucapan Melvin.

PelacurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang