BAGIAN 8

691 31 0
                                    

Sementara itu jauh dari sarang Partai Tombak Baja, sebuah bayangan putih berkelebat cepat menyelusup dari balik pepohonan yang begitu rapat bagai tak ada jarak untuk dilewati. Dan bayangan itu baru berhenti setelah merasa cukup jauh dari sarang Partai Tombak Baja. Ternyata, bayangan putih itu adalah seorang pemuda tampan dan gagah. Tubuhnya tegap berotot mengenakan baju rompi putih. Lengannya mengepit gadis berbaju merah muda yang sebagian wajahnya tetutup kain cadar agak tipis berwarna merah muda
Di kalangan rimba persilatan, pemuda berbaju rompi putih itu tentu saja sudah sangat dikenal. Dialah Rangga, yang berjuluk Pendekar Rajawali Sakti. Sedangkan gadis berbaju merah muda yang mengenakan cadar itu adalah Dewi Goa Ular. Rupanya, Ranggalah yang menyelamatkan gadis itu dari hunjaman senjata Iblis Tombak Baja yang terkenal sangat dahsyat
"Kau sudah aman sekarang, Swani.." kata Rangga seraya menurunkan gadis itu.
Gadis bercadar merah muda itu menyandarkan punggungnya ke pohon. Sinar matanya begitu redup memandang wajah tampan di depannya. Perlahan dibukanya cadar merah muda yang menutupi wajahnya. Di balik cadar itu, ternyata tersembunyi seraut wajah cantik yang tak lain adalah Swani, putri tunggal Ketua Padepokan Pedang Perak yang tewas di tangan Iblis Tombak Baja.
"Terima kasih, kau telah menyelamatkan aku," ucap Swani lirih.
"Di mana pedangmu?" tanya Rangga melihat sarung pedang di punggung gadis itu dalam keadaan kosong.
"Aku tidak tahu. Mungkin terjatuh waktu kau menyambarku tadi," sahut Swani, tetap lesu suaranya.
"Kenapa kau kelihatan begitu pasrah tadi, Swani...?" tanya Rangga lagi.
"Aku sendiri tidak tahu. Tiba-tiba saja, tenagaku hilang. Bahkan tidak kuat lagi untuk mengangkat senjata," sahut Swani tampak kebingungan sendiri atas semua yang terjadi pada dirinya.
"Kau tadi menggunakan jurus 'Seribu Racun Ular Berbisa'?"
"Benar. Sudah beberapa kali jurus itu kugunakan. Tapi setiap kali menggunakan jurus itu, seluruh tubuhku selalu lemas, seperti tidak bertenaga lagi. Tapi semua itu akan hilang dengan sendirinya, dan akan pulih kembali seperti sediakala. Hanya saja...," Swani. memutuskan ucapannya.
"Hanya apa, Swani.?" desak Rangga
"Aku..., aku sendiri tidak tahu, Kakang. Aku merasa seperti ada satu kekuatan aneh yang menggerakkanku setiap kali bertarung. Bahkan seringkali tidak bisa mengendalikan diri. Rasanya, aku begitu ingin membunuh semua lawan-lawanku dengan jurus 'Seribu Racun Ular Berbisa'," sahut Swani, masih bersikap bingung.
"Hhh...!" Rangga menarik napas dalam-dalam.
Pendekar Rajawali Sakti tahu kalau Swani, sudah dipengaruhi jurus 'Seribu Racun Ular Berbisa'. Suatu pengaruh yang sangat kuat, dan tidak mudah dilawan dengan kekuatan dan tenaga dalam serta hawa murni yang belum mencapai kesempurnaan. Dan itu bisa berakibat parah pada diri Swani sendiri. Tanpa disadari, jurus itu akan membunuh Swani, secara perlahan-lahan. Tidak mudah bagi Rangga untuk menjelaskan yang sebenarnya pada gadis ini. Hanya Pertapa Goa Ular saja yang bisa menjelaskan keburukan Jurus 'Seribu Racun Ular Berbisa' yang dipelajari secara tanggung seperti ini.
Dan kini akibat keburukan jurus itu sudah merasuki diri Swani. Sulit untuk dicegah lagi. Hanya ada satu pilihan bagi Swani. Mempelajari jurus itu sampai tuntas dan menyempurnakannya, atau merelakan dirinya termakan jurus itu sampai mati tanpa disadari. Tapi kalau Swani terus mempelajarinya, itu berarti akan kehilangan gurunya, si Pertapa Goa Ular yang telah memberikan jurus itu padanya. Dan semua itu juga belum berarti, kalau Swani tidak menyempurnakannya sendiri.
Paling sedikit memerlukan waktu lima tahun untuk menyempurnakan jurus itu agar Swani bisa menguasainya secara sempurna. Maka dia tidak akan terpengaruh lagi oleh keburukan-keburukan jurus 'Seribu Racun Ular Berbisa'. Tapi apakah Swani sanggup melakukannya? Sedangkan dia masih diliputi dendam pada Iblis Tombak Baja yang telah membunuh ayahnya, dan menghancurkan padepokan milik ayahnya.
"Ayo kita pergi dari sini, Swani." ajak Rangga.
Swani mencoba melangkah, tapi kedua kakinya terasa begitu berat untuk digerakkan. Bahkan jadi limbung, dan hampir saja jatuh kalau Rangga tidak cepat-cepat menangkapnya.
"Kau tidak apa-apa, Swani...?" tanya Rangga.
"Aku tidak tahu, Kakang. Aku merasa begitu lemas sekali. Sepertinya aku akan lumpuh," sahut Swani tidak mengerti.
Tidak ada yang bisa dilakukan Pendekar Rajawali Sakti selain memondong gadis itu. Tanpa bicara apa-apa lagi, dia cepat berlari mempergunakan ilmu meringankan tubuh, menembus lebatnya hutan di lereng Bukit Menjangan ini. Swani melingkarkan tangannya ke leher Rangga. Dipandanginya wajah tampan pemuda itu. Dia jadi tidak peduli kalau Rangga berlari secepat angin dengan ilmu meringankan tubuhnya yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan.
"Mau kau bawa ke mana aku, Kakang?" tanya Swani.
"Menemui gurumu." sahut Rangga tanpa menghentikan larinya.
"Guruku..?"
"Iya. Pertapa Goa Ular sudah menunggumu di puncak Bukit Menjangan ini."
"Dia masih hidup?!"
"Keadaannya tidak jauh berbeda denganmu. Kau harus tabah dengan segala kemungkinan yang bakal terjadi nanti."
"Memangnya kenapa, Kakang ?"
Rangga berhenti berlari. Dipandanginya Swani yang masih berada di dalam pondongannya. Gadis itu juga memandangi wajah tampan yang begitu dekat, sehingga dengus napas satu sama lain begitu terasa menerpa kulit wajah. Ada sedikit getaran di hari gadis ini. Tapi, Swani cepat-cepat membuang getaran itu dari hatinya.
"Aku akan menjelaskannya, tapi kau harus bisa menerima dengan hati lapang." ujar Rangga sungguh-sungguh.
"Aku sudah mengalami hal yang terburuk, Kakang," tegas Swani, tegar.
Rangga kembali mengayunkan kakinya. Dia kini berjalan tanpa mempergunakan ilmu meringankan tubuh. Pendekar Rajawali Sakti kemudian menjelaskan semua yang terjadi. Terutama tentang jurus 'Seribu Racun Ular Berbisa'. Sedangkan Swani mendengarkan penuh perhatian. Dia jadi tertegun begitu mengetahui akibat-akibat buruk dari jurus yang dipelajarinya. Gadis itu masih tetap membisu, meskipun Rangga sudah menyelesaikan penjelasannya.
"Apa yang harus kulakukan, Kakang?" tanya Swani. setelah cukup lama berdiam diri.
"Kau harus menerima segala keputusan yang diambil Pertapa Goa Ular nanti," sahut Rangga.
"Kalau keputusan yang diambilnya mengakibatkannya mati?"
"Itu sudah merupakan akibat yang harus ditanggungnya, Swani. Dan kelak juga akan menurun padamu."
Swani kembali terdiam. Rangga juga tidak bicara lagi. Memang sulit bagi Swani menerima semua ini. Tapi semuanya sudah terjadi, dan harus menerimanya dengan hati lapang. Apa yang sudah terjadi adalah kehendak Dewata, dan Swani tak dapat lagi menolak. Meskipun, di hati kecilnya hal itu tidak diinginkan.

59. Pendekar Rajawali Sakti : Dewi Goa UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang