lanjutan Bab 3; bagian terakhir

13 0 0
                                    

Berminggu-minggu berlalu, Dude semakin sering datang ke panti asuhan itu, selain karna berniat mencari informasi, Dude juga sering ditugaskan untuk mengantar uang donasi dari penjualan buku atas nama pemilik pena itu.
Karna setelah hampir tiga bulan dari sejak pertama kali buku Hujan Belum Reda diterbitkan, pemilik nama pena Pelangi Jingga sudah bisa mencetak tiga buku baru.

Buku-buku itu berjudul; Air mata adalah Surga, Dibalik Tawa Anak Jalanan dan Mimpiku Sebelum Tidur.
Terhitung sudah empat buku yang diciptakan oleh pemilik nama pena Pelangi Jingga itu, dan semuanya laris manis di pasaran.

Ibu Ambar dan Anak-anak panti asuhan merasa senang sekali tulisan-tulisan dari pemilik nama pena Pelangi Jingga itu bisa diterima di masyarakat.
Dude turut merasa senang, tapi masih dengan penuh rasa penasaran.

.......

Setelah cukup sering bermain ke panti asuhan itu, Bintang anak yang paling dekat dengan Dude di antara anak-anak panti asuhan yang lainnya, akhirnya mau memberikan sedikit keterangan tentang siapa pemilik nama pena Pelangi Jingga itu.

Dengan syarat Dude harus menjaga rahasia di antara mereka berdua.
Bintang lalu bercerita bahwa Pemilik nama itu adalah seorang perempuan yang kurang lebih seusia Dude, dulu pemilik nama itu juga tinggal di panti, tapi dikarenakan keuangan panti tak menentu, anak-anak panti asuhan yang sudah dewasa akhirnya memilih bekerja untuk membantu keuangan panti, meskipun Bu Ambar melarang hal itu, tetap saja mereka bersikeras untuk membantu masalah keuangan panti dan salah satunya pemilik  nama pena itu.
Bintang juga bilang bahwa sejak dulu wanita itu suka sekali menulis dan wanita itu juga yang membawa Bintang ke panti asuhan Rumah Pelangi.

......

Berbekal dari cerita itu Dude akhirnya memberanikan diri menghubungi sang pemilik nama lewat alamat E-Mail yang sering digunakan pemilik nama pena Pelangi Jingga itu untuk mengirimkan naskahnya.

Satu dua kali pesan tak ada respon,Dude kemudian menuliskan pesan panjang dan menceritakan perihal informasi-informasi yang telah di dapatkannya dari panti asuhan tempat pemilik nama pena Pelangi Jingga itu dulu tinggal.

Setelah menunggu berhari-hari akhirnya pesan Dude dijawab sang pemilik nama pena Pelangi Jingga, wanita itu berkata bahwa dirinya ingin bertemu dengan Dude di sebuah taman di pusat kota.
Dude tentu saja senang mendengar kabar itu, setelah tanggal di sesuaikan dan kesepakatan pun didapatkan.
Mereka akhirnya akan bertemu besok lusa di taman pusat kota.

Singkat cerita akhirnya mereka bertemu, seorang perempuan dengan sweter putih tengah duduk menanti kedatangan Dude.

"Maaf sudah menunggu lama."  Ucap Dude yang datang dari arah belakang wanita itu.

"Tidak apa-apa aku juga baru sampai." jawab sang perempuan.
Wanita itu kemudian berdiri dan membalikkan badannya sembari menyodorkan tangan untuk berjabatan dengan Dude,

"Kenalkan aku Kanaya Putri."

"Aku Dude." Jawab Dude sembari menerima jabatan tangan perempuan yang telah sejak lama di cari olehnya.
Dude tak menyangka pencariannya selama ini tak sia-sia. Pemilik nama pena Pelangi Jingga itu benar-benar cantik nan mempesona,pantas saja Bintang pernah bilang bahwa wanita itu benar-benar cantik.

Mereka akhirnya berbincang tentang banyak hal, dan Kanaya berkata kenapa pada akhirnya dia mau menemui Dude, semua ini tidak lain tidak bukan adalah peran Bintang.
Dude pun mengutarakan kekagumannya perihal tulisan-tulisan Kanaya yang begitu magis dan berbeda dengan tulisan yang lain.

***
Selang beberapa waktu..

Hari demi hari berlalu, mereka semakin dekat meskipun lebih sering menyapa lewat ponsel ketimbang bertemu langsung.
Sesekali mereka berkunjung ke panti asuhan. Melihat kedekatan itu Bu Ambar merasa senang karna selama ini Kanaya begitu tertutup, tapi semenjak mengenal Dude, Kanaya menjadi lebih terbuka.

Setelah cukup lama dekat dan merasa cocok satu sama lain.
Dude dan Kanaya akhirnya memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih.
Bu Ambar, Bintang dan anak-anak panti tentu merasa senang mendengar kabar itu.

****
Dua tahun kemudian..

Setelah hubungan mereka genap dua tahun, Dude akhirnya memberanikan diri melamar Kanaya. Dikarenakan Kanaya tak memiliki siapa pun kecuali Bu Ambar dan anak-anak panti asuhan.
Jadi merekalah yang menjadi saksi di lamaran itu.
Dude dan Kanaya melangsungkan pernikahan seminggu setelah lamaran.
Mereka merayakannya di panti asuhan dengan pesta yang sangat sederhana.

Singkat cerita Dude dan Kanaya menghabiskan hari bersama dengan kegiatan yang tak jauh berbeda seperti ketika pacaran.
Setelah usia pernikahan mereka genap satu tahun mereka dikaruniai seorang bayi perempuan cantik yang mereka beri nama Cika Karunia putri.
Kebahagiaan mereka semakin terasa lengkap setelah kehadiran Cika.
Dude dan Kanaya selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk gadis itu di setiap harinya.

****
Sepuluh tahun kemudian..

Akan tetapi cerita indah itu harus berakhir seminggu yang lalu, saat usia pernikahan mereka genap sebelas tahun, sebuah kecelakaan tunggal yang terjadi pada mobil yang mereka tumpangi akhirnya merenggut nyawa Kanaya dan membuat salah satu kaki Dude harus di amputasi.
Beruntung Cika selamat dari kejadian itu dan tak terluka parah.
Bukan hanya Cika dan Dude yang kehilangan Kanaya akan tetapi seluruh keluarga panti asuhan Rumah Pelangi juga merasa sangat kehilangan sosok itu.
Dude beruntung masih memiliki keluarga besar panti asuhan yang selalu membantunya untuk bangkit dan memberi semangat kepada dirinya juga Cika.
Terutama Bintang yang begitu dekat dengan Cika.
Cika juga selalu merasa senang setiap kali Bintang bertamu ke rumahnya.
Bintang kini sudah remaja dan berwajah tampan, dan dirinyalah yang kini mengurus panti asuhan Rumah Pelangi.
Bu Ambar sudah terlalu tua untuk mengurus panti, dikarenakan Bintang anak yang paling bertanggung jawab di antara yang lain, akhirnya Bintanglah yang terpilih untuk melanjutkan tugas Bu Ambar dalam mengurus panti.
...
Untukmu Pelangi Jingga,
Saat kau baca surat ini, aku paling suka saat kita pertama berjumpa, kau sangat cantik dengan sweter putih yang kau kenakan kala itu. Aku masih ingat bagaimana lembutnya telapak tanganmu, aku juga masih suka datang ke taman kota.
Surat ini akan aku titipkan pada angin, aku akan mengabarimu bahwa aku baik-baik saja di sini. Kau harus percaya bahwa selain aku ada begitu banyak orang yang menyayangimu.
Aku tak akan cemburu pada mereka, mereka juga orang-orang yang sama aku cintai.
Terima kasih telah mengenalkanku pada anak-anak jalanan yang sering kali aku pandang sebelah mata, terima kasih karna telah membuat hidupku menjadi bermakna.
Semoga kau selalu baik-baik saja di atas sana, aku mencintaimu.

Tertanda
Dude
....

○○○

Nantikan cerita-cerita selanjutnya dari buku Siloka.
Semoga selalu berkenan membaca,terima kasih atas atensinya.
Salam dari saya Kalimatrasa_Candra lesmana.

SILOKA "Kumpulan cerpen"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang