Prolog

231 16 13
                                    


Tap... Tap... Tap...

Langkah kaki itu menaiki tangga dengan pelan seolah menantang jantung Aletta untuk berdetak lebih cepat.

Ia tak pernah berharap akan terkurung dalam rumah terkutuk ini, apalagi bersama pria sialan yang sedang dihindarinya.

Ia hanya bisa berbaring di bawah ranjang yang tertutup bed cover pada sisi-sisinya.

CKLEK!

Tubuh Aletta menjadi kaku ketika mendengar suara pintu dibuka.

Ia mencoba mengatur napasnya menjadi sedikit lebih tenang agar tak ketahuan, walaupun ia yakin jika pria itu akan tetap menemukannya meski sepintar apapun Aletta bersembunyi.

Gadis itu mendengar suara lemari dibuka beberapa kali, lalu terus berjalan dengan tenang dan mendengar suara pintu dibuka-tutup kembali. Ia menduga itu adalah kamar mandi.

Terdengar lagi suara langkah kaki yang berkeliling, kemudian ada suara sibakan tirai. Mendadak suasana menjadi hening.

Aletta menggigit bibir bawahnya. Entah kenapa ia jadi kalut sendiri.

"Oh, sayangku. Kau di mana hm? Keluar sekarang atau ku perkosa," Raga menyeringai menatap bawah ranjang yang tertutupi bed cover. "Aku serius, Letta."

Aletta membulatkan matanya. Are you kidding me? Di sentuh oleh pria itu saja sudah membuatnya kalang kabut, apalagi jika ia... Ah sudahlah.

Aletta tahu bahwa sebentar lagi ia akan kalah. Bagaimanapun juga Raga bukan tandingannya.

Raga terkekeh kecil saat membayangkan wajah tegang gadisnya. Oh astaga, itu sangat menggemaskan. Ia semakin tak sabar untuk melimpahkan ciuman serta pelukannya untuk gadis itu.

Pria itu berjongkok di sisi ranjang dan menyingkap bed cover. "Gotcha, aku menangkapmu gadis nakal!"

"AKKHHHHH..."

Lalu tak lama kemudian Raga menyeret kaki Aletta dan menariknya keluar dari bawah ranjang. "Dasar gadis nakal. Mulai berani huh?" ujar Raga setelah mengangkat Aletta yang masih terbaring. Menangkup wajah gadisnya dan menghujaminya dengan kecupan di seluruh permukaan wajahnya.

Aletta memejamkan matanya.

Sejuk.

Ia suka sensasi ini. Ia menginginkannya lagi.

Dia mengernyit tak suka saat Raga berhenti menciuminya.

Dia membuka mata menatap Raga yang menatapnya intens. "Kenapa berhenti?"

"Kau ingin ku sentuh?"

Aletta memutar bola malas. "Sejak kapan Kau bertanya saat menyentuhku?"

Raga tertawa keras. Gadisnya benar-benar menggemaskan. "Aku merindukanmu, sayang." Ia menggesek-gesekkan hidung mancungnya ke hidung Aletta, bahkan mengelus lengan Aletta pelan membuat tubuh Aletta meremang seketika.

Aletta suka perlakuan-perlakuan kecil seperti ini.

Raga terkekeh pelan. "Jangan lupakan hukumanmu, sayang."

My ProtectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang