PROLOG

1.1K 120 73
                                    

Pertengahan Desember, tepatnya kali ini waktu sudah menunjukkan tepat pukul 6 pagi. Salju yang biasanya turun kali ini tidak sama sekali jatuh menimbun jalanan trotoar di setiap sudut kota Seoul. Meski begitu, udara yang dingin membuat semua orang memilih untuk tetap bergerumul di balik selimut yang hangat alih-alih keluar rumah.

Namun, hal itu tidak berlaku untuk Kim Junmyeon. Sebagai sutradara yang telah memegang cukup banyak penghargaan yang ia peroleh dari berbagai film dan drama yang ia buat, Junmyeon merasa tekanannya untuk bekerja lebih keras semakin meningkat. Padahal proyek yang ia buat untuk menyambut tahun baru nanti hanya berupa film pendek. Tapi, demi Tuhan, ini merupakan pengerjaan film pendek terlama yang pernah ia kerjakan. Padahal ia hanya membutuhkan satu scene lagi. Entah sudah berapa banyak take yang diambil.

"CUT!" Junmyeon berteriak di tengah kesunyian Seoul Central Park. Terdengar suara dengungan dari para kru film yang mengeluh karena lagi-lagi bos mereka tidak puas dengan akting yang baru saja dilakukan.

"PD-nim," asisten sutradara yang menemani pria itu di sampingnya cukup terkejut ketika Junmyeon menyambar alat pengeras suara yang ia pegang.

"Yak!" Junmyeon mengacak-acak rambutnya hingga berantakan. "Aku tahu kita semua lelah dengan jadwal syuting yang padat, cuaca yang dingin, ditambah semua orang terburu-buru untuk menikmati liburan akhir tahun. Hanya saja, mari kita bekerja sama jika ingin ini semua berakhir dengan hasil yang memuaskan."

"Ne, PD-nim."

Junmyeon menarik napas lelah. "Sebaiknya kita semua break dulu. Setelah begadang sampai syuting sepagi ini hasilnya kurang maksimal. Syuting kembali dilakukan pukul 9 nanti."

Setelah semua setuju, Junmyeon mengambil tas dan ponselnya. Pria itu pergi menuju sebuah kafe yang buka selama 24 jam. Di sana ia memesan secangkir amerikano panas dan kemudian membawa pesanannya tersebut ke salah satu meja kosong dekat jendela. Ia duduk sendiri di sebuah kursi dan mulai menyesap perlahan amerikanonya. Ia berjengit saat merasakan sensasi panas dan pahit di lidahnya, hanya untuk beberapa saat sebelum ia kembali menikmati kopinya lagi.

 Ia berjengit saat merasakan sensasi panas dan pahit di lidahnya, hanya untuk beberapa saat sebelum ia kembali menikmati kopinya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari ini ia dibuat pusing dengan kesibukannya di lokasi syuting. Penulisan naskah yang kurang maksimal, akting yang payah--astaga, entah hal buruk apa lagi yang menantinya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu kafe dibuka. Junmyeon melihat sekelompok mahasiswa yang datang memasuki kafe yang sama dengannya. Di antara banyaknya mahasiswa lelaki di sana, Junmyeon melihat ada salah satu mahasiswi perempuan bersama mereka. Ia turut melihat salah satu dari mereka membawa tas gitar di punggungnya dan di antara mereka ada pula yang mengenakan almamater Seoul Art Academy, kampusnya dulu.

"Kau pesan apa?"

"Ya ampun, aku masih mengantuk. Harus sekali kita latihan sepagi ini?"

"Hei, ada yang melihat dompetku?!"

FREUND ✅ (Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang