1. cerai

365 76 8
                                    


Perempuan itu tersenyum mendapati dirinya sudah tak sendiri lagi. Dia mendengarkan semua kata-kata dokter di depannya dengan cermat. Tak ingin pengalaman pertamanya ada kesalahan.

Setelah tujuh bulan dia membina rumah tangga yang penuh kebahagiaan, akhirnya Tuhan memberikan kepercayaan padanya untuk mengemban tugas mulia ini.

Menjadi seorang ibu.

Syukur dia panjatkan karena beberapa kali dia mendapati pasangan yang hingga bertahun-tahun baru diberikan momongan. Dia hanya harus bersabar tujuh bulan, dan tercapai keinginan dirinya dan suaminya untuk memiliki momongan.

"Ini resepnya, silahkan ditebus di apotek." Dokter kandungan itu tersenyum ramah. Meskipun sudah berumur, senyum Dokter bernama Amia itu nampak bersahaja. Seperti seorang ibu yang memberi banyak nasehat pada anaknya yang tengah hamil muda.

"Terima kasih, Dokter."

"Sama-sama."

"Saya permisi."

Sakila beranjak dan menyalami dokter paruh baya itu sebelum bertolak pergi. Dia tak sabar memberikan kabar bahagia ini pada suaminya.

Pasti laki-laki yang kini berstatus sebagai suaminya itu akan sangat bahagia. Pikirannya.

"Sudah selesai?" tanya itu membuat Sakila mendongak. Wajah laki-laki yang menolongnya di Link Coffee nampak penasaran.

Sakila mengangguk sopan. "Sudah, Pak. Terima kasih sudah menolong saya. Ternyata saya sedang hamil dan saya tidak sadar hingga hampir pingsan di cafe."

"Ah, syukurlah. Berhati-hatilah karena hamil muda biasanya masih rentan. Istri saya dulu malah bedrest hingga hampir delapan bulan karena kandungan yang lemah."

"Terima kasih, Pak. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih."

"Setelah ini anda mau ke mana? Mana suami anda?"

"Suami saya masih bekerja. Saya tidak ingin mengganggu dia. Saya akan pulang dengan taksi. Kebetulan tadi sudah memesan taksi online."

"Ah ... baiklah. Kalau sudah beres saya juga permisi dulu. Saya harus kembali ke kantor." Laki-laki itu berkata.

"Iya, silahkan. Terima kasih sekali lagi."

Lelaki itu terkekeh mendengar kata terima kasih yang diucapkan Sakila secara berulang-ulang.

Sakila beruntung ada orang baik yang mau menolongnya. Entah apa yang terjadi jika tidak ada yang menolong saat dirinya hampir pingsan tadi.

***

Perempuan itu menarik bibirnya mengulas senyum. Suaminya sudah pulang saat dia memasuki ruang tamu.

"Mas ... Mas sudah pulang?" Sakila mengernyit mendapat tatapan tajam dan penuh permusuhan dari suaminya.

Ada apa?

"Mas ...."

"Apakah uang yang aku beri masih kurang hingga kau menjual tubuh di luar sana?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja. Pelan namun sarat akan kemarahan.

"Mas ... apa maksudmu?"

"Aku tidak menyangka telah menikahi seorang pelacur."

"Mas! Mas kenapa? Ada apa? Kenapa tiba-tiba seperti ini?" Sakila tidak mengerti apa yang terjadi. Namun dia bisa melihat kemarahan di setiap geraman suaminya.

"Berapa uang yang dia beri? Atau kamu melakukan itu karena tidak puas padaku?"

"Mas!"

"Jawab!! Aku sudah muak melihat wajah sok polos kamu! Aku menyesal pernah jatuh cinta padamu. Andai saja aku tidak jatuh cinta padamu, semua ini tidak akan terjadi."

Hiatus!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang