Terhitung sudah enam hari Aletta dikurung dalam kamar sialan ini. Setiap hari ia jalani dengan aktivitas yang sama. Sangat membosankan.
Namun jika dipikirkan kembali, ia masih beruntung sebab hanya hukuman kurungan yang ia dapatkan.
Pernah suatu hari, Aletta melihat hal yang lebih parah dari ini. Saat itu, ia sedang menuju kamar Raga namun tidak sengaja mendengar suara teriakan.
Kalian tahu suara itu berasal dari siapa?
Seorang pria muda yang ia duga merupakan koki, terlihat dari pakaian putih yang ia kenakan.
Namun pakaian suci itu sudah ternodai oleh warna merah, darah, dan Aletta juga menangkap sebab pria malang itu berakhir tragis.
Menghidangkan masakan udang.
Hanya karena itu pria tersebut tewas.
Mengapa bisa begitu?
Karena Aletta tidak menyukai udang.
Sungguh manis, bukan?
Demi makan malam harus mengorbankan satu nyawa. Kekasihnya itu memang sangat tahu cara memperlakukan dirinya, bak berlian yang amat mahal.
Dan untuk hari terakhir hukumannya ini, ia ingin... Kejutan.
Sedikit jahil, tidak masalah bukan?
***
Apa lagi yang dilakukan gadis itu?
Gadisnya memang tidak bisa diam.
Saat Raga memeriksa CCTV melalui ponselnya, ia tidak bisa melihat apa pun sebab kameranya ditutupi oleh... lakban, mungkin?
Dan Raga yakin, Aletta sedang ingin bermain dengannya.
Bahkan para pengawalnya melaporkan bahwa tidak ada hal janggal yang terjadi.
"Letta, jangan berbuat ulah lagi," desis Raga.
Saking kalutnya, ia hampir menabrak sebuah truk yang mengerem mendadak. Di depan sana, terlihat tabrakan beruntun yang membuat Raga memaki.
"Sial!"
Ia memutar kemudinya, mengambil jalan memutar lebih baik meskipun memakan waktu yang lebih lama.
Sekitar dua puluh menit perjalanan Raga dari kantornya menuju rumah.
Ia bergegas menaiki tangga kala sudah menginjakkan kaki di rumah bergaya modern itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
CKLEK!
"SURPRISE!'
KAMU SEDANG MEMBACA
My Protector
Romance"Kau sungguh ingin tahu apa yang kuinginkan?" Mata setajam elangnya menghunus tepat pada manik mata gadis di hadapannya, kemudian ia berjalan mendekat dan berbisik, "Jiwamu, ragamu, dan seluruh hidupmu."
