BAGIAN 8

609 30 0
                                    

Anggrek Putih dan Mawar Merah terpaksa harus berjumpalitan menerima serangan cepat yang dilancarkan si Bongkok. Mereka mengumpat begitu terlepas dari serangan yang begitu mendadak dan cepat luar biasa. Sedangkan si Bongkok jadi tertawa terkekeh melihat kedua wanita ini sempat kelabakan menghindari serangan gandanya yang begitu cepat tak terduga tadi.
"Setan...!"
"Keparat...!"
"He he he.... Baru segitu saja sudah kelabakan," ejek si Bongkok diiringi tawanya yang terkekeh.
"Kurang ajar...!" geram Mawar Merah berang.
"Kubunuh kau, Bongkok! Hiyaaat...!"
Anggrek Putih langsung melompat sengit menyerang si Bongkok yang masih terkekeh. Si Bongkok jadi kegirangan melihat kedua wanita ini memuncak amarahnya menerima tipuan serangan yang begitu indah dan berhasil baik.
"Uts! He he he...!"
Manis sekali si Bongkok mengelakkan pukulan yang dilepaskan Anggrek Putih, dengan meliukkan tubuh seperti seekor belut. Lalu kakinya cepat ditarik ke belakang beberapa langkah sebelum Anggrek Putih melancarkan serangan berikutnya. Dan pada saat itu, Mawar Merah sudah melambung ke udara, lalu cepat sekali mengebutkan pedangnya ke arah kepala si Bongkok.
Bet! "Uts!" Lagi-lagi si Bongkok dapat menghindari serangan Mawar Merah dengan merundukkan kepala. Ujung pedang wanita berbaju merah itu berkelebat sedikit diatas kepala si Bongkok. Kembali laki-laki bermuka hitam dan bertubuh bungkuk itu menarik kakinya kebelakang beberapa tindak. Kemudian, tongkatnya dikebutkan di saat pedang Anggrek Putih sudah berkelebat didepan dada.
Tring!
Bunga api memercik begitu pedang Anggrek Putih membentur batang tongkat hitam si Bongkok. Cepat-cepat wanita berbaju putih ketat itu menarik pulang pedangnya sambil melentingkan tubuh ke belakang. Langsung kedua kakinya dihentakkan untuk memberi tendangan keras disertai pengerahan tenaga dalam ke arah dada. Begitu cepat dan mendadak serangannya, sehingga si Bongkok tidak sempat lagi berkelit menghindar. Cepat-cepat tongkatnya disilangkan di depan dada, sehingga tendangan Anggrek Putih hanya menghantam tongkat hitam itu.
"Hiyaaa...!"
Anggrek Putih cepat memutar tubuh begitu kakinya mendapat pijakan di tengah-tengah batang tongkat hitam itu. Dan di saat kepalanya berada di bawah, seketika itu juga pedangnya dikebutkan ke arah perut si Bongkok. Pada waktu yang bersamaan, Mawar Merah juga melakukan serangan dari arah belakang. Pedangnya berkelebat cepat membabat ke punggung si Bongkok.
Memang sulit menghindari serangan yang datang secara bersamaan dari dua arah seperti ini. Dan si Bongkok hanya dapat menangkis tebasan pedang Anggrek Putih, namun tidak mungkin bisa menghindari serangan Mawar Merah yang datang dari arah belakangnya. Tepat ketika mata pedang Mawar Merah hampir membabat punggung si Bongkok, tiba-tiba berkelebat sebuah bayangan putih menghajar pergelangan tangan wanita berbaju merah itu.
Diegkh!
"Akh...!" Mawar Merah terpekik agak tertahan.
Hampir saja pedang yang tergenggam ditangan kanannya terlepas. Untung dia segera melompat mundur dan memindahkan pedangnya ke tangan kiri. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu disamping kiri si Bongkok sudah berdiri seorang pemuda tampan bertubuh tegap. Bajunya rompi putih. Sedangkan gagang pedangnya yang berbentuk kepala burung tampak menyembul di balik punggungnya.
"Terima kasih," ucap si Bongkok sambil melirik sedikit pada pemuda yang baru saja menyelamatkan nyawanya.
"Lupakan saja."
"Bagaimana kau bisa tahu tempat ini, Pendekar Rajawali Sakti?" tanya si Bongkok.
"Justru itu yang ingin kutanyakan padamu," sahut pemuda berbaju rompi putih yang ternyata memang Rangga, atau bergelar Pendekar Rajawali Sakti.
"Kita bicarakan saja nanti. Yang penting sekarang, bereskan dulu iblis-iblis laknat ini," desis si Bongkok.
Setelah berkata demikian, si Bongkok cepat melompat menyerang Anggrek Putih. Sedangkan Rangga menunggu Mawar Merah yang masih mengurut pergelangan tangan yang terkena tamparannya tadi. Wanita berbaju merah menyala itu mendesis geram melihat Pendekar Rajawali Sakti yang telah menggagalkan serangannya pada si Bongkok tadi.
"Kubunuh kau, Keparat! Hiyaaat...!"
Sambil memaki geram, Mawar Merah melompat cepat bagai kilat menyerang Pendekar Rajawali Sakti. Pedangnya berkelebat cepat mengurung pemuda berbaju rompi putih itu. Tapi dengan mempergunakan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib', Rangga berhasil mementahkan setiap serangan yang dilancarkan wanita yang dijuluki si Iblis Bunga Penyebar Maut itu.
Sementara Iblis Jubah Putih yang sudah bisa memulihkan kesehatan tubuhnya, segera melompat terjun ke dalam pertarungan untuk membantu Anggrek Putih menyerang si Bongkok. Terjunnya Iblis Jubah Putih memberi kesempatan pada wanita itu untuk berpindah menyerang Pendekar Rajawali Sakti. Dia memang tidak bisa bertarung dahsyat kalau hanya seorang diri.
Kedua wanita itu memang sudah dikenal dengan serangan-serangan ganda yang amat dahsyat luar biasa. Kerjasama mereka dalam pertarungan sukar dicari tandingannya. Mereka mampu melakukan serangan secara cepat dan bergantian. Bahkan terkadang melakukan serangan secara bersamaan dari dua arah, yang bisa membingungkan lawan.
Tapi kali ini mereka harus bertarung melawan Pendekar Rajawali Sakti. Maka jurus-jurus tingkat tinggi langsung dikeluarkan. Tapi sampai sejauh ini, mereka belum juga bisa mendesak pemuda berbaju rompi putih itu. Bahkan beberapa kali mereka terpaksa berjumpalitan menghindari serangan-serangan balasan yang dilancarkan Rangga.
Sementara di lain tempat, si Bongkok kembali bertarung melawan Iblis Jubah Putih. Sudah beberapa kali mereka bertarung, dan selalu si Bongkok berada diatas angin. Seperti juga halnya kali ini. Baru beberapa jurus saja pertarungan berlangsung, satu pukulan keras menggeledek yang dilepaskan si Bongkok sudah membuat Iblis Jubah Putih terjerembab mencium tanah.
"Kau benar-benar tidak bisa diberi ampun lagi, Iblis Jubah Putih! Mampuslah kau kali ini..., hiyaaat!"
Sambil menggeram dahsyat, si Bongkok melesat tinggi ke udara. Lalu tubuhnya menukik deras sambil memutar tongkatnya dengan kecepatan tinggi. Iblis Jubah Putih jadi kelabakan setengah mati. Cepat-cepat pedangnya dikebutkan beberapa kali menangkis serangan dari udara itu. Tapi tanpa diduga sama sekali, si Bongkok melesat ke depan. Dan begitu kakinya menjejak tanah, seketika itu juga tongkatnya dikebutkan ke arah dada. Begitu cepatnya serangan yang dilakukan si Bongkok, sehingga Iblis Jubah Putih tidak mampu mematahkannya. Dan....
Wuk!
Cras!
"Aaa...!"
Darah seketika muncrat keluar dari dada yang sobek terkena sabetan ujung tongkat hitam yang runcing itu. Iblis Jubah Putih terhuyung-huyung ke belakang sambil mendekap dadanya yang mengucurkan darah segar. Dan sebelum bisa menguasai keseimbangan tubuhnya, bagaikan kilat si Bongkok sudah kembali melompat menyerang sambil membabatkan tongkat ke leher laki-laki berjubah putih ini.
"Hiyaaa...!"
Bet!
"Aaakh...!"
Satu jeritan panjang melengking tinggi mengakhiri perlawanan Iblis Jubah Putih. Laki-laki berjubah putih panjang itu terdiam kaku, lalu ambruk ke tanah dengan kepala terpisah dari leher. Darah langsung mengucur keluar dari leher yang buntung tak berkepala lagi.
"Huh!" si Bongkok menghembuskan napas berat, menatap tubuh Iblis Jubah Putih yang terbujur kaku tak bernyawa lagi. Sebentar matanya melirik Pendekar Rajawali Sakti yang masih bertarung menghadapi dua orang wanita yang berjuluk Iblis Bunga Penyebar Maut. Tampak bibirnya menyunggingkan senyuman.
"Bersenang-senanglah dulu, Pendekar Rajawali Sakti. Aku akan menghadapi biangnya didalam," ujar si Bongkok.
Begitu cepatnya melesat, sehingga dalam sekejap saja tubuh si Bongkok sudah lenyap menembus pintu masuk ke dalam bangunan puri dari batu itu. Sementara, Rangga masih saja bertarung melawan si Iblis Bunga Penyebar Maut. Tapi Pendekar Rajawali Sakti sempat juga melihat si Bongkok sudah mengakhiri pertarungannya, dan melesat masuk ke dalam puri. Maka dia hanya tersenyum saja. Entah apa arti senyumnya itu.
"Hhh! Buang-buang tenaga...!" dengus Rangga dalam hati. Seketika itu juga, Rangga mencabut pedangnya. Cahaya biru berkilau seketika menyemburat dari Pedang Rajawali Sakti. Dan Rangga memang tidak ingin lagi bermain-main dengan kedua wanita bergelar Iblis Bunga Penyebar Maut ini. Begitu pedangnya tercabut, cepat sekali Pendekar Rajawali Sakti merubah jurusnya menjadi jurus 'Pedang Pemecah Sukma'. "Hiyaaat...!"

60. Pendekar Rajawali Sakti : Badai Di Lembah TangkarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang