.
.Tidak semua kata bisa diucapkan dan tidak semua ucapan berakhir menjadi kata yang dapat diuraikan.
Semenjak kejadian waktu itu, hubungan Kihyun dan Hyunwoo merenggang terhitung satu bulan lebih 23 hari si manis tidak mendapat perlakuan lembut dari Hyunwoo. Namun meskipun begitu Pria Son itu masih menggagahi Kihyun, entah itu saat Hyunwoo sedang marah ataupun saat pria itu mabuk lebih parahnya mereka -tidak-Hyunwoo melakukannya tanpa menggunakan pengaman.Kihyun sudah menduga hal seperti ini akan terjadi nantinya, benar apa yang dikatakan Ibunya dulu.
"Apapun yang terjadi, menikahlah dengan perempuan dan jalani hidup yang normal seperti manusia pada umumnya."
Saat itu Kihyun remaja ingin bertanya pada Ibunya kenapa begitu? Namun Ibunya hanya berujar jika dirinya spesial? Apa yang spesial? Dirinya? Atau bakat menyanyinya?
Jika saja waktu dapat diulang dan kembali pada saat itu, Kihyun bersumpah atas nama Ibunya dia akan menuruti apa yang Ibunya katakan. Menikah dengan perempuan dan tidak bermain-main dengan laki-laki. Sumpah serapah sedari tadi sudah ia layangkan pada dirinya sendiri.
Tangannya bergetar dan tatapan nanar ia tujukan pada sebuah benda berbentuk panjang yang di genggamnya, test pack.
Alat tes kehamilan yang menunjukan dua garis merah seolah mengejek kebodohan seorang Yoo Kihyun jika spesial yang di maksud Ibunya adalah dirinya yang bisa mengandung bayi.Kihyun merutuki dirinya lagi, seharusnya sejak dulu dia sadar jika ada yang tidak beres dengan dirinya. Ia tidak tertarik dengan perempuan dan bertingkah manis didekat lelaki yang ia sukai. Mari garis bawahi yang Kihyun sukai adalah lelaki.
"Tidak mungkin." Lirih Kihyun lalu kembali menatap test pack yang kelima itu. Kihyun hanya ingin memastikan saja jika dia benar-benar hamil.
Seminggu kebelakang memang ia merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya, setiap pagi ia sering merasa mual dan muntah-muntah tapi ia berfikir jika itu efek dari lambungnya yang belum diisi makanan dari kemarin. Tapi ia juga tidak memungkiri fakta bahwa akhir-akhir ini mood nya sering berubah, dan nafsu makannya juga ikut berubah. Lebih parahnya lagi ia ingin selalu berada didekat Hyunwoo.
Lupakan yang terakhir Pria Son itu sering mengabaikan Kihyun akhir-akhir ini.
"Bagaimana bisa?" Lirihnya ditengah keheningan, sebuah gejolak dari perut Kihyun membuatnya kembali terduduk didekat kloset. Memegang pinggiran kloset itu dan memuntahkan cairan bening, kepalanya pening sekali.
Suara ketukan pintu membuat Kihyun lantas menoleh ke arah suara, dengan langkah tertatih bertumpu pada pinggiran wastafel Kihyun membuka pintu kamar mandi dan mendapati Hyunwoo berdiri disana.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Hyunwoo dingin.
Ada perasaan hangat menyelinap dihati Kihyun mengetahui jika Ayah dari anaknya menanyakan keadaan dirinya, ia lalu mengangguk pelan sebagai respon.
"Pergilah ke rumah sakit dan periksakan dirimu."
Kihyun tidak dapat menahan senyumannya lagi saat Hyunwoo kembali berujar. Pria yang memiliki tinggi badan 180 senti meter itu berjalan kearah dapur untuk menikmati sarapannya namun yang ia dapatkan hanya meja kosong.
"Apa-apaan ini? Kau belum menyiapkan sarapan?" Gertak Hyunwoo seraya melemparkan gelas plastik ke sembarang arah.
Kihyun terperanjat, ia segera berlari tertatih menghampiri Hyunwoo yang murka. Wajahnya merah padam dan dadanya naik turun menahan amarah.
![](https://img.wattpad.com/cover/212449005-288-k985910.jpg)
YOU ARE READING
☽; Love Sacrifice [ShowKi]
Fanfic"Sometimes when you sacrifice something precious, you're not really losing it. You're just passing it on to someone else." - Mitch Albom ✎ ShowKi ✎ JooKyun ✎ WonKyun Warn : Mpreg, BXB