"Lepaskan Lim lepas" Baekhyun mencoba menarik tangan kanan Lim yang mencengkeram kuat leher Minho yang kini kedua tangan nya menggenggam erat lengan Lim untuk menahan kuat nya cekikan sang lawan, wajahnya sudah merah padam, dengan keringat bercucuran, usaha Baekhyun juga gagal, para sahabat Lim ikut berkerumun.
"Aku tak akan membuat wajah ini terluka didepan kekasihmu, tapi jika suatu hari kamu membuat wanitaku menangis, aku tak akan segan untuk membuatmu cacat seumur hidup" ancam Lim tajam, lihatlah, meski Kim Taeyeon telah melukainya, dia tetap tak rela ada yang menyakiti gadis Kim, Lim lalu mendorong kasar dan melepas cengkeraman nya, pada Minho yang langsung terbatuk-batuk, dengan amarah dan perih yang dia rasakan, Lim pergi meninggalkan kantin tanpa berkata apa-apa.
Baekhyun menatap tak mengerti pada Taeyeon dengan apa yang terjadi, tatapan nya seolah minta penjelasan, tapi Kim masih bungkam.
"Hyung, ini bukan salah Kim, Lim sepertinya tak terima menerima kenyataan bahwa kami resmi berkencan sekarang" gugup Minho menjelaskan pada Baekhyun agar tak menyalahkan kekasihnya, tapi Minho salah, ucapan nya justru memantik emosi sang senior.
"Apa?" Baekhyun tak percaya
"Benarkah yang dia katakan Kim?" Tanya nya, Taeyeon tak menyahut.
"Ya hyung, kami resmi berkencan hari ini" jawab Minho bangga, Baekhyun menatap malas pada Minho.
"Apa salah Lim, Kim?" Tanya Baekhyun setenang mungkin menahan amarahnya.
"Kenapa kamu begitu tega pada nya?" Cerca Baekhyun, Kim masih tak bereaksi.
"KENAPA?" bentak Baekhyun murka, seluruh isi kantin menoleh kearah mereka, suara tinggi Baekhyun mampu menarik perhatian mahasiswa yang lain.
"Hyung. . . "
"DIAM! kamu hanya orang asing disini, tak ada yang menyuruhmu bicara" teriak Baekhyun menunjuk wajah Minho yang hendak mengatakan sesuatu tapi kalimatnya terpotong oleh kemarahan Baekhyun.
"Apa yang Lim lakukan pada mu selama ini masih kurang? Hah?, dia mengorbankan semuanya untuk mu, bukan hanya waktu, dia bahkan rela menempuh perjalan setengah jam berjalan kaki demi menemanimu, ditengah malam buta, padahal dia sedang lelah, kamu juga tak tahu kan berapa banyak job yang dia tolak demi bisa bersama mu, dan sekarang, kamu lebih memilih pria yang baru lima hari kamu kenal, Kim?" Baekhyun terus berteriak meluapkan kemurkaan nya di depan Kim Taeyeon, sambil menunjuk Minho dengan telunjuk kanan nya.
"Dia yang sudah menyerah lebih dahulu, dengan menghilang selama lima hari" akhirnya Kim Taeyeon bersuara dengan dingin nya.
"Kamu tahu alasan dia menghilang? Tidak kan? Kamu bahkan tidak peduli dengan nya saat dia ingin menjelaskan nya pada mu, aku belum pernah melihat seseorang begitu tulus pada mu, aku tahu dia tak pernah merayumu, karena baginya, ucapan itu tidak penting, dia hanya ingin kamu tahu perasaan nya lewat perilakunya terhadapmu, dia bahkan menolak bantuanku, karena ingin mendapatkanmu dengan usahanya sendiri, dia begitu percaya, suatu hari kamu akan luluh dengan ketulusan nya, astaga, kebodohan macam apa ini Kim?" Rancau Baekhyun kecewa, justru dia lah yang terlihat putus asa sekarang, dengan langkah gontai, dia pergi meninggalkan kantin.
"Aku tak tahu, apa yang Lim sukai dari wanita iblis sepertimu, setahuku, dia terlalu sempurna bagimu, apa yang menimpamu dimasa lalu, tak semestinya kamu lampiaskan pada Lim yang tak tahu apa-apa tentang sakit hatimu, pantas saja Baekhyun lebih memilih Krystal " sindir Irene tajam sebelum meninggalkan kantin bersama rombongan nya yang lain.
Irene, Joy, Wendy, Krystal dan Kim Taeyeon dulu memang bersahabat, semua hancur saat Baekhyun dan Kim Taeyeon putus, lalu tak lama kemudian Krystal memproklamirkan hubungan nya dengan Baekhyun, yang membuat Kim sakit hati karena merasa terkhianati, jika boleh jujur, dia memang sengaja menyakiti Lim untuk melampiaskan dendam nya terdahulu, jahat bukan?.
"Kim . . ." Minho mendekati kekasihnya, berusaha meraih tangan Kim yang malah menepisnya kasar, Kim yang moodyan ikut pergi meninggalkan Minho sendirian dalam kebingungan.
Dimalam hari
Kim terbaring diatas ranjang nya, melamun menatap keluar jendela kamar, kedua matanya basah, menangis dalam diam, karena dia tidak bisa mengungkapkan perasaan nya saat ini, penyesalan, kecewa pada diri sendiri, dan kesepian.
Selama ini, kehadiran Lim lah yang meramaikan suasana hati dan rumahnya, dia sengaja menggantung perasaan Lim, karena tak ingin semua hal seru yang Lim lakukan pada nya, akan berakhir setelah Lim mendapatkan hatinya.
Dia menyukai semua cara Lim dalam mencari perhatian nya, termasuk mengabaikan Lim dihari terakhir mereka bertemu sebelum Lim menghilang, itu sengaja Kim lakukan agar Lim merengek pada nya, tapi Kim salah memilih waktu, karena Lim sedang terburu-buru saat itu, dan puncak kemarahan nya adalah saat melihat sang putra kecewa, karena Lim tak bisa dihubungi.
Kim mendesah lelah, kepalanya terasa berdenyut sekarang, masalah yang ditanggung nya kian rumit, pantaskah dia menyalahkan Lim yang telah lancang menghacurkan dinding kokoh yang dia bangun susah payah selama bertahun-tahun, ataukah ini salah Minho, pria dari antah berantah yang tiba-tiba merusak usaha pendekatan yang dilakukan Lim, atau salah nya sendiri yang bermain-main dengan hati?
Seperti nya ini adalah kesalahan Kim sendiri, dan karma sedang menghukumnya sekarang.
Dua hari setelah kejadian dikantin waktu itu, Lim kembali kuliah.
"Darimana kamu dua hari ini?" Dengus Irene manja pada Lim, karena sang pemuda tidak masuk kuliah, Lim terkekeh.
"Aku ada job di pulau Jeju, untuk memotret pesta ulang tahun seorang caebol merayakan sweet seventeen nya, tidak buruk, aku bisa menonton blackpink gratis" cerita Lim pada sahabat-sahabatnya, Lim bukan lah pria cengeng yang akan berubah mellow saat sedang patah hati, dia tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa, seolah tak ada yang terjadi, dia lebih suka memendam perasaan nya sendiri, meski kadang dia berbagi cerita dengan Baekhyun jika itu tentang wanitanya si es Kim, wanita itu melirik meja Lim.
Obrolan nya dengan Minho terasa hambar karena pria itu tak bisa memahami nya, ditambah rasa bersalah menyerang hatinya membuat dia malas untuk bicara.
"Oppa" sapa Tzuyu ragu-ragu, dia menghampiri meja Lim, meski takut Lim masih marah, tapi dia memberanikan diri untuk menyapa pria yang disukai nya.
"Hi, Tzuyu-aah, duduklah disini" ajak Lim menarik tangan Tzuyu untuk duduk disebelah kanan nya, sementara Irene bergelendot manja di bahu kiri Lim, meski sudah memiliki kekasih, bukan berarti perasaan nya pada Lim akan hilang begitu saja, karena sering nya bercengkerama.
"Aku senang oppa tak lagi marah padaku" ungkap Tzuyu lega.
"Yang lalu, biarkan berlalu" balas Lim mengacak rambut Tzuyu.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Dan Lim
FanfictionNo Description, Just Read, I need Your Vote and Comment, If You Like My Story, And Its Not True Story. Thank You