11. Saran

302 68 16
                                    

Enggak ada yang lebih buruk bagi seorang introvert saat berada di antara banyak orang. Contohnya, saya. Iya, saya ini introvert. Jadi, hari ini keluarga besar saya sedang berkumpul bersama dalam rangka menyambut orangtua saya yang baru pulang dari luar kota. Dan, saya si introvert ini harus duduk dua jam dengan cuma-cuma demi menjaga image sebagai anak yang baik.

"Kerjaan di sana lancar kan?" tanya tante Emmi kepada ayah saya.

"Ya begitu lah, kadang lancar kadang seret, tapi untungnya sudah selesai sekarang."

"Ih, tapi lumayan, seret-seret begitu juga komisinya besar," sahut paman Harris.

"Ya, karena besar itu makanya diambil," ucap ibu saya membawa nampan berisi minuman dari dapur.

"Ath, nih, minum," kata ibu saya sambil menyodorkan gelas berisi jus jeruk.

"Oh, iya, Ath, Papa ada hadiah buat kamu."

"Apa, Pa?" tanya saya ogah-ogahan.

"Buku mitologi, tapi yang ini khusus membahas Dewi Athena. Sama kayak nama kamu, kan? Jadi, anggap saja buku ini membahas tentang kamu."

Haduh.

Kenapa papa saya harus memberi saya buku mitologi Dewi Athena, sih? Padahal saya sudah berusaha menghapus ingatan saya tentang dewi itu. Khususnya setelah perjanjian deal kami dua hari lalu. Ya, teknisnya bukan papa saya yang salah sih, tapi tetap saja hal ini bikin mood saya anjlok.

Sejak dua hari yang lalu, saya kira setelah deal, dewi itu akan mendatangi saya, tapi nyatanya tidak. Harusnya, saya lega karena tidak bertemu dengan Dewi Athena, tapi yang terjadi saya malah kalang kabut nggak karuan.

"Tante, pisangnya di kulkas kok sudah habis?"

Coba tebak itu suara siapa?

Itu suara Helios. Kapan Helios absen dari rumah saya? Nggak pernah. Dia selalu hadir di rumah saya. Hari ini ia datang ke sini dengan dalih 'diajak orangtua' yang mana itu adalah tante Emmi dan paman Harris.

"Oh, kalau sudah habis, ambil saja di kresek merah di bawah tangga. Ath, coba kamu kasih tahu tempatnya," kata mama kepada saya.

Saya kemudian berdiri dan berjalan gontai menuju tempat yang mama maksud. Helios ikut membuntuti langkah saya.

"Tuh, di situ," kata saya seraya menunjuk tempat yang mama maksud.

Helios lantas bergumam dan meraih setandan pisang, mengambilnya satu dan memakannya.

Saya menatap Helios dengan bimbang. Pernah nggak sih kalian merasakan perasaan bingung sampai sebingung-bingungnya? Saya yakin kalian pasti pernah. Nah, daripada saya bingung enggak jelas, saya putuskan untuk menceritakan masalah saya kepada Helios.

"Yos," kata saya pada Helios.

"Apa?"

Saya nggak perlu meminta izin untuk bercerita pada Helios, buat apa? Bikin ribet saja. Saya langsung menceritakan perihal Dewi Athena dan sesekali Helios menanggapi dengan 'he-eh' atau 'terus'. Saya fokus bercerita kemudian saya putuskan untuk bertanya pada Helios. "Jadi, menurut lo gimana?"

"Bentar, gue pikirin."

"Cuma itu? Nasihat? Komentar?"

"Kasih gue waktu bentar, dasar Medusa nggak sabaran."

Medusa? Kok, dia bilang saya Medusa? Saya memang nggak cantik tapi saya nggak sejelek itu sampai harus disamain sama Medusa. Tapi, saya putuskan untuk diam dan menanti jawabannya.

"Jadi gimana?" tanya saya lagi.

"Gue enggak tahu," kata Helios.

Halah, kampret.

---Athena---

ATHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang