Bab 4 : persahabatan dan perasaan

18 2 0
                                    

Hari demi hari telah kulewati dengan semestinya....

Tanpa ada sosok ibu dan bibi yang biasanya menjadi tempat segala keinginanku. Tepat umur 16 tahun ku menduduki bangku Sekolah Menengah Atas. Ayahku mendaftarkan ku ke sekolah favorit didaerah rumahku. Sebut saja SMA ANGKASA. Sekolah ini terkenal dengan berbagai prestasi yang diraihnya. Makanya ayahku mendaftarkan ku disini.

Disekolah ini juga bukan hanya menjadi tempat prestasi para muridnya, akan tetapi menjadi tempat kumpulnya orang-orang hits dan semacamnya. Berbeda dengan kepribadian ku yang dimana aku termasuk orang yang introvert, yang paling males memulai percakapan maupun sapa menyapa. Karna aku berfikir bahwa teman itu akan datang sendirinya. Apalagi disaat mereka butuh sosok diriku. Dulu, ibuku selalu mengajarkanku untuk ramah kesiapapun. Dan itu ku lakukan namun hanya sementara.

.........

[Dilapangan]
Seperti sekolah umum biasanya. Anak murid baru diperkenalkan mengenai seputar lingkungan sekolahannya maupun para tenaga kerja dilingkungan itu.

Kali ini, sekolahku tak begitu ketat untuk permasalahan ospeknya. Jadi aku merasa tenang dan ga ribet untuk mengurusinya.

Selama ospek berlangsung, aku berkenalan dengan teman baruku. Namanya didit. Dia lah yang menurutku asik untuk diajak berteman. Namun, aku berkenalan dengannya tidak langsung sekaligus dan tak langsung akrab. Karna aku pengen terlebih dahulu menguji kesabaran dan ketulusan dia dalam menghadapi sikap buruk ku ini.

[Saat berkenalan]
Pada suatu hari, aku sedang duduk sendirian dibangku taman. Tiba-tiba datang sosok laki-laki tinggi, berpakaian seperti orang culun, dan membawa buku ditangannya menghampiriku.

" halloo.." sapa didit kepadaku
" yaa " jawabku dengan cuek
" bolehkah aku berkenalan dengan mu?" tanya didit dengan lembut
(didit merupakan anak yang lembut, pintar, dan sabar)
"tentu saja" jawabku
"Terimakasih ( dengan memberi senyuman). Kalau boleh tau, siapa namamu?(sambil menjulurkan tangannya)" tanya didit
" (bingung) oh.. Aku jhonsen ( menjulurkan tangan juga )" jawabku
" senang bisa berteman dengan mu jhonsen" ucap didit dengan senyumnya

Aku pun hanya menjawab dengan senyuman.
Akan tetapi didit tetap sabar dengan jawaban cuek ku itu.
" oh iyaa.. Warna rambutmu unik yaa" ucap didit sambil melihat ke arah rambutku
" yaa.. Ini bawaan lahir" jawabku
" ohhh.. Berarti kamu ada keturunan dari luar negri yaa?" tanyanya padaku
" ya.. " jawabku
Taklama kemudian bel masuk pun berbunyi.
"Teng.. Teng.. Teng.."
"eh.. Bel nya udah bunyi. Ayo kita kelapangan lagi " ajak didit kepadaku
" ya duluanlah" jawabku

Akhirnya didit pun berjalan duluan didepanku. Dan kami pun kembali melanjutkan kegiatan ospek tersebut.

.......

Setelah masa ospek berlalu. Saatnya pembagian kelas untuk setiap murid baru. Kebetulan aku dan didit satu ruang kelas yang sama. Dan aku pun tak perlu bingung lagi untuk mencari teman sebangku.

"dit..." panggilku
"iyaa jhon" sahut didit
" aku duduk sama kamu ya" ucapku
" yaa tentu .. Sudah ku carikan tempat duduknya. Tuh disana( sambil menunjuk tempat bangku yang telah didit carikan)" ucap didit
" oh syukurlah.. Terimakasih ya" ucapku
" iya jhon sama-sama. Aku tinggal ke wc dulu ya" ucap didit sambil meninggalkan jhonsen sendirian si kelas itu.

Ditengah kesendirian jhonsen dikelas,tiba-tiba datanglah seorang perempuan cantik berambut pendek yang menghampirinya.
"Haiii" sahutnya
" juga" sahutku dengan cuek (kebiasaan diriku ketika bertemu dengan orang baru)
" bangku disampingmu itu kosong tidak?" tanya dia padaku
" tidak" jawabku singkat
" ohh.. Gitu yaa. Yaudah aku duduk dibelakangmu saja.Terimakasih" ucapnya dengan sedikit kesal

SAD BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang