01: Who is He?

477 63 21
                                    

✧༝┉┉┉┉┉˚*❋ ❋ ❋*˚┉┉┉┉┉༝✧

.

.

Suara derap langkah kaki memenuhi seluruh lorong bangunan rumah sakit, seorang pria mengenakan jas hujan berlari menyusuri lorong rumah sakit yang lenggang. Langkah kaki itu terhenti saat kepalanya tidak sengaja menabrak dada seseorang, lelaki itu mengangkat kepalanya untuk meminta maaf namun ia urungkan saat ponselnya kembali bordering menampilkan nama Jeonghan disana.

"Aku minta maaf." Cicit laki-laki yang lebih pendek darinya itu kemudian berlari dan menghilang dibalik pintu bercat putih itu.

Pria yang lebih tinggi menggelengkan kepalanya lalu berniat untuk melanjutkan langkah kakinya namun tertahan karena matanya mendapati sebuah gantungan kunci berbentuk hamster, mungkin milik pria yang menabraknya tadi fikirnya. Ia tersenyum sekilas kemudian memasukan gantungan itu kedalam saku jas dokternya lalu melangkah pergi untuk memeriksa pasiennya yang lain.

Blam!

Jeonghan hampir saja melempar pelaku pembuka pintu kasar itu dengan bantal sofa yang sedari tadi dipeluknya namun ia tahan saat mendapati sahabatnya tiba dengan keadaan basah kuyup.

"Astaga Yoo Kihyun." Panik Jeonghan seraya berdiri dari duduknya untuk menghampiri pria yang bernama Kihyun.

Kihyun tidak mengindahkan kepanikan Jeonghan, lelaki manis itu berjalan menghampiri ranjang tempat dimana Ibunya berbaring. Alat-alat kedokteran -Kihyun sendiri tidak tahu apa namanya- menghiasi tubuh Ibunya. Hatinya mencelos melihat wanita yang paling ia cintai di dunia ini terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajah yang biasa berseri kini memucat bagai mayat dan jangan lupakan tangan yang sejak dulu merawatnya kini terasa dingin.

Kihyun ingin menangis melihatnya namun ia sudah berjanji pada Almarhum Ayahnya untuk tidak menangis apapun yang terjadi karena menurutnya Laki-laki sejati tidak boleh menangis.

Kihyun tersentak saat tangannya digenggam oleh Ibunya, perempuan berusia setengah abad itu tersenyum lemah dan tatapan yang sayu, Kihyun mendudukan diri dikursi yang berada disamping ranjang.

"Ibu.. bagaimana kabar Ibu?" Tanya Kihyun, suaranya sedikit bergetar.

Ibunya tidak menjawab, hanya senyuman yang sedari tadi diberikan untuk anak semata wayangnya.

"Keadaan Bibi Yoo baik-baik saja Ki, kau tidak perlu khawatir." Ujar Jeonghan yang seolah mengerti senyuman Bibi Yoo.

"Syukurlah Bu, aku akan mencari uang yang banyak agar Ibu bisa segera dioperasi." Lirih Kihyun lalu mengecupi punggung tangan Ibunya.

Ibu Kihyun menggeleng lemah seolah berbicara jika Kihyun tidak seharusnya bekerja keras untuk kesembuhan dirinya, penyakit yang dideritanya tidak akan sembuh meskipun dioperasi itu hanya akan membuang uang.

"Tidak Bu, Ibu satu-satunya orang yang aku punya di dunia ini. Ibu harus sembuh ya." Lirih Kihyun. Tangan ringkih ibunya menangkup pipi Kihyun, ia memejamkan matanya merasakan elusan lembut tangan dingin ibunya. "Ibu harus sembuh ya."

"Ki sudah saatnya Bibi Kim untuk istirahat dan-" Jeonghan menatap Kihyun dari atas sampai bawah. "- Kau juga harus segera mandi atau setidaknya berganti pakaian."

Kihyun melepaskan tautan tangan Ibunya lalu beranjak dari duduknya dan membenarkan letak selimut di tubuh Ibunya yang mulai terlelap, kemudian berjalan menghampiri Jeonghan yang beridiri tidak jauh darinya.

"Terimakasih sudah menjaga Ibuku, aku harus kembali bekerja." Ujar Kihyun seraya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Jeonghan berdecak sebal ia sudah menyerah dengan sikap keras kepala sahabatnya ini, Kihyun akan melakukan apapun untuk mendapatkan uangnagar ibunya bisa sembuh. Ya dia mengerti anak mana yang tidak sayang kepada Ibunya dan akan melakukan apapun agar Ibunya bisa sembuh, Jika ia di posisi Kihyun juga ia akan melakukan hal yang sama. Tapi, ini sudah hampir tengah malam pekerjaan apa yang akan Kihyun lakukan?

☽; Love Sacrifice [ShowKi]Where stories live. Discover now