11

1.5K 158 8
                                    

Seandainya aku lebih cepat bertindak. Seandainya aku tidak menyembunyikannya. Semua akan baik-baik saja. Puteriku tidak akan merasakan sakit luar biasa. Ia akan bahagia bersama lelaki pujaan hatinya.

Andai aku dapat mengulang semua. Tolong jangan lahirkan Seulgi sebagai puteriku. Aku tak ingin dua menderita karena di besarkan seseorang yang buruk sepertiku - Namjoon

Seulgi. Aku mengandungnya pada usia pernikahan yang sudah menginjak lima tahun. Begitu sulit bagiku memiliki seorang buah hati karena memang sudah gen ku.

Saat aku menginginkannya, aku selalu berusaha berdoa kepada Tuhan agar cepat di titipkan seorang anak. Aku mati-matian berusaha menjaga pola makan dan gaya hidupku demi mendapatkan seorang anak yang akan menemani kami kala kami tua.

Tuhan mengabulkannya. Tuhan menitipkanlu seorang puteri cantik yang mirip dengan suamiku. Tuhan memberikanku tugas untuk selalu menjaganya. Tapi sepertinya aku lalai dalam menjalanlan tugasku. Aku merasa telah memiliki segalanya saat ia telah lahir dari rahim ku. Aku merasa berbangga hati karena di karuniai puteri cantik, ceria dan cerdas sepertinya. Hingga aku berikir ia bisa mengurus dirinya sendiri dan aku hanya perlu memantaunya.

Dan Tuhan murka. Tuhan menginginkan aku di hukum karena lalai menjaga nya dan sibuk dalam sunia kerja hingga Tuhan memberikanku pelajaran yang begitu pedih rasanya.

Seulgi ku terluka. Karena aku yang memang tidak pantas menjadi ibu yang baik untuknya. - Jisoo












Jimin mendorong kursi roda Seulgi pada sebuah taman di belakang rumahnya yang telah tumbuh banyak bunga matahari.

Senyuman gadis itu mengembang. Ia bahagia. Tentu saja. Dua keinginanya telah terpenuhi. Tinggal 1 lagi dan dia akan menjadi orang paling beruntung di dunia.

"Biar ku ambil fotomu bear"














Jimin menyisir rambut panjang Seulgi dengan pelan. Kerontokan sepertinya enggan untuk berhenti.

"A..apa aku terlihat buruk?"

Jimin menghela nafasnya dan menggeleng. Ia memeluk Seulgi dari belakang dan mencium pipi gadis itu.

"Kau akan tetap cantik"

Kala itu sore yang hangat menyambut Seulgi. Mungkin ke pantai akan snagat berbahaya baginya. Tapi sepertinya Tuhan memberikannya cara lain.

Matahari sore itu bersinar terang dan Seulgi dapat keindahannya walau dari lantai dua.

"Jim"

"Sepertinya waktuku tidak banyak"

Jimin menghentikan aktifitasnya. Memutar kursi roda Seulgi dan berjongkok di hadapannya.

"Bear.. berhenti mengatakan itu"

Seulgi tersenyum dan menyentuh pipi Jimin.

"Jika aku tak ada. Apa kau akan mencari penggantiku?"

Jimin menggeleng.

"Tidak akan pernah"









Hujan yang sangat lebat bersamaan dengan Petir dan kilat membuat suasana di kamar Seulgi dan Jimin mencekam.

Jimin masih setia memeluk tubuh gadis itu. Seulgi mudah lelah akhir-akhir ini. Ia lebih banyak tertidur.

Jimin ingin bersamanya. Jimin ingin Seulgi ada bersama nya. Tak peduli apapun.

Jimin berjalan menuruni kasur saat ia rasa Seulgi sudah tenggelam dalam tidur nya.

Jimin menatap wajahnya di pantulan cermin wastafel di kamar mandi nya.

"Haruskah?"

Jimin memaksakan senyumnya.
Katakanlah dia lelaki gila.
Karena enggan menerima fakta bahwa wanita nya tidak akan bisa bersama selamanya. Ia berencana melakukan hal yang tak semestinya.

"Aku harus melakukannya seul"

Jimin meneteskan air mata nya. Tangannya bergetar hebat.

Ingatannya berputar pada pengucapannya sendiri.

Siapa bilang seseorang yang baik akan selalu baik?

Percaya lah pada faktor-faktor tertentu yang akan mengubah seseorang bahkan menjadi berperilaku lebih dari jahat.

Jimin akui dia mencintai gadis itu. Sangat mencintainya. Sudah cukup Jimin menantinya. Sudah cukup Jimin merasakan sesak luar biasa karena merindukannya. Sudah cukup bertahun-tahun gadis itu menghilang dan kembali hanya menorehkan luka dengan gagasan bahwa umurnya sudah tidak lama lagi.

Jimin menegakkan tubuhnya. Meraih ponselnya dan menghubungi orang kepercayaan nya.

"Jungkook-ah"

"....."

"Bisakah aku minta tolong padamu?"








Seulgi mengerjapkan matanya. Ia tak menemukan Jimin di sampingnya.

Hingga sebuah siluet mengejutkannya.

"Jimin-ah"

Jimin tersenyum. Merentangkan tangan dan memeluk gadis itu.

"Aku mencintaimu"

Seulgi termangu.

"Kau mencintaiku bukan?"

Seulgi mengangguk.

"Kau tak akan meninggalkanku?"

Lagi. Gadis itu mengangguk.

"Ingat kata-kataku? Bahwa aku tak ingin kita berpisah?"

"Sebenarnya ada apa Jim?"

Jimin menggeleng dan memeluk Seulgi.

"Aku hanya takut kehilanganmu"

Seulgi tersenyum. Dan mengelus rambut Jimin.

"Mau ikut denganku?"

Seulgi mengernyitkan dahi. Menatap Jimin bingung.

"Ayo kita ke pantai"

"Ini sudah malam"

"Tak apa. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Mau kah kau pergi bersamaku? Bear?"

Seulgi yang bingung hanya mengangguk. Hingga Jungkook datang memberikan salam.

'Ada yang tidak beres' pikir Seulgi.

"Mobil sudah siap tuan"

Jimin mengangguk dan tersenyum.

"Kau akan bahagia bersamaku"

Seulgi hanya tersenyum. Dan mengikuti alur. Jimin menggendong nya dan mendudukkannya di kursi roda.

"Kook. Ambilkan Seulgi syal di lemari"

Jungkook mengangguk dan menjalankan perintahnya.






Selama perjalanan Seulgi tertidur pulas dan Jimin hanya memandangi nya.

Senyuman sendu terukir disana.

"Aku akan menepati janjiku"















Jungkook menatap aneh Jimin yang kini mendorong kursi roda Seulgi ke sebuah villa. Dimata nya Jimin berubah malam ini. Auranya berbeda dan lebih sering melamun. Terlebih Jimin meminta Jungkook untuk pulang. Bukankah Jimin akan membutuhkan mobil dan dirinya jika terjadi sesuatu pada istri nya?

Jungkook tak dapat menentang. Ia memasuki mobil dan berdiam cukup lama. Hingga sosok Jimin muncul di jendela dengan tatapan tajamnya.

Jungkook merasakan bulu kuduknya merinding. Jimin nampak berbeda. Sangat berbeda dan menyeramkan.

Jungkook melajukan mobilnya meninggalkan villa yang minim pencahayaan itu.











Jimin berjalan mendekati tubuh Seulgi yang masih di kursi roda. Ia memegang bahu Seulgi.


"Bear... kita sudah sampai"







[COMPLETE] I'M SORRY (PJM X KSG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang