Cepat-cepat si Pisau Terbang menarik tubuhnya ke samping ketika pedang Dewi Goa Ular menusuk cepat ke arah dada. Dan begitu pedang itu lewat di samping tubuhnya, segera tangannya dihentakkan menyodok ke arah lambung. Tapi tanpa diduga sama sekali, Dewi Goa Ular lebih cepat lagi mengebutkan pedangnya tanpa sedikit pun berusaha menghindari sodokan lawan.
"Yeaaah...!"
Bet!
Cras!
"Aaa...!"
Si Pisau Terbang jadi terbeliak lebar. Sungguh tidak disangka kalau gadis cantik berbaju merah muda yang mengaku bernama Dewi Goa Ular itu bisa memutar pedangnya begitu cepat, dan langsung menebas tangan kirinya yang menjulur hendak melakukan sodokan ke arah lambung. Tangan kiri si Pisau Terbang seketika itu juga buntung, dan darah muncrat keluar dari tangan yang terpenggal sebatas siku.
"Mampus kau sekarang, Keparat..! Hiyaaat..!"
Wuk!
Bagaikan kilat, Dewi Goa Ular menebaskan pedangnya ke dada si Pisau Terbang. Begitu cepat tebasannya, sehingga si Pisau Terbang tak mampu lagi menghindar. Terlebih lagi, dia masih merasakan perih pada tangan kirinya yang buntung terbabat pedang itu. Dan...
Cras!
"Aaa...!" kembali si Pisau Terbang menjerit keras.
Tubuh si Pisau Terbang terhuyung-huyung ke belakang. Darah kembali membanjiri dari dadanya yang terbelah cukup lebar dan panjang. Sebentar dia masih mampu berdiri, kemudian ambruk terguling dan menggelepar di tanah. Sementara Dewi Goa Ular memandangi disertai senyuman sinis tersungging di bibir. Kembali cadarnya yang terbuat dari kain agak tipis berwarna merah muda dikenakan.
Agak lama juga si Pisau Terbang meregang nyawa, tapi akhirnya diam kaku tak bernyawa lagi. Guratan biru terlihat dari luka di dada dan tangan kirinya yang buntung. Si Pisau Terbang tewas dengan mata terbalak lebar dan mulut ternganga.
"Kalian harus merasakan, bagaimana kehilangan tempat tinggal" desis Dewi Goa Ular dingin.
Sebentar wanita itu menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu cepat melompat menghampiri sebuah obor yang terpancang di tiang. Tangannya cepat mencabut obor itu, dan melemparkannya ke atas atap bangunan yang berukuran cukup besar ini. Kembali diambilnya obor, dan dilemparkannya ke dalam rumah. Lima obor dilemparkannya ke rumah besar yang megah itu, sehingga membuat api membesar melahap semua yang ada di dalam bangunan itu.
Dewi Goa Ular berdiri tegak memandangi api yang semakin besar berkobar, melahap bangunan itu. Kemudian tubuhnya diputar perlahan. Dan sambil berteriak nyaring melengking tinggi, beberapa pukulan jarak jauh yang sangat dahsyat dilontarkan ke arah tembok banteng. Suara-suara ledakan terdengar dahsyat menggelegar, bersamaan hancurnya banteng itu. Lalu, beberapa pukulan lagi dilontarkan ke arah bangunan di depannya.
"Tunggulah pembalasanku. Iblis Tombak Baja...!" desis Dewi Goa Ular dingin menggetarkan.
Setelah puas menghancurkan sarang Partai Tombak Baja, Dewi Goa Ular cepat melesat pergi. Begitu tinggi ilmu meringankan tubuh yang dimiliki, sehingga dalam waktu sekejap mata saja dia sudah lenyap tertelan kegelapan malam. Sementara api semakin membesar menghanguskan sarang Partai Tombak Baja. Malam yang semula dingin, kini jadi hangat oleh kobaran api yang semakin bertambah besar saja.
Tanpa setahu gadis bercadar merah muda itu, dari tempat yang cukup tersembunyi mengintai dua pasang mata, memperhatikan semua kejadian di sarang Partai Tombak Baja. Mereka adalah Rangga dan Pandan Wangi yang langsung ke tempat ini setelah mengetahui keadaan tempat tinggal Pertapa Goa Ular yang sudah hancur berentakan.
"Kau mengenalnya. Kakang?" tanya Pandan Wangi, agak berbisik suaranya.
"Ya! Aku pun tahu, di mana bisa bertemu dengannya," sahut Rangga, agak menggumam suaranya.
"Sebaiknya kita temui, Kakang. Kita tanyakan, dari mana jurus 'Seribu Racun Ular Berbisa' itu diperolehnya. Kalau didapatkannya dari Pertapa Goa Ular, dia pasti tahu keberadaan pertapa tua Itu."
"Dia belum sempurna menguasai jurus itu. Tapi sudah cukup dahsyat. Hm.... Dengan jurus yang dimilikinya sekarang ini, rasanya dia belum cukup menandingi Iblis Tombak Baja," gumam Rangga.
"Ayo, Kakang. Sebelum dia pergi jauh," ajak Pandan Wangi lagi.
"Percuma, Pandan. Sebaiknya besok siang saja kita menemuinya," kata Rangga.
"Tapi, setidaknya kita segera meninggalkan tempat ini, Kakang. Iblis Tombak Baja dan begundal-begundalnya pasti sedang menuju ke sini."
"Baiklah. Ayo..."
Tanpa bicara lagi, mereka bergegas meninggalkan tempat persembunyian. Mereka lalu melompat naik ke punggung kuda masing-masing, dan cepat menggebahnya. Pendekar Rajawali Sakti dan Pandan Wangi tadi memang sempat melihat Iblis Tombak Baja dan para pengikutnya di sekitar Hutan Goa Ular. Itu sebabnya, kedua pendekar muda itu langsung ke tempat ini. Dan ternyata, dugaan Rangga memang benar. Orang yang mengaku bernama Dewi Goa Ular itu sudah memporakporandakan sarang Partai Tombak Baja. Bahkan membunuh si Pisau Terbang serta dua puluh orang anak buahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
59. Pendekar Rajawali Sakti : Dewi Goa Ular
ActionSerial ke 59. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.