"DIAMMMM. . . ." teriak Irene murka di depan aula, dia marah mendengar para calon mahasiswa di kampus nya malah sibuk sendiri dan mengabaikan nya yang sedang berbicara di depan.
Suasana tiba-tiba hening, dan mencekam, semua terdiam dan takut dengan kemarahan Irene sang ketua BEM, nafas nya terengah, wajah nya memerah, aura dingin seketika mampu membekukan ratusan manusia di dalam gedung aula kampus.
"Kami lelah, kami capek, tolong, hargai kami yang sedang membimbing kalian disini" lanjutnya dingin.
Lalu seseorang tiba-tiba mengangkat tangan nya dari barisan calon mahasiswa yang berdiri di barisan paling belakang.
"Ya?" Tanya Irene menatap orang itu untuk memberinya kesempatan bicara, dan kini, semua mata menatap ke arah sang calon mahasiswa.
"Berapa harga noona?" Tanya nya tengil, membuat seluruh isi gedung membelalakan matanya mendengar ucapan tidak sopan itu.
"Hey, jaga bicara mu" marah Suho selaku wakil ketua, tangan kiri Irene menahan nya yang hendak menghampiri sang calon mahasiswa.
"Siapa nama mu?" Tanya nya tenang, meski emosi nya tengah tersulut sekarang.
"Saya Limario Mahevin" jawab Lim acuh
"Baiklah tuan Limario Mahevin yang terhormat, tolong sekarang anda maju kesini" perintah Irene, dan Lim dengan percaya diri nya segera maju menghadap sang ketua BEM.
"Tidak kah orang tua anda mengajari anda, untuk menghormati orang lain?" Tanya Irene menyindir.
"Tentu orang tua saya mengajari nya, jangan bicara tentang kehormatan jika anda saja tidak memperlakukan kami dengan benar, memakai aksesoris konyol, dan mempermalukan diri sepanjang perjalanan ke kampus, dan sampai disini masih harus memohon-mohon minta tanda tangan pada kalian, dan beberapa bahkan mempersulit kami, apa anda pikir harga diri kami juga tidak terluka karena itu?" Debat Lim menjawab pertanyaan Irene.
"Itu ada tujuan nya" jawab Irene mulai tak tenang
"Apa tujuan nya?" Serang Lim.
"Untuk membentuk mental kalian" jawab Irene
"Sejak kapan pembentukan mental menjadi tanggung jawab kalian yang bahkan masih menumpang hidup di rumah orang tua?, setahuku, materi ini juga tidak ada dalam sebuah mata kuliah, bukan begini cara nya membentuk kekuatan mental seseorang" cerca Lim.
"Lalu dengan cara apa tuan Limario yang saya yakin juga masih merengek meminta uang jajan pada orang tua nya" ledek Irene tak mau kalah.
"Anda bertanya pada orang yang tepat" seringai Lim membuat Irene gugup.
Lim maju selangkah mendekati Irene, dan sang ketua BEM mundur selangkah, belum sempat Irene menghindar, Lim langsung meraih tengkuk Irene dengan tangan kanan nya.
Cup
Kemudian mencium nya, tangan kanan Irene terangkat hendak memukul, tapi tangan kiri Lim sudah lebih dulu menahan nya, dengan kurang ajar, Lim mencium paksa bibir Irene, bahkan tanpa ragu dia melumatnya.
Plak
Irene menampar pipi kiri Lim begitu ciuman mereka berakhir, Lim hanya tersenyum miring, merasa tak bersalah sama sekali.
"Itu cara pembentukan mental yang efektif, dan perlu noona tahu, aku tak perlu merengek pada orang tua ku untuk sekedar meminta uang saku, otak dan kedua tangan ku ini, sudah menghasilkan sebuah rumah mungil, anda bisa mengunjungi ku, pintu nya akan selalu terbuka untuk mu" kekeh Lim remeh, dia kemudian keluar gedung dan melempar semua atribut yang dikenakan nya ke arah Suho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Dan Lim
FanfictionNo Description, Just Read, I need Your Vote and Comment, If You Like My Story, And Its Not True Story. Thank You