Sementara itu Rangga yang mengikuti salah seorang pembantu Iblis Jubah Putih, sudah sampai di tengah-tengah hutan yang cukup lebat ini. Pendekar Rajawali Sakti berhenti mengikuti, dan tetap berada di atas pohon ketika melihat sebuah bangunan putih yang terbuat dari batu di tengah-tengah hutan ini. Dan laki-laki setengah baya yang diikutinya, jelas melangkah cepat menuju bangunan puri itu.
Dari dalam puri, tampak keluar Ki Bargala yang lebih dikenal berjuluk Iblis Jubah Putih. Di belakangnya mengikuti dua wanita berusia sekitar empat puluh tahun yang masing-masing mengenakan baju ketat warna merah dan putih. Meskipun sudah berusia sekitar empat puluh tahun, tapi mereka masih kelihatan cantik dan segar bagai gadis yang baru saja berumur dua puluh tahun. Kedua wanita ini yang dikenal berjuluk Iblis Bunga Penyebar Maut.
"Bagaimana, Wirya?" Iblis Jubah Putih langsung bertanya begitu laki-laki separuh baya itu berada dekat di depannya.
"Gagal, Ki...," sahut laki-laki separuh baya berbaju biru tua yang dipanggil Wirya itu. Suaranya pelan sekali, dan hampir tidak terdengar di telinga.
"Apa...?! Gagal...?!" Iblis Jubah Putih mendengus berang mendengar jawaban yang tidak diinginkannya itu.
"Mereka menghalangi, Ki. Bahkan pemuda itu membunuh...."
"Setan...!"
Plak!
"Aduh...!" Wirya terpekik.
Tubuhnya terpelintir begitu tiba-tiba satu tamparan keras mendarat di pipi kirinya. Laki-laki separuh baya itu langsung jatuh berlutut di depan Iblis Jubah Putih. Dengan punggung tangannya, disekanya darah yang merembes keluar dari sudut bibirnya. Tamparan Iblis Jubah Putih begitu keras, sehingga pandangannya terasa jadi berkunang-kunang.
"Kenapa kau tidak mampus saja sekalian, heh...?! Tidak ada gunanya kau kembali kesini!" dengus Iblis Jubah Putih berang.
"Maaf, Ki...," ucap Wirya perlahan.
"Bangun!" bentak Iblis Jubah Putih.
Perlahan Wirya bangkit berdiri, tapi kepalanya tetap tertunduk menekuri tanah di ujung kakinya. Sama sekali dia tidak berani membalas sorot mata Iblis Jubah Putih yang begitu tajam memerah menahan marah. Sementara dua wanita yang berada di belakang Iblis Jubah Putih hanya diam saja tidak bersuara sedikit pun. Salah seorang yang mengenakan baju warna merah menyala dan biasa dipanggil si Mawar Merah, melangkah maju mendekati laki-laki tua berjubah putih itu.
"Ada tamu datang ke sini, Ki," bisik si Mawar Merah perlahan.
"Hm...," Iblis Jubah Putih menggumam pelan. Kepalanya terdongak sedikit, dan diputar ke kanan. Lalu, diputar ke kiri perlahan-lahan. Kembali dia menggumam begitu telinganya yang setajam mata pisau mendengar tarikan napas ringan dari arah kirinya. Laki-laki tua berjubah putih itu melirik sedikit pada dua wanita yang mendampinginya. Iblis Bunga Penyebar Maut bisa mengerti, dan perlahan menggeser kakinya ke kanan beberapa tindak.
"Kau diikuti, Wirya?" tanya Iblis Jubah Putih mendesis perlahan.
"Tidak, Ki," sahut Wirya.
"Kau memang bodoh!" dengus Iblis Jubah Putih.
Wirya jadi bengong tidak mengerti. Dan sebelum laki-laki setengah baya berbaju biru tua itu bisa mengerti maksudnya, mendadak saja si Iblis Jubah Putih berteriak nyaring dan keras menggelegar. Bersamaan dengan itu, tangan kirinya dikebutkan ke samping sambil cepat memutar tubuhnya.
Slap!
Seketika itu juga dari telapak tangan kirinya meluncur sebuah benda berwarna putih keperakan. Benda itu meluncur deras ke arah semak belukar yang ada di sebelah kiri bangunan batu berbentuk puri itu. Satu ledakan keras menggelegar terdengar dahsyat ketika benda putih keperakan itu menghantam semak yang seketika itu juga hancur terbongkar bagai diseruduk banteng liar. Bersamaan dengan itu, dari dalam semak yang hancur melesat sebuah bayangan hitam ke udara.
Tampak bayangan hitam itu berjumpalitan di udara, lalu manis sekali meluruk turun. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun juga, bayangan hitam itu mendarat ditanah. Dan sekitar tiga batang tombak di depan Iblis Jubah Putih, kini sudah berdiri seorang laki-laki berbaju serba hitam dengan punggung terdapat tonjolan cukup besar yang membuat tubuhnya bungkuk. Kulit wajahnya hitam bagai terbakar, dan terdapat beberapa benjolan seperti bisul.
"Si Bongkok...," desis Iblis Jubah Putih agak bergetar suaranya begitu mengenali laki-laki yang muncul dari dalam semak belukar tadi.
"He he he... Kau tidak bisa lari dariku, Iblis Jubah Putih," ujar si Bongkok diiringi suara tawanya yang terkekeh.
"Phuih! Kau pikir aku takut menghadapimu...?" dengus Iblis Jubah Putih gusar atas kemunculan si Bongkok ini.
"Oh, ya...? Kalau kau berani, kenapa tidak langsung serang saja...?" tantang si Bongkok memanasi.
"Keparat...!" geram Iblis Jubah Putih semakin bertambah gusar mendengar tantangan terbuka itu. Dia tahu si Bongkok memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Dan Iblis Jubah Putih tidak mau gegabah menghadapinya. Maka, matanya melirik sedikit pada Wirya yang masih berdiri tak bergeming di tempatnya. Laki-laki setengah baya berbaju biru tua itu tahu apa yang harus dilakukannya. Cepat dia melompat ke depan, melewati Iblis Jubah Putih.
"Hadapi aku dulu, Manusia Jelek!" bentak Wirya kasar.
"Hhh! Aku paling tidak suka berlama-lama dengan tikus busuk sepertimu!" dengus si Bongkok dingin.
"Jangan banyak omong! Tahan seranganku. Hiyaaat..!" Wirya langsung saja melompat cepat memberi serangan. Satu pukulan keras menggeledek dilepaskan disertai pengerahan tenaga dalam tinggi.
"Uts!" Tapi hanya memiringkan sedikit saja tubuhnya, pukulan Wirya yang begitu keras dapat dihindari si Bongkok. Bahkan tanpa diduga sama sekali, tangan kiri laki-laki bertubuh bungkuk itu bergerak cepat menyodok kearah lambung.
Bet! "Akh...!" Wirya tersentak kaget. Cepat-cepat kakinya ditarik ke belakang menghindari sodokan tangan kiri si Bongkok. Dan secepat kilat, Wirya melentingkan tubuh sambil melepaskan. satu tendangan keras menggeledek yang sangat dahsyat luar biasa.
"Yeaaah...!"
Tapi si Bongkok sama sekali tidak bergerak menghindar. Dan begitu kaki Wirya berada dekat kepalanya, cepat sekali tangan kanan si Bongkok yang memegang tongkat hitam bergerak membabat kaki yang menjulur deras ke arah kepala itu.
"Heh...?!" Wirya jadi terkejut setengah mati. Buru-buru kakinya ditarik pulang sambil memutar tubuhnya ke belakang dua kali. Tapi begitu kakinya menjejak tanah, tiba-tiba saja si Bongkok sudah menusukkan tongkatnya kearah dada dengan kecepatan luar biasa.
"Yeaaah...!"
Bresss!
"Aaa...!"
Memang tidak ada lagi kesempatan Wirya untuk menghindari tusukan tongkat hitam itu. Hingga, tongkat hitam itu menembus dadanya begitu dalam, sampai ujungnya menyembul keluar dari punggung. Dengan sekali sentakan saja, si Bongkok mencabut tongkatnya. Seketika darah muncrat keluar dari dada dan punggung Wirya.
"Hiyaaa...!"
Si Bongkok tidak berhenti sampai di situ saja. Cepat diberikannya satu tendangan menggeledek yang begitu keras mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi. Tendangan si Bongkok mendarat telak di dada Wirya. Akibatnya laki-laki separuh baya itu terpental jauh ke belakang, dan baru berhenti setelah menabrak sebatang pohon yang cukup besar, tepat di tempat Pendekar Rajawali Sakti bertengger di atasnya.
Untung saja Rangga segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, sehingga tidak sampai terjatuh ke bawah. Cukup keras juga benturan itu, sehingga membuat pohon yang cukup besar itu jadi berguncang hebat dan hampir roboh. Wirya langsung menggeletak tidak bangun-bangun lagi. Laki-laki setengah baya itu tewas dengan darah mengucur deras dari dadanya yang berlubang.
"Setan keparat...!" geram Iblis Jubah Putih melihat anak buahnya tewas hanya dalam beberapa gebrakan saja.
"Giliranmu sudah tiba, Iblis Jubah Putih...," desis si Bongkok dingin menggeletar.
"Phuih! Kubunuh kau, Keparat! Hiyaaat...!"
"Hup! Yeaaah...!"
Secara bersamaan dua tokoh kosen itu saling berlompatan menyerang. Dan mereka sama-sama pula menghentakkan tangan kedepan. Tak dapat dihindari lagi, dua telapak tangan beradu keras di udara. Seketika itu juga terdengar ledakan keras menggelegar begitu dua telapak tangan saling beradu di udara. Tampak mereka sama-sama terpental berjumpalitan di udara, dan secara bersamaan pula mendarat kembali di tanah.
"Hih!"
"Hup!"
Begitu kakinya menjejak tanah, Iblis Jubah Putih segera bersiap melakukan serangan kembali. Begitu pula si Bongkok yang segera bersiap menerima serangan. Tongkatnya ditancapkan di tanah, ketika melihat Iblis Jubah Putih tidak menggunakan senjata. Dan bagaikan kilat, Iblis Jubah Putih melompat cepat sambil melepaskan beberapa pukulan beruntun disertai pengerahan tenaga dalam tinggi.
Si Bongkok terpaksa harus berjumpalitan menghindari pukulan-pukulan keras bertenaga dalam tinggi yang dilepaskan Iblis Jubah Putih secara beruntun. Pertarungan tangan kosong itu berlangsung cukup sengit. Bukan hanya si Iblis Jubah Putih yang melakukan serangan, tapi juga si Bongkok. Dia pun mampu memberi serangan-serangan balasan yang tidak kalah dahsyatnya. Jurus-jurus tangan kosong mereka rupanya cukup berimbang juga. Sehingga, tidak terasa sudah melewati lima jurus dengan cepat.
"Hup...!"
Tiba-tiba saja Iblis Jubah Putih melentingkan tubuh berputaran ke belakang, keluar dari arena pertarungan. Manis sekali kakinya menjejak tanah, sekitar satu batang tombak didepan si Bongkok. Sementara laki-laki bertubuh bungkuk dengan wajah hitam penuh benjolan, hanya berdiri tegak disamping tongkatnya yang masih tertancap di tanah.
"Kita selesaikan dengan senjata, Bongkok!" desis Iblis Jubah Putih dingin.
"Hm...," si Bongkok hanya menggumam perlahan saja.
Sret!
"Yeaaah...!"
Iblis Jubah Putih langsung melompat menyerang begitu mencabut pedangnya yang selalu tergantung di pinggang. Pada saat yang bersamaan, si Bongkok juga mencabut tongkatnya yang tadi ditancapkan di tanah. Secepat itu pula tongkatnya dikebutkan untuk menangkis tebasan pedang Iblis Jubah Putih.
Bet! Tring!
Mereka kembali bertarung sengit. Teriakan-teriakan keras menggelegar, kini bercampur baur dengan suara denting senjata beradu. Kebutan-kebutan pedang dan tongkat yang saling sambar, menimbulkan deru angin yang menggemuruh bagai topan. Dan daun-daun pepohonan di sekitar pertarungan jadi berguguran tersambar angin tebasan senjata-senjata dahsyat.
Entah berapa jurus sudah berlalu. Tapi pertarungan itu masih juga berlangsung. Bahkan semakin sengit saja. Mereka saling menyerang secara bergantian. Dan pertarungan pun semakin bertambah cepat, sehingga hanya bayangan-bayangan tubuh mereka saja yang terlihat berkelebat. Hingga suatu saat, tiba-tiba....
Plak!
"Akh...!"
Entah bagaimana kejadiannya, tahu-tahu Iblis Jubah Putih terpental ke belakang, dan jatuh bergulingan di tanah. Laki-laki tua berjubah putih bersih itu bergegas bangkit berdiri. Tapi dari mulutnya menyemburkan darah kental agak kehitaman. Sementara tangan kirinya mendekap dada sebelah kiri yang tampak bergambar telapak tangan berwarna merah kehitaman. Sesaat Iblis Jubah Putih masih terhuyung-huyung limbung.
"Ajalmu sudah tiba, Iblis Keparat! Hiyaaat..!"
Bagaikan kilat, si Bongkok melompat cepat sambil mengebutkan tongkat ke arah leher laki-laki tua berjubah putih itu. Sementara, si Iblis Jubah Putih sendiri belum bisa menguasai keseimbangan tubuh yang goyah akibat terkena pukulan maut dari jurus 'Pukulan Tangan Besi' si Bongkok tadi. Tapi begitu ujung tongkat si Bongkok yang runcing hampir membabat leher Iblis Jubah Putih, tiba-tiba saja berkelebat sebuah bayangan merah menghantam tongkat hitam pekat itu.
Trang!
"Heh...?!" Bukan main terkejutnya si Bongkok begitu mendapat bokongan yang tidak diduga itu. Sehingga, serangannya tidak mengenai sasaran yang sudah tidak berdaya lagi. Cepat-cepat tubuhnya melenting kebelakang, dan melakukan beberapa kali putaran sebelum menjejakkan kaki di tanah berumput.
"Phuih!" si Bongkok menyemburkan ludahnya. Sepasang bola matanya jadi memerah melihat di samping kiri dan kanan Iblis Jubah Putih sudah berdiri dua wanita berusia empat puluh tahun yang masih kelihatan cantik dan segar. Baju yang dikenakan begitu ketat, sehingga memetakan bentuk tubuhnya yang ramping dan indah. Mereka sama-sama melintangkan pedang di depan dada, seakan-akan melindungi laki-laki tua berjubah putih itu.
"Pulihkan dulu kesehatanmu, Ki. Biar kami yang akan menghadapi manusia jelek itu," desis wanita berbaju merah yang dikenal bernama Mawar Merah.
"Hati-hatilah. Tingkat kepandaiannya sangat tinggi," pesan Iblis Jubah Putih.
Laki-laki tua berjubah putih itu bergegas menarik dirinya ke belakang, menjauhi tempat pertarungan itu. Sementara dua wanita yang dikenal berjuluk Iblis Bunga Penyebar Maut sudah melangkah maju beberapa tindak mendekati si Bongkok. Setelah berjarak sekitar enam langkah lagi, mereka menyebar kesamping. Mereka baru berhenti setelah berada di sebelah kanan dan kiri laki-laki bertubuh bungkuk dengan wajah hitam legam bagai terbakar itu.
"Kau datang ke sini hanya menyerahkan nyawa saja, Bongkok," desis Mawar Merah dingin menggetarkan.
"Hhh! Kalian boleh bangga dengan julukan yang menyeramkan itu. Tapi, kalian tidak ada artinya di depan mataku!" sambut si Bongkok, tidak kalah dinginnya.
"Apa yang kau banggakan untuk menghadapi Iblis Bunga Penyebar Maut, Bongkok?" dengus Anggrek Putih yang paling banyak diam daripada Mawar Merah.
"Ini...!" Begitu cepatnya si Bongkok mengebutkan tangan kirinya ke arah Anggrek Putih, maka seketika itu juga dari telapak tangan kirinya melesat sebuah benda hitam berbentuk seperti anak panah kecil ke arah Anggrek Putih. Bersamaan dengan itu, tubuh si Bongkok melesat kearah Mawar Merah sambil mengebutkan tongkat hitam yang terkenal dahsyat luar biasa itu.
"Setan! Hup...!"
"Hait...!"***
KAMU SEDANG MEMBACA
60. Pendekar Rajawali Sakti : Badai Di Lembah Tangkar
ActionSerial ke 60. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.