5

14 0 0
                                    

Setelah kelas bubar tangan Athaya langsung ditarik Ega untuk pergi ke kantin seperti biasa.

Athaya pun nurut aja ya karena memang perut nya juga sudah minta diisi.

Sepanjang jalan menuju kantin tangan Ega tak pernah lepas merangkul pundak Athaya dan tak lupa juga pipinya terus Ega tempelkan di pipi Athaya.

Sesekali Ega mencium kepala Athaya.  Informasi saja, Athaya hari ini habis mencuci rambut karena masa menstruasi nya telah selesai.

Yang terkadang membuat orang salah paham dan mengira mereka adalah sepasang kekasih.

"Kok wangi?udah bersih ya?". Tanya Ega sesekali mengusap kepala Athaya lalu dikecupnya. Yang hanya diangguki oleh Athaya.

Tapi Athaya bodo amat.

Baru Athaya mau duduk namun matanya melihat Aluna teman sekelasnya yang cukup dekat dengannya sedang duduk sendiri.

Athaya langsung menyapa Aluna.

"Luna!". Teriak athaya tak tau malu sembari melambaikan tangan.

"Eh Athaya,sini!".

"Eh Ga,kita duduk bareng Aluna aja,sana pesen gue tunggu situ ya". Kemudian Athaya melepas rangkulan Ega dan berlari menghampiri Aluna yang sudah menyambutnya.

"Kok sendiri?jomblo ya?". Tanya Athaya setelah duduk dihadapan Aluna.

"Eh upil nyadar kek lo juga!". Sewot Aluna tak terima. Sedangkan Athaya sudah tertawa ngakak.

"Heran deh gue sama lo kalo ngomong gak pernah gitu ngaca dulu ish". Kini Aluna sebal dengan Athaya masih terpingkal-pingkal.

"Yaelah kan gue ngomong fakta Lun". Saut Athaya setelah ketawanya reda.

"Iya tau,tapi kan yang lo omongin kadang juga sama kayak lo". Aluna terus menampol lengan Athaya kuat.

"Astaga,kasar banget si Lun". Athaya mengelus lengannya dramatis.

"Drama lo jijik gue liatnya". Sinis Aluna berapi-api yang hanya dibalas kekehan oleh Athaya.

Tak lama Ega datang membawa pesanan nya dan juga Athaya.

"Enak ya lo punya babu cakep gini". Goda Aluna pada Ega.

"Gak usah rese deh Lun". Ega mencebik.

"Emang cakep kali". Kekeh Aluna.

"Pungut aja Lun, kalo gue lagi gak butuh". Saut Athaya kemudian menyuapkan sesendok ketoprak ke mulutnya.

"Boleh-boleh". Aluna tertawa melihat wajah Ega yang kusut karena habis jadi bahan bully Athaya dan dirinya.

"Eh jangan dulu Lun, masih mau ngejar pujaan hati katanya". Athaya menimpali kemudian menyeruput es teh manis nya.

"Siapa? Siapa?". Aluna menyenggol lengan Ega penasaran.

Mau tak mau Ega menjawabnya.

"Elisa fakultas sastra itu". Saut nya malas mengingat kejadian kemarin kalah cepat sama si Jecki.

"Oh tau gue anak nya, yang cakep itu tapi banyak yang suka ya? Iya iya tau gue, mau gue bantuin ga? Gue punya temen sekelas ama dia,deket juga malah". Aluna menatap Ega. Sedangkan Ega langsung bersemangat.

"Hah? Sumpah? Mau dong!". Kini tangan Ega sudah melingkar di lengan Aluna sesekali menggoyangkannya.

"Yeee tadi aja ketus sama gue". Aluna menghempaskan tangan Ega dari lengannya.

"Yaelah Lun,tolong apa itu babu gue kasian banget gue liat muka". Kekeh Athaya.

""Janji dah gue baik-baik in lo dah abis ini". Rayu Ega menegoisasi.

"Ok fine, tapi gue gak janji ini bakal ngebantu banget apa gak sih, gapapa ni?".

"Iya dah lo bantu ni babu gue sebisa nya, kasian bangt gue liat muka nya jomblo banget". Saut Athaya santai.

"Nyadar woi!". Teriak Ega dan Aluna barengan.

Rainbow Feeling (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang