"Ahhhhh...."
Desahan kecil itu memenuhi ruangan yang senyap, bahkan dentingan jarum jam pun dapat terdengar di malam yang sunyi.
"Aku belum siap," protes gadis mungil tersebut.
Sang pria yang berada di bawah si gadis pun menyeringai. "Aku tahu Kau tidak selemah itu." Suara baritonnya merendah, terdengar merdu di telinga.
"Bagaimana Kau bisa mengimbangi ku jika begini saja Kau sudah lemas," lanjutnya.
Gadis itu, Aletta, mengangguk pelan. Dari gerakan kepalanya, ia terlihat sedikit ragu. "Baiklah, tapi lakukan pelan-pelan ya," ujarnya memelas.
Raga mengangguk mantap, lagipula ia juga tidak ingin gadisnya kesakitan. "Jika sakit, katakan. Aku akan berhenti," ucapnya menenangkan seraya membelai lembut surai Aletta.
Aletta menggigit bibir bawahnya. Rasanya sangat menyakitkan ketika jemari pria tersebut-
"ASTAGA! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"
Suara teriakan melengking itu membuat dua orang, Aletta dan Raga, menoleh.
Aletta berdecak. "Menganggu saja," cibirnya.
"Ini bukan saatnya melakukan hal tidak senonoh, Kau tahu!" seru Lucas seraya mendekati dua orang tersebut. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mendapati keadaan yang tidak semestinya.
Aletta memutar bola mata malas. Otak orang itu sepertinya sedang tidak beres. "Hei, jangan berpikiran kotor!"
"Bagai-"
"Cerewet." Raga memasukkan beberapa lembar tisu yang diremasnya ke dalam mulut Lucas.
Siaran yang tidak penting memang seharusnya dihentikan.
"Apa masih sakit?" tanya Raga sambil memijit pelan kaki Aletta yang terkilir.
Aletta menggeleng lemah. Ia mengingat-ingat kejadian tadi. Ketika kakinya terkilir saat menuruni tangga. Untung saja ia tidak menggelinding seperti bola, jika hal itu terjadi maka dapat dipastikan surga sudah menantinya.
Wajah masam Lucas berganti serius ketika membisikkan sesuatu pada Raga.
Ini hanya perasaan Aletta saja atau memang ada harta karun yang tekubur? (Baca: maksudnya rahasia :v)
Raga melirik Aletta sebentar dan mengusak-usak rambut gadis kecilnya, kemudian berlalu keluar rumah.
"Kalian merencanakan apa?" tanya Aletta yang mengalihkan perhatian Lucas.
"Urusan orang dewasa. Anak kecil tidak boleh tahu," ucapnya mengejek.
Wah, sepertinya dia tidak tahu seberapa ganasnya Aletta ketika menyerang mangsanya.
Aletta melemparkan kotak tisu di depannya dan mengenai tepat pada wajah pria tersebut. "Jangan berlagak dewasa, Tuan masokis."
***
Apa yang kalian pikirkan ketika menonton sebuah film dengan kekasih? Romantis? Sweet? Atau mengenaskan karena kalian jomblo :v
Yang pasti, hal yang terlintas di pikiran Aletta adalah mengerikan.
Mengapa bisa begitu?
Karena yang ia lihat justru jantung seseorang yang ditarik paksa hingga lepas dari tempatnya.
Tidak berhenti sampai di situ, bahkan setelah tidak bernyawa jasad tersebut dicabik-cabik menggunakan pisau kecil yang nampak tumpul.
Tubuhnya dipotong-potong menjadi delapan belas bagian dan dibersihkan dari cairan merah kental yang mengucur.
Oh, astaga. Meskipun Aletta pernah membunuh, tapi ia tidak sekuat Raga yang tengah santai memakan popcorn.
Benar-benar pria gila!
"Aku bisa meminjamkan bahuku," ucap Raga sambil menyodorkan bahu lebarnya.
Aletta berdecih. "Cih, lebih baik aku bersandar pada dinding berduri."
Jawaban Aletta membuat Raga terkekeh. "Baiklah, aku akan membangunkannya untukmu," guraunya dengan mata yang tidak beralih dari layar di hadapannya.
Sebenarnya tidak bisa dianggap gurauan karena Raga mengatakannya dengan wajah dan nada datar_-
Aletta membaringkan tubuhnya di paha kekasihnya. Sudah setengah jam film berlalu, tapi Aletta hanya melihat sekitar tiga puluh detik saja.
Ia mengantuk. Jarum jam sudah menunjukkan angka dua belas. Tidak biasanya Raga mengizinkannya hingga larut malam.
"Mari kita tidur, Letta."
Raga meletakkan tangannya di bawah lutut dan punggung Aletta, kemudian menjunjungnya naik ke kamar.
Aletta mendesah saat punggungnya menyentuh empuknya permukaan kasur.
Hari ini terasa melelahkan baginya.
Ketika Aletta ingin memejamkan mata, suara rendah menganggu gendang telinganya.
"Kau harus tidur karena besok merupakan hari yang panjang."
Aletta memutar bola mata. "Kau kira aku sedang apa, bodoh!"
Bukannya marah justru Raga tersenyum tipis. Ia menaikkan selimut hingga dagu gadisnya, lalu mengecup cepat bibir merah itu. "Aku mencintaimu."
"Dan aku membencimu."
Raga mencubit pipi Aletta. Tenaganya yang tidak bisa dikatakan sepele karena membuat pipi gadis chubby itu memerah mendapat protes dari si pemilik.
"Kau sebenarnya tulus mencintaiku tidak sih?" ucap Aletta sambil mengusap-usap pipinya.
"Kau sendiri?" jawab Raga sembari mengelus kepala Aletta, kemudian berlanjut memainkan rambut.
Aletta berdecak kesal. "Jangan membalik pertanyaanku!"
Raga mengangkat sebelah alisnya. "Lalu?"
"Just say!" seru Aletta menahan geram.
Memang butuh kesabaran dan ketenangan yang lebih saat berhadapan dengan orang sinting.
Raga mendekat dan membisikkan sebaris kalimat. "I love you more than you know." Kemudian menggigit kecil cuping telinga Aletta.
Pipi Aletta terasa memanas. Perlakuan intim ini baru pertama kali ditunjukkan oleh Raga sejak pertama kali mereka bersama.
"Sleep tight, baby."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector
Romance"Kau sungguh ingin tahu apa yang kuinginkan?" Mata setajam elangnya menghunus tepat pada manik mata gadis di hadapannya, kemudian ia berjalan mendekat dan berbisik, "Jiwamu, ragamu, dan seluruh hidupmu."