"Baiklah, evaluasi hari ini selesai. Good job, everyone! Terima kasih atas kerjasamanya."Bella Airen yang menggantikan Direktur Jin mengakhiri evaluasi mingguan divisi terakhir itu dengan aplaus apresiasi. Semua orang di meja oval tersebut menyambutnya dengan tepuk tangan serta senyum dan napas lega sebelum meninggalkan tempat mereka satu per satu. Ketika ruangan itu telah kosong, si sekretaris kembali disibukkan oleh pengisian laporan untuk dikirimkan ke Direktur Jin. Barisan kalimat yang bertambah cepat tampak pada pantulan kacamata anti radiasi yang dikenakannya. Bahu yang pegal bergerak naik-turun; embusan berat mulai terlepas.
Tiga ketukan teratur terdengar dari luar pintu.
"Masuk," kata Bella tanpa mengalihkan atensi dari laptop.
Sekon kemudian pintu bergerak dan terdorong ke dalam. Alih-alih berjalan masuk, seorang pria bersurai hitam di balik pintu hanya mengambil satu langkah dan mengintip dari sana. Mata lebar dan bahu berlapis mantel gelapnya berakhir terdeteksi lirikan si sekretaris yang tajam.
"What's up?" tanya Bella singkat sebelum kembali pada kesibukan.
"Hehehe." Ringis kekanakan Logan Pamungkas mengudara. Ayunan kakinya yang lebar mendekati kursi yang paling dekat dengan kakaknya. "Direktur Jin ke mana lagi, Kak?"
"Aussie."
Si lawan bicara mengangguk paham. "Tadi aku mau ke ruangan sekretaris, tapi kata Ms. Lana ibu sekretaris sedang ada di ruangan pak direktur waktu ketemu di lift."
Bella mengangguk sekadar tanpa menunjukkan ketertarikan. Melepas gagang dari telinga, dia mengangkat wajah memusatkan perhatian pada Logan. "Mau bahas apa kamu ke sini?"
Manik bulat Logan berpendar; tampak memikirkan sesuatu yang sepertinya belum pernah dibicarakan. Bella menunggu sambil memaku tatap, bertanya-tanya dalam hati mengenai penyebab apa yang membuat sang adik berperilaku demikian.
Setelah sejenak berkontemplasi, Logan membuka suara sambil memicing, "Did you know Mr. Gara Biru in person, somehow?"
Bella terdiam, mengernyit. Kedua alisnya nyaris menyatu. Dia tahu bahwa seseorang yang bernama Gara Biru tersebut merupakan direktur bisnis properti yang berkantor di lantai enam. Dia pernah memperhatikannya ketika pria itu berinteraksi dengan Sekretaris Lucy di proyek terakhir sebelum tanggung jawab sebagai sekretaris Direktur Jin dilimpahkan kepadanya. Seketika Bella membuka folder dokumen dalam laptop yang menyimpan jadwal pekerjaannya, membacanya urut seraya menggambarkan bayangan dalam pikiran mengenai siapa saja yang akan berhubungan dengannya terkait pelaksanaan kegiatan yang terperinci itu. Namun, tidak ada Gara.
"Kenapa tiba-tiba kamu tertarik membahas orang itu?" Bella mengalihkan pembicaraan, menggali lebih dalam hal yang mendasari perilaku sang adik.
"Kamu tahu, Sissy, tadi aku berada di kamarku seperti biasa. Desainku hampir selesai, yeay! Tapi mendadak ada orang yang membunyikan bel. Kamu tahu, aku tidak pernah menyangka Pak Gara ada di depan pintu flat kita!" Logan bercerita dengan bola mata yang hampir lepas. "Bu sekretaris hendak ada proyek dengannya atau bagaimana?"
Napas Bella tersendat. Tangannya menyilang di depan dada dengan tatapan penuh teror. "Dia orang baik, yang aku tahu. Semua orang di sini bilang begitu dan kulihat dia cukup profesional juga. Aku sudah melihat jadwal yang akan datang beberapa minggu ke depan tapi belum ada satu pun yang sudah dipastikan bakal berkolaborasi dengannya. Jadi, aku tidak tahu apa tujuannya ke rumah kita."
"Kalau my beloved sister tidak tahu, maka aku apa?" kata Logan tak sabar. "Kita masih beberapa bulan di sini dan kita belum tahu siapa-siapa dengan baik."
![](https://img.wattpad.com/cover/212544291-288-k550949.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DÉMODÉ
RomanceKerja keras Bella Airen di Paris membuatnya dipromosikan untuk menjadi sekretaris direktur agensi model fesyen di Indonesia. Perusahaan itu ternyata berlokasi di gedung yang sama dengan kantor utama bisnis properti milik Gara Biru. Gara dikenal akan...