2. Irene

4.4K 414 105
                                    

"Jadikan ini pelajaran Lim, lain kali jangan cari masalah" omel Rose mengompres perut Lim yang lebam membiru karena perbuatan Suho, Seulgi, Sinb dan Jisoo hanya diam mendengarkan omelan Rose yang seperti tengah memarahi anaknya yang nakal.

"Kalian juga, kenapa diam saja waktu Lim dipukul?" Tunjuk Rose pada Seulgi dan Sinb yang langsung gelagapan takut, saat ini, mereka sedang berada di rumah kecil milik Lim, rumah yang dia beli sendiri dari hasil menjadi fotografer freelance sedari dia masih smp, Lim memang menaruh minat pada fotografi yang awalnya sekedar hobby, sekarang malah menjadi mata pencaharian.

"Ka-kami kalah jumlah Chaeng" bela Seulgi gugup

"Bilang saja kalian takut sakit karena pukulan" ketus Rose membuat Jisoo terkekeh menertawakan Seulgi dan Sinb yang takut pada kemarahan kekasih nya.

   

Sepulang kuliah, Lim mendapat pesan untuk melakukan pemotretan di sebuah majalah lokal.

"Seulgi-ahh, Sinb-ahh, aku pergi duluan, ada job" pamit Lim pada kedua sahabatnya.

"Hati-hati ne" pesan Sinb.

Lim pun melajukan motor nya menuju ke studio yang di maksud.

"Hi Lim" sapa sang pemilik majalah

"Selamat siang tuan" sahut Lim membungkuk hormat.

"Langsung saja, pemotretan ini untuk iklan perhiasan, semua settingan sudah siap, kamu tinggal mengambil gambar dan mengatur pose untuk model nya, oh ya, kenalkan dulu, Irene, kenalkan, ini adalah fotografermu" panggil sang pemilik majalah, Lim mengerutkan kening nya mendengar nama yang sudah tak asing ditelingan nya, dan yang dipanggilpun keluar dari ruang make up.

Deg

Tubuh Irene membeku menatap pemuda yang berdiri dengan wajah tak kalah terkejutnya.

"Oh, Irene noona" sapa Lim acuh

"Kalian sudah saling mengenal?" Tanya tuan Lee si pemilik majalah.

"Dia sunbaenim saya di kampus tuan" jawab Lim tertawa, dan Irene hanya mengangguk.

"Bagus, jadi tidak ada masalahkan, sekarang kalian bisa memulainya, aku tinggal dulu, jika butuh apa-apa, beritahu pada Luhan, dia yang bertanggung jawab disini" beritahu tuan Lee lebih lanjut.

Irene benar-benar gugup dan canggung, apalagi mengingat Lim belum pernah mengucap kata maaf setelah kejadian itu, dan sekarang, bocah biang onar itu dengan cueknya duduk untuk menyetting kamera nya sendiri, seolah tak ada yang pernah terjadi diantara mereka, tentu saja ini menyebalkan untuk Irene yang sampai sekarang masih malu jika mengingat kejadian itu.

Dan waktu pengambilan gambar pun dimulai, Irene yang terlihat santai ternyata gagal memahami interuksi Lim karena jantung nya tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja, dia grogi berpose di depan Lim.

Lim menarik nafas lelah, hasil jepretan nya tak maksimal karena Irene tidak fokus pada interuksi nya.

"Noona, kita istirahat dulu" pinta Lim, Irene mengangguk.

"Noona, aku tahu kamu sedang patah hati, tapi tolong, profesional lah dalam bekerja, jangan campur adukan masalah pribadimu dengan pekerjaanmu" keluh Lim.

"Maaf" jawab Irene menunduk tak enak.

"Tidak perlu minta maaf, ayo kita selesaikan pekerjaan kita, agar bisa cepat pulang" ajak Lim.

"Ne" jawab Irene yang kemudian berdiri untuk menuju ke settingan foto lagi.

"Fokus fokus. . . Anggap aku tak ada dan cukup suaraku saja yang kau dengar" interuksi Lim.

Dan. . .

Berhasil, foto-foto Irene kali ini sangat memuaskan bagi Lim, Irene begitu lepas berekspresi dalam mengimbangi karakter perhiasan yang dia kenakan.

Dan pulang nya, hari sudah gelap, setelah membereskan segala perlengkapan kamera nya, Lim melihan Irene sedang berdiri di depan gedung perkantoran tempat mereka melangsungkan pemotretan tadi.

"Belum pulang?" Tanya Lim menatap Irene yang menunduk tak berani menatap nya, sang gadis hanya menggeleng lemah.

"Mau pulang bersama?" Tanya Lim lagi, Irene bingung, juga gugup, ingin menolak, tapi dia butuh, ingin menjawab iya, tapi dia masih kesal dan marah pada kejadian waktu itu.

"Tenang saja, aku tidak akan mencium mu lagi" yakin Lim, Irene nampak berpikir.

"Baiklah" jawab nya kemudian, akhirnya dia menerima ajakan Lim, yang sekarang memboncengkan nya dengan sepeda motor menuju rumah.

Dan di hari yang berbeda

Irene sudah kembali melakukan aktivitas kampus nya, saat baru datang, para sahabatnya, langsung menyambut dengan antusias, Joy, Wendy dan Krystal, memeluk rindu pada ketuan BEM mereka.

Dan dari arah berlawanan, Lim berjalan sendirian sambil memasukan beberapa buku yang baru dia pinjam dari perpustakaan kampus, Irene yang melihat itu hanya diam membeku, senyum nya tiba-tiba menghilang, membuat ketiga sahabatnya curiga, lalu mengikuti arah pandang kedua mata Irene, mereka pun ikut terkejut.

"Unnie, apa dia sudah meminta maaf padamu?" Tanya Joy masih dengan menatap Lim, Irene menggeleng.

"Dasar bocah kurang ajar" gerutu Wendy.

Lim pun dengan cueknya melewati para senior di kampusnya itu.

"Aku pastikan dia akan meminta maaf pada unnie" yakin Krystal

"Tidak perlu Krystal-yaa" cegah Irene.

"LIMARIO" teriak krystal mengabaikan penolakan Irene, yang dipanggil menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke sumber suara.

"Oh Krystal noona, maaf aku tidak melihatmu tadi" ucap Lim merasa bersalah.

"Jangan meminta maaf padaku, tapi pada Irene unnie" jawab Krystal dengan tampang serius nya, Lim mengerutkan kening nya, dia belum paham, Krystal lalu mendekat dan menarik lengan kiri Lim.

"Kamu belum tua Lim, pasti masih ingat kejadian di aula kan?" Krystal mencoba mengingatkan.

"Ya ya ya, baiklah" pasrah Lim.

"Nah, minta maaflah" perintah Krystal begitu mereka sudah berdiri di hadapan Irene.

"Noona maafkan aku" ucap Lim, Irene hanya mengangguk.

"Sudahkan?" Tanya Lim pada Krystal yang geram pada tingkah cuek Lim.

"Apalagi?" Putus asa Lim yang melihat wajah marah Krystal.

"Bukan begitu caranya meminta maaf" omel Krystal.

"Sudah sudah, aku sudah memaafkan nya, jangan diperpanjang lagi" ucap Irene tenang menengahi perdebatan Krystal dan Lim.

"Baiklah, aku pergi dulu" pamit Lim santai, Wendy dan Joy membelalakan kedua matanya, tak percaya, ada seorang mahasiswa baru seperti Lim, dengan cueknya berani pada sunbae nya yang tak main-main, yaitu seorang Irene yang terkenal paling cantik bak dewi di kampus nya, dan seorang ketua BEM.

Lim pun pergi menuju ke ruang kelas nya dimana para sahabatnya sudah menunggu.

Dan lagi, gadis yang kemarin memergoki Suho menghajar Lim, kembali menatap perdebatan Lim dan Krystal yang sedang bersama gank nya.

Gadis itu menatap cuek pada punggung Lim yang mulai menjauh.

#TBC

Kim Dan LimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang